Kaisar Heraklius Meninggal, di Tengah Terpojoknya Pasukan Romawi di Mesir
Senin, 08 Juli 2024 - 05:15 WIB
Pada pertempuran memperebutkan benteng Babilon Mesir sempat terjadi gencatan senjata antara pasukan Muslim yang dipimpin Amr bin Ash dengan pasukan Kristen Romawi yang dipimpin Muqauqis. Genjatan senjata ini berakhir karena Kaisar Heraclius menolak perjanjian damai yang diajukan Maqauqis.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) mengisahkan pertempuran antara kedua pihak pun meletus kembali.
Kala itu, Garnisun di benteng Babilon sudah berkurang jumlahnya, dan bala bantuan dari Heraklius pun tak ada yang datang. Keadaan waktu itu sangat menguntungkan pihak Arab.
Luapan air sudah tak ada dan air Sungai Nil sudah surut, begitu juga air di sekitar parit sudah berkurang sehingga memungkinkan mereka mengadakan serangan.
Akan tetapi sebagai pengganti air pihak Romawi kala itu memasang besi-besi berduri di parit. Di pintu masuk besi-besi berduri itu dibuat begitu rapat. Cara ini jelas merintangi pihak Arab untuk maju menyerang dan menerobos benteng dengan cara kekerasan.
Selama beberapa bulan mereka hanya mengadakan pengepungan dan dalam pada itu antara keduanya terjadi saling melempar manjaniq dan anak panah. Tak lebih kemampuan para pengawal benteng hanya itu.
Oleh karenanya, setiap mereka keluar dari benteng atau berusaha hendak menghadapi pihak Arab mereka dapat dipukul mundur dan kembali ke dalam benteng.
Demikianlah sementara musim-musim dingin itu berlalu pihak benteng terus mengadakan perlawanan. Haekal mengatakan andaikata ada bala bantuan dari Naqiyus dan dari Iskandariah, andaikata dari pihaknya Heraklius mengirim seorang panglima yang mahir dengan pasukannya untuk mempertahankannya, niscaya situasinya akan berubah, dan pihak Muslimin sendiri akan menemui banyak kesulitan untuk menguasai daerah yang begitu kuat itu.
Kala itu, pasukan Romawi yang menghuni benteng Babilon sudah diserang penyakit, sementara bala bantuan belum juga datang. Setiap hari mata mereka terarah ke jurusan menara-menara, tetapi sejauh mata memandang tak ada tanda-tanda bala bantuan akan datang.
Dalam pada itu setiap hari mereka mendapat berita bahwa pasukan Arab melakukan serangan ke sekitar daerah itu. Kemudian bulan Maret tahun 641 pun tiba, Sungai Nil sudah hampir kering pula.
Ketika itulah datang berita tentang kematian Heraklius, pada paruh pertama bulan Februari tahun 641. Kematiannya itu telah menimbulkan kegelisahan yang luar biasa. Sungguhpun begitu pihak benteng terus mengadakan perlawanan. Harapan akan datangnya bala bantuan untuk menolong mereka tetap hidup dalam hati para pengawal benteng itu.
Malapetaka yang menimpa Heraklius di Mesir itu merupakan salah satu sebab yang mempercepat kematiannya. Setelah bertemu Muqauqis ia terserang demam. Kekacauan itu membuatnya tak dapat lagi berpikir untuk membantu benteng Babilon atau mengatur cara-cara pertahanannya.
Tak ada yang lain dapat memikirkan hal ini karena pemerintahan waktu itu seluruhnya tenggelam di bawah beban yang berat oleh kekalahannya sejak pasukan Arab menguasai Damsyik dan Baitulmukadas, mengusir pasukan Romawi dari Syam dan kemudian menyebarkan ketakutan di seluruh Mesir.
Akan tetapi kuatnya tembok-tembok benteng dan menara-menaranya, membuat mereka yang masih hidup dalam benteng itu tetap bertahan terhadap para penyerang sampai akhir Maret dan hari-hari pertama bulan April.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) mengisahkan pertempuran antara kedua pihak pun meletus kembali.
Kala itu, Garnisun di benteng Babilon sudah berkurang jumlahnya, dan bala bantuan dari Heraklius pun tak ada yang datang. Keadaan waktu itu sangat menguntungkan pihak Arab.
Luapan air sudah tak ada dan air Sungai Nil sudah surut, begitu juga air di sekitar parit sudah berkurang sehingga memungkinkan mereka mengadakan serangan.
Akan tetapi sebagai pengganti air pihak Romawi kala itu memasang besi-besi berduri di parit. Di pintu masuk besi-besi berduri itu dibuat begitu rapat. Cara ini jelas merintangi pihak Arab untuk maju menyerang dan menerobos benteng dengan cara kekerasan.
Selama beberapa bulan mereka hanya mengadakan pengepungan dan dalam pada itu antara keduanya terjadi saling melempar manjaniq dan anak panah. Tak lebih kemampuan para pengawal benteng hanya itu.
Oleh karenanya, setiap mereka keluar dari benteng atau berusaha hendak menghadapi pihak Arab mereka dapat dipukul mundur dan kembali ke dalam benteng.
Demikianlah sementara musim-musim dingin itu berlalu pihak benteng terus mengadakan perlawanan. Haekal mengatakan andaikata ada bala bantuan dari Naqiyus dan dari Iskandariah, andaikata dari pihaknya Heraklius mengirim seorang panglima yang mahir dengan pasukannya untuk mempertahankannya, niscaya situasinya akan berubah, dan pihak Muslimin sendiri akan menemui banyak kesulitan untuk menguasai daerah yang begitu kuat itu.
Kala itu, pasukan Romawi yang menghuni benteng Babilon sudah diserang penyakit, sementara bala bantuan belum juga datang. Setiap hari mata mereka terarah ke jurusan menara-menara, tetapi sejauh mata memandang tak ada tanda-tanda bala bantuan akan datang.
Dalam pada itu setiap hari mereka mendapat berita bahwa pasukan Arab melakukan serangan ke sekitar daerah itu. Kemudian bulan Maret tahun 641 pun tiba, Sungai Nil sudah hampir kering pula.
Ketika itulah datang berita tentang kematian Heraklius, pada paruh pertama bulan Februari tahun 641. Kematiannya itu telah menimbulkan kegelisahan yang luar biasa. Sungguhpun begitu pihak benteng terus mengadakan perlawanan. Harapan akan datangnya bala bantuan untuk menolong mereka tetap hidup dalam hati para pengawal benteng itu.
Malapetaka yang menimpa Heraklius di Mesir itu merupakan salah satu sebab yang mempercepat kematiannya. Setelah bertemu Muqauqis ia terserang demam. Kekacauan itu membuatnya tak dapat lagi berpikir untuk membantu benteng Babilon atau mengatur cara-cara pertahanannya.
Tak ada yang lain dapat memikirkan hal ini karena pemerintahan waktu itu seluruhnya tenggelam di bawah beban yang berat oleh kekalahannya sejak pasukan Arab menguasai Damsyik dan Baitulmukadas, mengusir pasukan Romawi dari Syam dan kemudian menyebarkan ketakutan di seluruh Mesir.
Akan tetapi kuatnya tembok-tembok benteng dan menara-menaranya, membuat mereka yang masih hidup dalam benteng itu tetap bertahan terhadap para penyerang sampai akhir Maret dan hari-hari pertama bulan April.
(mhy)