Kisah Berakhirnya Perlawanan Persia: Berikut Ini Wilayah Paling Sulit Ditaklukkan Muslim
Senin, 18 November 2024 - 14:42 WIB
PERISTIWA ini terjadi di era Khalifah Utsman bin Affan .Persia bisa dikuasai umat Islam secara penuh dengan terbunuhnya Kaisar Yazdigird . Rakyat Persia berdamai dengan pihak Muslimin, kecuali pihak Turki penduduk Balkh. Mereka bertetangga dengan daerah Bab di ujung barat laut daerah Iran di pantai Laut Kaspia.
"Tidak heran bila kawasan ini termasuk daerah Persia yang paling alot dihadapi oleh para penakluk dan paling sering terjadi pemberontakan," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, kawasan ini merupakan daerah berbukit-bukit dan sukar dilalui manusia. Penduduknya sudah biasa berperang dan memberontak. Mereka tidak mau tunduk begitu saja meskipun oleh pihak Arab sudah dikepung dari segenap penjuru.
Ketika Abdur-Rahman bin Rabi'ah mencapai daerah itu dan hendak menyerang mereka, mereka mati-matian mengadakan perlawanan. Akhirnya mereka berhasil menghancurkan pasukan Muslimin.
Melihat hal ini Khalifah Utsman bin Affan khawatir, kesuksesan mereka akan berpengaruh kepada daerah-daerah lain. Itu sebabnya, pasukanIslammengadakan pembalasan terhadap saudara-saudaranya itu.
KhalifahUtsman segera menulis surat kepada Sa'id bin As, penanggung jawab Kufah, dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan, kepala pemerintahan Syam, agar memberikan bantuan kepada pasukan Muslimin yang sudah terperangkap sesudah kekalahan mereka di Bab itu.
Mua'awiyah mengirim pasukan di bawah Habib bin Maslamah alFahri, sedangkan Said bin As mengirimSalman bin Rabi'ah al-Bahili.
Dengan bantuan itu, pasukan Muslimin dapat mengalahkan para pemberontak dan menaklukkan Farj Balanjar dengan paksa.
Menurut Haekal, kemenangan itu diwarnai perselisian antara pihak Syam dan Kufah.Ini merupakan perselisihan pertama terjadi di kalangan pasukan Muslimin.
Sejarawan Tabari menghubungkan perselisihan mereka ini pada upaya Salman yang ingin memegang pimpinan Habib tetapi Habib menolak. Pihak Syam berkata: "Kami bermaksud menghantam Salman". Pihak Kufah berkata: "Kalau begitu kita hantam saja Habib biar banyak yang mati dari kalian dan dari kami..."
Dalam hal ini penyair Kufah, Aus bin Magra' berkata:
Kalau kalian menghantam Salman akan kami hantam Habib kalian
Kalau kalian berangkat menemui Ibn Affan kami pun akan berangkat
Kalau kalian melanda, daerah perang itu adalah daerah komandan kami
Dan ini komandan yang dalam batalion-batalion sudah akan datang
Kami adalah para penguasa daerah-daerah perang, kamilah garnisunnya
Setiap malam, membidik dan menyangga setiap daerah perang.
Tetapi sejarawan Balazuri mengacu adanya perselisihan itu pada Salman, bahwa ia bersama pasukannya sampai ke tempat pertempuran itu sesudah pihak Syam selesai menghadapi musuh.
Pasukan Kufah meminta agar hasil rampasan perang dibagi bersama dengan mereka, tetapi permintaan itu ditolak. Antara Habib dengan Salman kemudian terjadi perang mulut dan beberapa orang dari pihak Syam mengancam akan membunuh Salman. Maka keluarlah kata-kata penyair pihak Kufah seperti disebutkan di atas itu.
"Tidak heran bila kawasan ini termasuk daerah Persia yang paling alot dihadapi oleh para penakluk dan paling sering terjadi pemberontakan," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, kawasan ini merupakan daerah berbukit-bukit dan sukar dilalui manusia. Penduduknya sudah biasa berperang dan memberontak. Mereka tidak mau tunduk begitu saja meskipun oleh pihak Arab sudah dikepung dari segenap penjuru.
Ketika Abdur-Rahman bin Rabi'ah mencapai daerah itu dan hendak menyerang mereka, mereka mati-matian mengadakan perlawanan. Akhirnya mereka berhasil menghancurkan pasukan Muslimin.
Melihat hal ini Khalifah Utsman bin Affan khawatir, kesuksesan mereka akan berpengaruh kepada daerah-daerah lain. Itu sebabnya, pasukanIslammengadakan pembalasan terhadap saudara-saudaranya itu.
KhalifahUtsman segera menulis surat kepada Sa'id bin As, penanggung jawab Kufah, dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan, kepala pemerintahan Syam, agar memberikan bantuan kepada pasukan Muslimin yang sudah terperangkap sesudah kekalahan mereka di Bab itu.
Mua'awiyah mengirim pasukan di bawah Habib bin Maslamah alFahri, sedangkan Said bin As mengirimSalman bin Rabi'ah al-Bahili.
Dengan bantuan itu, pasukan Muslimin dapat mengalahkan para pemberontak dan menaklukkan Farj Balanjar dengan paksa.
Menurut Haekal, kemenangan itu diwarnai perselisian antara pihak Syam dan Kufah.Ini merupakan perselisihan pertama terjadi di kalangan pasukan Muslimin.
Baca Juga
Sejarawan Tabari menghubungkan perselisihan mereka ini pada upaya Salman yang ingin memegang pimpinan Habib tetapi Habib menolak. Pihak Syam berkata: "Kami bermaksud menghantam Salman". Pihak Kufah berkata: "Kalau begitu kita hantam saja Habib biar banyak yang mati dari kalian dan dari kami..."
Dalam hal ini penyair Kufah, Aus bin Magra' berkata:
Kalau kalian menghantam Salman akan kami hantam Habib kalian
Kalau kalian berangkat menemui Ibn Affan kami pun akan berangkat
Kalau kalian melanda, daerah perang itu adalah daerah komandan kami
Dan ini komandan yang dalam batalion-batalion sudah akan datang
Kami adalah para penguasa daerah-daerah perang, kamilah garnisunnya
Setiap malam, membidik dan menyangga setiap daerah perang.
Tetapi sejarawan Balazuri mengacu adanya perselisihan itu pada Salman, bahwa ia bersama pasukannya sampai ke tempat pertempuran itu sesudah pihak Syam selesai menghadapi musuh.
Pasukan Kufah meminta agar hasil rampasan perang dibagi bersama dengan mereka, tetapi permintaan itu ditolak. Antara Habib dengan Salman kemudian terjadi perang mulut dan beberapa orang dari pihak Syam mengancam akan membunuh Salman. Maka keluarlah kata-kata penyair pihak Kufah seperti disebutkan di atas itu.
Baca Juga
(mhy)