Jihad terhadap Hawa Nafsu Harus Didahulukan daripada Jihad terhadap Musuh Islam
Rabu, 06 November 2024 - 17:32 WIB
Imam Ibn al-Qayyim dalam kitab "al-Hady al-Nabawi" menyebutkan terdapat 13 tingkatan jihad . 4 Tingkatan jihad yang berkaitan dengan jihad terhadap hawa nafsu , 2 tingkatan jihad terhadap setan, 3 tingkatan jihad kepada pelaku kezaliman, bid'ah, dan kemungkaran, dan 4 tingkatan lainnya jihad terhadap orang-orang kafir , dan jihad dengan hati, lidah, dan harta benda.
"Jihad yang mesti ditempatkan pada urutan yang terakhir ialah jihad dengan jiwa dan tangan kita," ujarnya.
Dia melanjutkan, "Karena jihad yang paling utama itu adalah mengatakan sesuatu yang benar di hadapan suasana yang sangat keras; seperti mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang ditakutkan siksaannya, maka dalam hal ini Rasulullah SAW menduduki tempat jihad yang tertinggi dan paling sempurna."
Karena jihad terhadap musuh-musuh Allah merupakan bagian dari jihad seorang hamba terhadap hawa nafsunya dalam meniti jalan Allah; sebagaimana dikatakan oleh Nabi SAW:
"Orang yang sebenarnya berjihad ialah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam meniti ketaatan terhadap Allah. Dan orang yang sebenarnya berhijrah ialah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang oleh-Nya." (HR Ahmad)
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul " Fiqh Prioritas " mengatakan sesungguhnya jihad terhadap hawa nafsu harus didahulukan daripada jihad terhadap musuh Islam.
Karena sesungguhnya orang yang belum berjihad melawan hawa nafsunya terlebih dahulu untuk mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya, dan meninggalkan apa yang dilarang baginya, serta memeranginya di jalan Allah, maka dia tidak boleh melakukan jihad terhadap musuh yang ada di luar dirinya.
"Bagaimana mungkin dia dapat melawan musuh dari luar, pada saat yang sama musuh dari dalam dirinya masih menguasainya dan tidak dia perangi di jalan Allah SWT?" katanya. "Sehingga tidak mungkin ia keluar melawan musuhnya, sebelum dia memerangi musuh yang berada di dalam dirinya."
Menurutnya, dengan adanya dua musuh ini, seorang hamba diuji untuk melawannya. Dan di antara kedua musuh ini masih ada musuh yang ketiga, yang tidak mungkin baginya untuk memerangi kedua musuh itu kecuali dengan melakukan perang terlebih dahulu kepada musuh yang ketiga ini.
Musuh ini berdiri menghalangi hamba Allah untuk melakukan peperangan terhadap kedua musuh itu. Dia selalu menggoda hamba Allah dan menggambarkan bahwa kedua musuh itu begitu berat baginya, karena dengan memerangi kedua musuh itu manusia akan meninggalkan perkara-perkara yang lezat dan enak.
Sesungguhnya manusia tidak akan dapat memerangi kedua musuh itu kecuali dia telah mengalahkan musuh yang ketiga.
Perang terhadap musuh yang ketiga ini merupakan dasar bagi peperangan terhadap musuh yang pertama dan kedua. Musuh yang ketiga itu adalah setan. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuhmu ..." ( QS Fathir : 6).
Perintah untuk menjadikan setan sebagai musuh merupakan peringatan bahwa kita harus mempergunakan segala kekuatan kita untuk memeranginya. Seakan-akan dia adalah musuh yang tidak ada hentinya, dan tidak ada seorang hamba pun yang boleh melalaikan perang terhadapnya.
Itulah tiga musuh yang harus diperangi oleh manusia. Kaum Muslimin telah diuji untuk memerangi ketiga musuh itu karena ketiga-tiganya telah menguasai diri mereka sebagai ujian dari Allah SWT... sebagian orang di antara mereka diciptakan sebagai ujian atas sebagian yang lain, untuk menguji siapakah yang betul-betul membela Rasulullah saw dan siapakah yang termasuk dalam kelompok yang membela setan.
"Jihad yang mesti ditempatkan pada urutan yang terakhir ialah jihad dengan jiwa dan tangan kita," ujarnya.
Dia melanjutkan, "Karena jihad yang paling utama itu adalah mengatakan sesuatu yang benar di hadapan suasana yang sangat keras; seperti mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang ditakutkan siksaannya, maka dalam hal ini Rasulullah SAW menduduki tempat jihad yang tertinggi dan paling sempurna."
Karena jihad terhadap musuh-musuh Allah merupakan bagian dari jihad seorang hamba terhadap hawa nafsunya dalam meniti jalan Allah; sebagaimana dikatakan oleh Nabi SAW:
"Orang yang sebenarnya berjihad ialah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam meniti ketaatan terhadap Allah. Dan orang yang sebenarnya berhijrah ialah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang oleh-Nya." (HR Ahmad)
Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul " Fiqh Prioritas " mengatakan sesungguhnya jihad terhadap hawa nafsu harus didahulukan daripada jihad terhadap musuh Islam.
Karena sesungguhnya orang yang belum berjihad melawan hawa nafsunya terlebih dahulu untuk mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya, dan meninggalkan apa yang dilarang baginya, serta memeranginya di jalan Allah, maka dia tidak boleh melakukan jihad terhadap musuh yang ada di luar dirinya.
"Bagaimana mungkin dia dapat melawan musuh dari luar, pada saat yang sama musuh dari dalam dirinya masih menguasainya dan tidak dia perangi di jalan Allah SWT?" katanya. "Sehingga tidak mungkin ia keluar melawan musuhnya, sebelum dia memerangi musuh yang berada di dalam dirinya."
Menurutnya, dengan adanya dua musuh ini, seorang hamba diuji untuk melawannya. Dan di antara kedua musuh ini masih ada musuh yang ketiga, yang tidak mungkin baginya untuk memerangi kedua musuh itu kecuali dengan melakukan perang terlebih dahulu kepada musuh yang ketiga ini.
Musuh ini berdiri menghalangi hamba Allah untuk melakukan peperangan terhadap kedua musuh itu. Dia selalu menggoda hamba Allah dan menggambarkan bahwa kedua musuh itu begitu berat baginya, karena dengan memerangi kedua musuh itu manusia akan meninggalkan perkara-perkara yang lezat dan enak.
Sesungguhnya manusia tidak akan dapat memerangi kedua musuh itu kecuali dia telah mengalahkan musuh yang ketiga.
Perang terhadap musuh yang ketiga ini merupakan dasar bagi peperangan terhadap musuh yang pertama dan kedua. Musuh yang ketiga itu adalah setan. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuhmu ..." ( QS Fathir : 6).
Perintah untuk menjadikan setan sebagai musuh merupakan peringatan bahwa kita harus mempergunakan segala kekuatan kita untuk memeranginya. Seakan-akan dia adalah musuh yang tidak ada hentinya, dan tidak ada seorang hamba pun yang boleh melalaikan perang terhadapnya.
Itulah tiga musuh yang harus diperangi oleh manusia. Kaum Muslimin telah diuji untuk memerangi ketiga musuh itu karena ketiga-tiganya telah menguasai diri mereka sebagai ujian dari Allah SWT... sebagian orang di antara mereka diciptakan sebagai ujian atas sebagian yang lain, untuk menguji siapakah yang betul-betul membela Rasulullah saw dan siapakah yang termasuk dalam kelompok yang membela setan.
(mhy)