Jejak Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh: Syahid Menyusul 14 Anggota Keluarga Dekatnya
Rabu, 31 Juli 2024 - 15:53 WIB
Haniyeh juga menawarkan pengorbanan pribadi sebagai pemimpin kelompok perlawanan paling populer di Palestina, dengan setidaknya 14 anggota keluarga dekatnya tewas dalam serangan udara Israel di rumah keluarganya di Kota Gaza pada bulan Oktober.
Pada November 2023, cucunya juga tewas. Pada bulan April 2024, dalam sebuah tragedi besar, Haniyeh kehilangan tiga putra dan tiga cucunya dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Pada Juni 2024, sepuluh anggota keluarga dekatnya, termasuk saudara perempuannya yang berusia 80 tahun, tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Shati di Gaza.
Pada tanggal 31 Juli 2024, Haniyeh juga dibunuh oleh musuh yang sama, menandai berakhirnya sebuah era.
Kehidupan dan warisannya, bagaimanapun, akan terus menjadi mercusuar inspirasi bagi kekuatan perlawanan melawan pendudukan Israel yang didukung AS, yang sudah berada di ambang kepunahan.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada bulan April tahun lalu, Haniyeh menegaskan bahwa Israel “hidup dalam situasi terburuknya” dan menyebutkan alasan kemunduran dan kematian entitas Zionis.
Sepuluh bulan setelah Operasi Badai Al-Aqsa, rezim tersebut sudah tidak berdaya setelah gagal mencapai tujuan militernya meskipun telah membantai hampir 40.000 warga Palestina.
Pada November 2023, cucunya juga tewas. Pada bulan April 2024, dalam sebuah tragedi besar, Haniyeh kehilangan tiga putra dan tiga cucunya dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Pada Juni 2024, sepuluh anggota keluarga dekatnya, termasuk saudara perempuannya yang berusia 80 tahun, tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Shati di Gaza.
Pada tanggal 31 Juli 2024, Haniyeh juga dibunuh oleh musuh yang sama, menandai berakhirnya sebuah era.
Kehidupan dan warisannya, bagaimanapun, akan terus menjadi mercusuar inspirasi bagi kekuatan perlawanan melawan pendudukan Israel yang didukung AS, yang sudah berada di ambang kepunahan.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada bulan April tahun lalu, Haniyeh menegaskan bahwa Israel “hidup dalam situasi terburuknya” dan menyebutkan alasan kemunduran dan kematian entitas Zionis.
Sepuluh bulan setelah Operasi Badai Al-Aqsa, rezim tersebut sudah tidak berdaya setelah gagal mencapai tujuan militernya meskipun telah membantai hampir 40.000 warga Palestina.
(mhy)