Mengenal Rebo Wekasan, Asal Usul dan Hukum Amalannya
Senin, 19 Agustus 2024 - 10:31 WIB
Istilah Rebo Wekasan sangat populer di Indonesia, bahkan ada tradisi khusus atau amalan Rebo Wekasan ini umumnya untuk tolak bala . Bagaimana sebenarnya Rebo Wekasan ini dan dari mana asal usulnya?
Di bulan Safar, istilah Rebo Wekasan ini selalu muncul bahkan jadi polemik tersendiri terutama di kalangan umat Islam. Disebut Rebo Wekasan artinya Rabu terakhir bulan Safar pada kalender Jawa. Bagi masyarakat Arab Jahiliyah dulu sering menganggap Safar sebagai bulan sial. Kemudian Rasulullah SAW meluruskan keyakinan masyarakat Jahiliyah itu.
Tidak ada wabah ada mudharat kecuali dengan kehendak Allah dan tidak boleh pula meramal kesialan. Hendaknya seseorang bertawakkal kepada Allah.
Lalu bagaimana asal usul Rebo Wekasan dan hukum amalan salat sunnah dan sedekah tolak bala? Berikut penjelasannya.
Mengutip Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur menjelaskan, banyak para Wali Allah mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi. Mereka mengatakan bahwa setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Oleh karena itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun.
Maka barang siapa yang melakukan salat sunnah 4 rakaat di mana setiap rakaat setelah Al-Fatihah dibaca Surat Al-Kautsar 17 kali lalu Surat Al-Ikhlash 5 kali, Al-Falaq dan An-Naas masing-masing sekali. Setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang tersebut dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Menurut Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Buya Yahya dalam satu kajian yang disiarkan oleh Al-Bahjah TV, asal usul Rebo Wekasan ini adalah bermula dari cerita orang salih mendapat berita (ilham) bahwasanya pada hari itu akan turun penyakit. Maka mintalah perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari penyakit dan musibah.
"Mengamalkan amalan pada Rebo Wekasan memang tidak ada petunjuknya dari Nabi shallallohu 'alaihi wasallam. Akan tetapi kalau datangnya dari ulama apalagi ulama yang salih selama tidak bertentangan dengan ajaran Nabi tidak boleh langsung dikatakan bid'ah," jelas Buya Yahya.
Mengenai amalan Rebo Wekasan, Buya Yahya menjelaskan, orang salih yang mendapat ilham dari Allah selama yang dilakukan adalah perkara baik, bukan perkara haram misalnya bersedekah, atau sholat hajat meminta perlindungan dari bala dan musibah, maka mengikuti ilham itu hukumnya boleh. Artinya selama amalan yang dilakukan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka itu boleh-boleh saja.
"Tapi ingat, ilham bukan Hujjah. Ilhamnya seorang salih tidak boleh jadi Hujjah. Dan ingat kalau ilham tidak bertentangan dengan syariat boleh diikuti," kata Buya Yahya.
Kalau Anda mempercayai ilham dari seorang alim yang salih silakan ikuti selama tidak bertentangan dengan syariat. Kemudian, bagi yang mengingkarinya tidak boleh mencaci.
Ilham dari seorang ulama merupakan pengantar dari sunnah Nabi. Misalnya, si ulama salih mendapat ilham bahwa pada Hari Rabu akan turun bala dan penyakit, maka tolaklah bala itu dengan sholat 2 rakaat. Salat apa yang dianjurkan? Bukan salat yang diajarkan ulama atau kiyai itu, melainkan salat yang diajarkan Nabi yaitu salat sunnah Hajat untuk menolah bala.
Kemudian ditambah lagi dengan amalan sedekah untuk menolah musibah. Sebab, dalam Hadis disebutkan bahwa sedekah dapat menolak bala dan bencana (HR Al-Baihaqi dan Thabrani).
"Bagi yang tidak melakukan amalan Rebo Wekasan jangan dicaci. Karena urusan Ilham bukan perkara yang wajib diyakini. Jika kemudian ada praktik atau hal-hal aneh dalam amalan Rebo Wekasan tentu ini babnya lain," jelas Buya Yahya.
Kesimpulannya, kita menolak bala dan musibah seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Bagi yang ingin mengamalkan salat sunnah Hajat atau sedekah dengan niat menolak bala itu boleh.
Dan bagi yang tidak meyakini amalan Rebo Wekasan juga tidak ada masalah. Karena Ilham-nya seorang ulama bukan sesuatu perkara yang wajib.
Wallahu A'lam
Di bulan Safar, istilah Rebo Wekasan ini selalu muncul bahkan jadi polemik tersendiri terutama di kalangan umat Islam. Disebut Rebo Wekasan artinya Rabu terakhir bulan Safar pada kalender Jawa. Bagi masyarakat Arab Jahiliyah dulu sering menganggap Safar sebagai bulan sial. Kemudian Rasulullah SAW meluruskan keyakinan masyarakat Jahiliyah itu.
Tidak ada wabah ada mudharat kecuali dengan kehendak Allah dan tidak boleh pula meramal kesialan. Hendaknya seseorang bertawakkal kepada Allah.
Lalu bagaimana asal usul Rebo Wekasan dan hukum amalan salat sunnah dan sedekah tolak bala? Berikut penjelasannya.
Mengutip Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur menjelaskan, banyak para Wali Allah mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi. Mereka mengatakan bahwa setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Oleh karena itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun.
Maka barang siapa yang melakukan salat sunnah 4 rakaat di mana setiap rakaat setelah Al-Fatihah dibaca Surat Al-Kautsar 17 kali lalu Surat Al-Ikhlash 5 kali, Al-Falaq dan An-Naas masing-masing sekali. Setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang tersebut dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Menurut Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Buya Yahya dalam satu kajian yang disiarkan oleh Al-Bahjah TV, asal usul Rebo Wekasan ini adalah bermula dari cerita orang salih mendapat berita (ilham) bahwasanya pada hari itu akan turun penyakit. Maka mintalah perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari penyakit dan musibah.
"Mengamalkan amalan pada Rebo Wekasan memang tidak ada petunjuknya dari Nabi shallallohu 'alaihi wasallam. Akan tetapi kalau datangnya dari ulama apalagi ulama yang salih selama tidak bertentangan dengan ajaran Nabi tidak boleh langsung dikatakan bid'ah," jelas Buya Yahya.
Mengenai amalan Rebo Wekasan, Buya Yahya menjelaskan, orang salih yang mendapat ilham dari Allah selama yang dilakukan adalah perkara baik, bukan perkara haram misalnya bersedekah, atau sholat hajat meminta perlindungan dari bala dan musibah, maka mengikuti ilham itu hukumnya boleh. Artinya selama amalan yang dilakukan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka itu boleh-boleh saja.
"Tapi ingat, ilham bukan Hujjah. Ilhamnya seorang salih tidak boleh jadi Hujjah. Dan ingat kalau ilham tidak bertentangan dengan syariat boleh diikuti," kata Buya Yahya.
Kalau Anda mempercayai ilham dari seorang alim yang salih silakan ikuti selama tidak bertentangan dengan syariat. Kemudian, bagi yang mengingkarinya tidak boleh mencaci.
Ilham dari seorang ulama merupakan pengantar dari sunnah Nabi. Misalnya, si ulama salih mendapat ilham bahwa pada Hari Rabu akan turun bala dan penyakit, maka tolaklah bala itu dengan sholat 2 rakaat. Salat apa yang dianjurkan? Bukan salat yang diajarkan ulama atau kiyai itu, melainkan salat yang diajarkan Nabi yaitu salat sunnah Hajat untuk menolah bala.
Kemudian ditambah lagi dengan amalan sedekah untuk menolah musibah. Sebab, dalam Hadis disebutkan bahwa sedekah dapat menolak bala dan bencana (HR Al-Baihaqi dan Thabrani).
"Bagi yang tidak melakukan amalan Rebo Wekasan jangan dicaci. Karena urusan Ilham bukan perkara yang wajib diyakini. Jika kemudian ada praktik atau hal-hal aneh dalam amalan Rebo Wekasan tentu ini babnya lain," jelas Buya Yahya.
Kesimpulannya, kita menolak bala dan musibah seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Bagi yang ingin mengamalkan salat sunnah Hajat atau sedekah dengan niat menolak bala itu boleh.
Dan bagi yang tidak meyakini amalan Rebo Wekasan juga tidak ada masalah. Karena Ilham-nya seorang ulama bukan sesuatu perkara yang wajib.
Wallahu A'lam
(wid)