Masalah Persetubuhan: Rahasia Suami Istri yang Harus Disembunyikan
Jum'at, 16 Agustus 2024 - 09:38 WIB
Al-Quran memuji perempuan-perempuan shalihah dengan firmannya sebagai berikut: "Perempuan-perempuan yang salihah itu ialah perempuan-perempuan yang taat yang memelihara (perkara-perkara) yang tersembunyi dengan cara yang dipeliharakan Allah." ( QS an-Nisa' : 34)
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya yang diterjemahkan H. Mu'ammal Hamidy berjudul "Halal dan Haram dalam Islam" (PT Bina Ilmu, 1993) menjelaskan di antara sekian banyak perkara yang tersembunyi yang harus dipelihara oleh suami-istri ialah tentang masalah persetubuhan.
"Suami-istri dilarang menceritakan kepada rekan-rekannya dalam pertemuan-pertemuan," ujarnya.
Dalam salah satu hadisnya Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya di antara sejelek-jelek manusia dalam pandangan Allah nanti di hari kiamat, ialah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri pun melakukan persetubuhan, kemudian dia menyiar-nyiarkan rahasianya." (Riwayat Muslim dan Abu Daud)
Dari Abu Hurairah , ia berkata: Nabi SAW pernah sembahyang bersama kami, setelah salam beliau menghadapkan mukanya ke hadapan kami, kemudian bersabda: berhati-hatilah terhadap majlis-majlis kamu! Apakah di antara kamu ada seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dengan menutup pintu dan melabuhkan korden, kemudian dia keluar dan bercerita, bahwa aku telah berbuat dengan istriku begini dan begini?
Kemudian mereka pada diam semua ... Lantas ia menghadap kepada perempuan-perempuan dan menanyakan: apakah di antara kamu ada yang bercerita begitu?
Tiba-tiba ada seorang gadis memukul-mukul salah satu tulang lututnya sampai lama sekali supaya diperhatikan oleh Nabi dan supaya beliau mendengarkan omongannya.
Si gadis itu berkata: "Demi Allah kaum laki-laki bercerita dan perempuan perempuan juga bercerita!"
Lantas Nabi bertanya: "tahukah kamu seperti apa yang mereka lakukan itu? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian tak ubahnya dengan setan laki-laki dan setan perempuan satu sama lain saling bertemu di jalan kemudian melakukan persetubuhan, sedang orang lain banyak yang melihatnya." (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Bazzar)
Menurut al-Qardhawi, kiranya perbandingan ini cukup menjauhkan seorang muslim dari berbuat sebodoh itu yang tidak bernilai. Seorang muslim kiranya tidak suka kalau dirinya menjadi setan atau sama dengan setan.
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya yang diterjemahkan H. Mu'ammal Hamidy berjudul "Halal dan Haram dalam Islam" (PT Bina Ilmu, 1993) menjelaskan di antara sekian banyak perkara yang tersembunyi yang harus dipelihara oleh suami-istri ialah tentang masalah persetubuhan.
"Suami-istri dilarang menceritakan kepada rekan-rekannya dalam pertemuan-pertemuan," ujarnya.
Dalam salah satu hadisnya Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya di antara sejelek-jelek manusia dalam pandangan Allah nanti di hari kiamat, ialah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri pun melakukan persetubuhan, kemudian dia menyiar-nyiarkan rahasianya." (Riwayat Muslim dan Abu Daud)
Dari Abu Hurairah , ia berkata: Nabi SAW pernah sembahyang bersama kami, setelah salam beliau menghadapkan mukanya ke hadapan kami, kemudian bersabda: berhati-hatilah terhadap majlis-majlis kamu! Apakah di antara kamu ada seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dengan menutup pintu dan melabuhkan korden, kemudian dia keluar dan bercerita, bahwa aku telah berbuat dengan istriku begini dan begini?
Kemudian mereka pada diam semua ... Lantas ia menghadap kepada perempuan-perempuan dan menanyakan: apakah di antara kamu ada yang bercerita begitu?
Tiba-tiba ada seorang gadis memukul-mukul salah satu tulang lututnya sampai lama sekali supaya diperhatikan oleh Nabi dan supaya beliau mendengarkan omongannya.
Si gadis itu berkata: "Demi Allah kaum laki-laki bercerita dan perempuan perempuan juga bercerita!"
Lantas Nabi bertanya: "tahukah kamu seperti apa yang mereka lakukan itu? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian tak ubahnya dengan setan laki-laki dan setan perempuan satu sama lain saling bertemu di jalan kemudian melakukan persetubuhan, sedang orang lain banyak yang melihatnya." (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Bazzar)
Menurut al-Qardhawi, kiranya perbandingan ini cukup menjauhkan seorang muslim dari berbuat sebodoh itu yang tidak bernilai. Seorang muslim kiranya tidak suka kalau dirinya menjadi setan atau sama dengan setan.
(mhy)