4 Pendapat Mengapa Dajjal Tidak Disebutkan dalam Al-Qur'an
Rabu, 30 Oktober 2024 - 16:09 WIB
Walaupun demikian, para Nabi memberikan peringatan akan kedatangannya, menjelaskan bahaya fitnahnya. Sesungguhnya setiap Nabi telah memberikan peringatan akan (kemunculannya) dan memberikan peringatan terhadap fitnahnya.
Jika ada bantahan (terhadap ungkapan tersebut) dengan pernyataan bahwa al-Qur'an pun telah menyebutkan Fir’aun padahal dia telah mengaku sebagai tuhan yang disembah, Yusuf bin Abdillah mengatakan, maka jawabannya bahwa masalah Fir’aun telah berlalu dan selesai, hal ini disebutkan sebagai pelajaran bagi manusia. "Adapun masalah Dajjal, maka sesungguhnya ia akan terjadi pada akhir zaman," ujarnya..
Tidak disebutkannya hal ini dalam al-Qur-an sebagai cobaan bagi manusia, padahal pengakuannya sebagai tuhan lebih jelas, sehingga tidak perlu diberikan perhatian atas kebatilannya karena Dajjal sangat nampak kekurangannya, jelas keburukannya, dan kerendahannya lebih jelas daripada pengakuan yang diserukannya.
Maka Allah tidak mengungkapkannya (di dalam al-Qur'an), karena Allah Ta’ala mengetahui dari para hamba-Nya yang beriman bahwa hal seperti ini tidak samar bagi mereka, dan tidak menambah mereka kecuali keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang dikata-kan oleh si pemuda yang dibunuh oleh Dajjal, “Demi Allah, sungguh aku lebih yakin kepadamu pada hari ini bahwa engkau adalah Dajjal.”
Yusuf bin Abdillah menyatakan terkadang sesuatu tidak disebutkan karena telah jelas, sebagaimana Nabi SAW ketika sakit menjelang kematiannya tidak menulis surat bahwa yang akan menggantikannya adalah Abu Bakar ra karena hal itu memang sudah jelas.
Hal itu disebabkan kedudukan Abu Bakar yang agung di sisi para Sahabat Radhiyallahu anhuma, karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah dan orang-orang yang beriman enggan, kecuali kepada Abu Bakar.”
Ibnu Hajar rahimahullah mengungkapkan bahwa pertanyaan mengenai tidak adanya penyebutan secara jelas tentang Dajjal di dalam al-Qur'an senantiasa ada, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj di dalam al-Qur'an, sedangkan fitnah mereka dekat dengan fitnah Dajjal.”
Tentang hal ini, Al-Quran menjelaskan dalam Surat Al-Kahfi ayat 94: Mereka berkata, 'Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kamu dan mereka'.
Dalam Al-Quran dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama, Ya'juj dan Ma'juj disebutkan sebagai dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol dahulu.
Bila Al-Quran tidak menjelaskan secara tegas dan pasti, bukan berarti Dajjal itu tidak ada. Beberapa Hadis Rasulullah yang diyakini kesahihannya secara jelas melengkapi apa yang disitir sebagai Ya'juj dan Ma'juj dalam Surat Al-Kahfi tersebut. Wallahu'alam
Jika ada bantahan (terhadap ungkapan tersebut) dengan pernyataan bahwa al-Qur'an pun telah menyebutkan Fir’aun padahal dia telah mengaku sebagai tuhan yang disembah, Yusuf bin Abdillah mengatakan, maka jawabannya bahwa masalah Fir’aun telah berlalu dan selesai, hal ini disebutkan sebagai pelajaran bagi manusia. "Adapun masalah Dajjal, maka sesungguhnya ia akan terjadi pada akhir zaman," ujarnya..
Tidak disebutkannya hal ini dalam al-Qur-an sebagai cobaan bagi manusia, padahal pengakuannya sebagai tuhan lebih jelas, sehingga tidak perlu diberikan perhatian atas kebatilannya karena Dajjal sangat nampak kekurangannya, jelas keburukannya, dan kerendahannya lebih jelas daripada pengakuan yang diserukannya.
Maka Allah tidak mengungkapkannya (di dalam al-Qur'an), karena Allah Ta’ala mengetahui dari para hamba-Nya yang beriman bahwa hal seperti ini tidak samar bagi mereka, dan tidak menambah mereka kecuali keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang dikata-kan oleh si pemuda yang dibunuh oleh Dajjal, “Demi Allah, sungguh aku lebih yakin kepadamu pada hari ini bahwa engkau adalah Dajjal.”
Yusuf bin Abdillah menyatakan terkadang sesuatu tidak disebutkan karena telah jelas, sebagaimana Nabi SAW ketika sakit menjelang kematiannya tidak menulis surat bahwa yang akan menggantikannya adalah Abu Bakar ra karena hal itu memang sudah jelas.
Hal itu disebabkan kedudukan Abu Bakar yang agung di sisi para Sahabat Radhiyallahu anhuma, karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ.
“Allah dan orang-orang yang beriman enggan, kecuali kepada Abu Bakar.”
Ibnu Hajar rahimahullah mengungkapkan bahwa pertanyaan mengenai tidak adanya penyebutan secara jelas tentang Dajjal di dalam al-Qur'an senantiasa ada, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj di dalam al-Qur'an, sedangkan fitnah mereka dekat dengan fitnah Dajjal.”
Tentang hal ini, Al-Quran menjelaskan dalam Surat Al-Kahfi ayat 94: Mereka berkata, 'Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kamu dan mereka'.
Dalam Al-Quran dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama, Ya'juj dan Ma'juj disebutkan sebagai dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol dahulu.
Bila Al-Quran tidak menjelaskan secara tegas dan pasti, bukan berarti Dajjal itu tidak ada. Beberapa Hadis Rasulullah yang diyakini kesahihannya secara jelas melengkapi apa yang disitir sebagai Ya'juj dan Ma'juj dalam Surat Al-Kahfi tersebut. Wallahu'alam
(mhy)