Muslim Indonesia Masih Dipandang Sebelah Mata, Apa Sebab?

Kamis, 03 September 2020 - 15:01 WIB
Pertama, karena memang dunia kita adalah dunia global yang menuntut bahkan memaksa semua pihak untuk memainkan peranannya masing-masing. Artinya di hadapan semua bangsa saat ini hanya ada satu pilihan. Ikut menjadi pemain dalam dunia global dan menentukan arah perjalanannya. Atau menjadi mainan dunia global yang terkadang tidak berprikemanusiaan.

Maka Indonesia dan Muslim Indonesia harus mengambil bagian penting dari hiruk pikuk dunia global itu. Bahkan dengan segala potensi yang dimilikinya harus menjadi bagian yang dapat menentukan wajah pergerakannya.

( )

Kedua, sejarah Muslim Nusantara adalah sejarah besar. Bahwa peranan Muslim Nusantara, bahkan jauh sebelum negara Indonesia terbentuk dan merdeka, begitu sangat besar dan signifikan di dunia luar. Satu antara catatan sejarah keulamaan Nusantara misalnya adalah Syeikh Yusuf Al-Makassary. Beliau bukan sekedar tawanan Belanda yang dibuang ke Srilanka dan Afrika Selatan. Tapi yang terpenting beliau adalah Ulama besar dan dai yang berhasil di kancah global.

Maka Muslim Indonesia tidak seharusnya hanya mampu bernostalgia dengan kebesaran masa lalu. Masanya Umat Islam Indonesia, dan ulama Nusantara khususnya, untuk kembali memainkan peranan tersebut.

Ketiga, ditakdirkannya Indonesia menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia saya yakin bukan karena tanpa hikmah atau makna. Saya justru yakin bahwa kebesaran Indonesia dalam aspek keislaman merupakan amanah Allah untuk diambil secara serius.

Itulah saya kira yang dipahami oleh para Founding fathers (pendiri) bangsa ini sehingga Konstitusi negara menyebutkan bahwa di antara tanggung jawab bangsa ini adalah ikut menjaga ketertiban dan perdamaian dunia. Sejujurnya Islam yang sesungguhnya dapat menjadi dasar ketertiban dan perdamaian dunia itu. Dan di sinilah tanggung besar Indonesia di kancah internasional.

Keempat, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada, harus diakui bahwa pemahaman dan pengamalan Islam di Nusantara memiliki wajah yang diimpikan oleh dunia. Wajah itu adalah wajah tersenyum, wajah ramah, wajah yang merangkul, wajah yang visioner, dan seterusnya. Kesemua itu tersimpul dalam ayat: "Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil-alamin".

Di sinilah amanah besar umat Islam Indonesia dan para Ulama khususnya untuk maju ke garda depan untuk menampilkan Islam yang sesungguhnya itu. Itulah Islam yang rahmatan lil-alamin.

Persiapan yang Tangguh

Tentu untuk bisa memainkan peranan besar tersebut bukan hanya dengan emosi dan angan-angan. Tapi diperlukan kesiapan yang mapan. Kesiapan itu mencakup kesiapan intelektualitas dan spiritualitas yang memang solid.

Ilmu atau kematangan intelektualitas itu harus mencapai tingkatan paham. Sebab berilmu saja tidak cukup. Yang diperlukan adalah pemahaman. Tentu paham subtansi Islam ( Al-Qur'an dan As-Sunnah ). Tapi tidak kalah pentingnya juga paham tentang lingkungan sekitar.

Dengan Ilmu itu akan terbangun kedewasaan dalam menyikapi setiap permasalahan dunia. Termasuk dunia yang semakin terbuka dan menampakkan keragaman yang pelik (complicated). Kekurang kedewasaan (immaturity) Umat itulah yang melahirkan prilaku sebagian Umat yang terkadang kekanak-kanakan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan (keragaman) yang ada.

Tentu selain keilmuan dan pemahaman yang mendewasakan juga diperlukan persiapan lainnya, termasuk kemampuan komunikasi yang mapan. Sejujurnya salah satu kekurangan Umat Islam Indonesia, termasuk pada Ulama, adalah kemampuan dalam komunikasi. Tentu termasuk di dalamnya penguasaan bahasa-bahasa internasional, minimal bahasa-bahasa dominan dunia seperti bahasa Inggris.

Maka saya harus bangga dengan program-program Istiqlal yang visioner, termasuk mempersiapkan Ulama dan du’at yang berwawasan dan berkemampuan global. Satu hal yang menjadi motivasi saya yang memang sejak lama ingin melihat putra-putrì terbaik bangsa ini memainkan peranan signifikannya di dunia global. Termasuk tentunya di bidang keilmuan dan keislaman. Semoga! ( )

New York, 2 September 2020
(rhs)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam. Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam penuh.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 468)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More