Konflik Aliran Pemikiran di Era Khalifah Utsman bin Affan
Kamis, 31 Oktober 2024 - 18:52 WIB
Kaum Muhajirin dan Ansar serta kaum veteran pembebasan yang sudah meninggalkan Makkah dan Madinah sudah menetap di Syam. Mereka yang meninggalkan Yaman dan Najd atau kabilah-kabilah Arab yang lain di selatan dan timur Semenanjung pergi ke Irak dan menetap di sana.
Tatkala para penanggung jawab di masa ketiga khalifah yang mula-mula itu dari tokoh-tokoh Makkah dan Madinah, yang lain telah pula mulai bertanya-tanya:
"Apa kelebihan mereka atas kita, padahal andil mereka tidak lebih besar daripada andil kita dalam pembebasan dan dalam pembentukan Kedaulatan Islam?"
"Benar, mereka memang lebih dulu daripada kita dalam Islam. Kalau alasan orang yang lebih dulu itu akan dijadikan pembenaran untuk menjadikan kekhalifahan di tangan Quraisy, mengapa hak monopoli juga merupakan pembenaran untuk segala kedudukan negara?"
"Islam tidak membuat orang Arab lebih tinggi dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa. Bagaimana pula pendapat kita dengan mereka yang tinggal di Basrah dan di Kufah yang juga orang Arab yang tidak berbeda dengan orang Hijaz, Makkah dan Madinah!"
Monopoli semacam itu hanya akan mendorong segolongan orang Arab ingin berkuasa atas golongan yang lain, cara-cara penguasaan yang tidak diakui oleh Islam dan tidak disukai oleh Nabi, pembawa risalah ini.
Bukankah Zaid bin Harisah, seorang bekas budak yang dibeli oleh Khadijah Ummulmukminin lalu dimerdekakan, oleh Rasulullah ditempatkan sebagai orang yang lebih mulia dari kebanyakan orang Kuraisy dan kaum Muhajirin dan Ansar?
Bagaimana orang-orang Najd dan yang lain, yang sudah begitu besar jasanya dalam usaha pembebasan akan ditempatkan di belakang, sementara yang akan ditampilkan adalah orang-orang Makkah dan Madinah? Ini adalah suatu kezaliman.
Orang yang merdeka tidak akan rela melakukannya. Perlakuan superioritas yang akan ditampik oleh jiwa Arab yang sejak berabad-abad sudah biasa hidup sama rata dan hidup bebas kemudian oleh Islam ditambah dengan kepercayaan yang memperkuat persamaan dan kebebasan itu!
Tatkala para penanggung jawab di masa ketiga khalifah yang mula-mula itu dari tokoh-tokoh Makkah dan Madinah, yang lain telah pula mulai bertanya-tanya:
"Apa kelebihan mereka atas kita, padahal andil mereka tidak lebih besar daripada andil kita dalam pembebasan dan dalam pembentukan Kedaulatan Islam?"
"Benar, mereka memang lebih dulu daripada kita dalam Islam. Kalau alasan orang yang lebih dulu itu akan dijadikan pembenaran untuk menjadikan kekhalifahan di tangan Quraisy, mengapa hak monopoli juga merupakan pembenaran untuk segala kedudukan negara?"
"Islam tidak membuat orang Arab lebih tinggi dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa. Bagaimana pula pendapat kita dengan mereka yang tinggal di Basrah dan di Kufah yang juga orang Arab yang tidak berbeda dengan orang Hijaz, Makkah dan Madinah!"
Monopoli semacam itu hanya akan mendorong segolongan orang Arab ingin berkuasa atas golongan yang lain, cara-cara penguasaan yang tidak diakui oleh Islam dan tidak disukai oleh Nabi, pembawa risalah ini.
Bukankah Zaid bin Harisah, seorang bekas budak yang dibeli oleh Khadijah Ummulmukminin lalu dimerdekakan, oleh Rasulullah ditempatkan sebagai orang yang lebih mulia dari kebanyakan orang Kuraisy dan kaum Muhajirin dan Ansar?
Bagaimana orang-orang Najd dan yang lain, yang sudah begitu besar jasanya dalam usaha pembebasan akan ditempatkan di belakang, sementara yang akan ditampilkan adalah orang-orang Makkah dan Madinah? Ini adalah suatu kezaliman.
Orang yang merdeka tidak akan rela melakukannya. Perlakuan superioritas yang akan ditampik oleh jiwa Arab yang sejak berabad-abad sudah biasa hidup sama rata dan hidup bebas kemudian oleh Islam ditambah dengan kepercayaan yang memperkuat persamaan dan kebebasan itu!
(mhy)