Ustaz Abdul Somad : Menyikapi Bijak Perbedaan Pendapat Tentang Nisfu Syaban

Kamis, 13 Februari 2025 - 17:19 WIB
Ustaz Abdul Somad atau populer disapa UAS Foto dok SINDOnews
Nisfu Syaban adalah malam yang memiliki banyak keutamaan dalam agama Islam. Menurut Ustadz Abdul Somad, penentuan waktu Nisfu Syaban dapat dihitung dengan dua metode utama, yaitu menggunakan ilmu falak (hisab) dan rukyah . Masing-masing metode ini memiliki perbedaan dalam menentukan kapan tepatnya malam Nisfu Syaban terjadi.

Ilmu falak, atau astronomi, adalah ilmu yang mempelajari peredaran benda-benda langit, seperti matahari dan bulan. Menurut Ustaz Abdul Somad , jika perhitungan menggunakan metode ini, maka malam Nisfu Syaban jatuh pada malam Kamis, yaitu malam antara Kamis dan Jumat. Dalam perhitungan ini, hari JUmat (14 Februari) adalah tanggal 15 Syaban, sehingga malam Nisfu Syaban dimulai setelah maghrib pada hari Kamis (13 Februari), tepatnya malam antara Kamis dan Jumat.

Sebaliknya, jika seseorang menggunakan metode rukyah (pengamatan bulan), maka malam Nisfu Syaban dihitung berdasarkan penampakan hilal (bulan sabit baru). Jika hilal terlihat pada malam tersebut, maka dianggap sebagai malam Nisfu Syaban. Dengan cara ini, malam Nisfu Syaban bisa berbeda-beda tergantung pada daerah dan kondisi cuaca, yang mempengaruhi kemampuan untuk melihat hilal.

Ustadz Abdul Somad mengungkapkan bahwa jika menggunakan rukyah, maka malam Nisfu Syaban kemungkinan jatuh pada malam sebelumnya, yang berarti hari Kamis malam, bagi mereka yang mengikuti rukyah.

Ustadz Abdul Somad juga menjelaskan perbedaan yang mendasar antara kedua metode tersebut. Bagi kelompok yang menggunakan hisab, penentuan hari Nisfu Syaban sudah pasti berdasarkan perhitungan matematis dan astronomis. Namun, bagi mereka yang berpegang pada rukyah, penentuan malam Nisfu Syaban lebih bergantung pada pengamatan hilal yang kadang bisa berbeda di setiap tempat. Ini menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan ibadah, termasuk puasa Nisfu Syaban.

Sebagai contoh, dalam perhitungan dengan hisab, jika tanggal 15 Syaban jatuh pada hari JUmat maka malam Nisfu Syaban terjadi pada malam Kamis, malam antara Kamis dan Jumat. Namun, bagi mereka yang mengikuti rukyah, malam Nisfu Syaban mungkin telah terjadi pada malam sebelumnya, yang jatuh pada malam Rabu.

Menurut Ustaz Abdul Somad, meskipun ada perbedaan dalam cara penentuan, yang terpenting adalah keyakinan masing-masing. Beliau mengutip sebuah kisah yang menyebutkan perbedaan dalam penentuan hilal antara kelompok Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Muhammadiyah menggunakan perhitungan hisab, sementara NU cenderung menggunakan rukyah. Dalam hal ini, penting untuk saling menghargai perbedaan dan tetap berpegang pada keyakinan yang diyakini benar.

Ustaz Abdul Somad menekankan bahwa yang terbaik adalah mengikuti keyakinan masing-masing dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian. Beliau memberikan analogi tentang seseorang yang mengikuti petunjuk Google Maps: meskipun ada banyak jalan menuju satu tujuan, yang penting adalah sampai dengan selamat. Begitu juga dalam penentuan Nisfu Syaban, walaupun ada perbedaan metode, yang terpenting adalah melaksanakan ibadah dengan ikhlas dan sesuai dengan keyakinan.

Dalam kesimpulannya, Ustaz Abdul Somad mengingatkan kita untuk tidak terlalu terjebak dalam perdebatan tentang perbedaan metode, tetapi lebih fokus pada tujuan ibadah itu sendiri. Baik menggunakan hisab maupun rukyah, yang terpenting adalah menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur. Perbedaan dalam cara menghitung Nisfu Syaban seharusnya tidak menjadi pemicu perpecahan, melainkan sebagai kekayaan khazanah pemahaman agama yang dapat saling menghormati.

Dengan memahami perbedaan ini, umat Islam dapat lebih bijaksana dalam menyikapi perbedaan cara menghitung malam Nisfu Syaban, serta dapat terus menjaga kerukunan antar sesama. Wallahu A'lam

(wid)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More