Takwil dalam Tafsir Al-Quran: Ketika Banyak Kosakata Diserahkan kepada Allah
Sabtu, 23 November 2024 - 04:53 WIB
Agaknya al-Jahiz (w. 255 H/868 M) merupakan tokoh pertama yang menghasilkan pemikiran-pemikiran jernih menyangkut masalah tersebut.
Walaupun harus diakui bahwa kitab tafsir pertama, karya Abu Ubaidah Mu'ammar bin Al-Mustana (w. 209 H) bernama Majazat al-Qur'an.
Tokoh al-Mahiz adalah seorang penganut aliran rasional dalam bidang teologi (Muktazilah) dan dengan penafsiran-penafsirannya ia telah mampu menyelesaikan sekian banyak problema pemahaman keagamaan yang tadinya dihadapi sekian banyak ulama.
Imam Malik (w. 795 M) misalnya, enggan membenarkan redaksi "langit menurunkan hujan," karena berkeyakinan bahwa yang menurunkan hujan adalah Allah SWT.
Demikian juga ketika beliau ditanya tentang pengertian Firman Allah dalam QS Thaha: 5, "Tuhan yang maha pemurah bersemayam di atas Arasy."
Malik menjawab: Pertanyaan semacam ini merupakan bid'ah" (tercela dalam pandangan agama).
Bahkan sebagaimana ditulis al-Jahiz dalam bukunya al-Hayawan ada orang-orang yang menduga bahwa batu merupakan makhluk berakal, berdasarkan Firman Allah dalam QS al-Baqarah : 74: "... dan di antaranya (di antara batu) sungguh ada yang meluncur karena takut kepada Allah ...," sebagaimana ada yang menduga bahwa ada nabi-nabi untuk lebah-lebah berdasarkan QS al-Nahl : 68, "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah."
Kemudian mereka berpaham demikian merangkai hikayat-hikayat yang tak mempunyai dasar sedikit pun.
Al-Jahiz yang sangat rasional dan ahli dalam bidang kebahasaan itu membantah pendapat-pendapat semacam itu dengan menunjuk pada penggunaan kosakata atau ungkapan yang sama dan yang pernah digunakan orang-orang Arab menjelang dan pada masa turunnya al-Qur'an.
Ibnu Qutaibah (w. 276 H/889 M), murid al-Jahid walau pun bukan penganut aliran Muktazilah bahkan dinilai sebagai "juru bicara Ahl-u'l-Sunnah" melanjutkan dan mengembangkan usaha-usaha gurunya dalam memahami teks-teks keagamaan dengan berbagai motif yang berkembang dengan sangat pesat; dan tentu menggunakan segala cara dan argumentasi, baik logika maupun kebahasaan.
(mhy)