Kisah Syaikh Abubakar, Jangggut Panjang, dan Nasihat Iblis kepada Nabi Musa
Rabu, 09 September 2020 - 06:06 WIB
Darwis yang Punya Janggut Indah
Di masa Musa ada seorang darwis yang menghabiskan waktu siang dan malamnya dalam ibadat , namun tak menghayati rasa kerohanian. Ia punya janggut panjang yang indah, dan sering selagi berdoa, ia berhenti untuk menyisir janggut itu. Suatu hari, ketika melihat Musa ia pun mendapatkannya dan berkata, "O Pasya dari Tursina, kumohon padamu, bertanyalah pada Tuhan, mengapa aku tak mengalami kepuasan rohani maupun haru gembira."
Pada kesempatan berikutnya ketika Musa naik ke Tursina ia pun bicara pada Tuhan tentang darwis itu, dan Tuhan pun bersabda dengan nada tak berkenan, "Meskipun darwis itu telah mencari persatuan dengan aku, namun ia senantiasa memikirkan janggutnya yang panjang itu."
Ketika Musa turun, diceritakannya pada sang darwis bagaimana sabda Tuhan itu. Mendengar itu, darwis itu pun segera mencabuti janggutnya, sambil menangis sedih.
Jibril pun lalu datang mendapatkan Musa dan berkata, "Sampai sekarang pun ia masih memikirkan janggutnya. Tiada yang lain lagi dipikirkannya waktu berdoa, dan bahkan lebih lekat hatinya pada janggut itu sementara ia mencabutinya."
O kau yang merasa tak dipengaruhi lagi oleh janggutmu, kau tercebur di lautan penderitaan. Bila kau dapat memandang janggutmu itu dengan sikap tak terikat, kau akan berhak berlayar melintasi lautan ini. Tetapi bila kau tercebur ke dalamnya dengan janggutmu, kau akan merasa sulit untuk keluar.
Seorang Berjanggut Panjang
Seorang peminum, yang berjanggut panjang dan bagus, kebetulan jatuh ke dalam air yang dalam. Melihat ini, seorang yang lewat pun berseru, "Buanglah pundi-pundi itu dan kepalamu."
Orang yang tenggelam itu menjawab, "Ini bukan pundi-pundi, ini janggutku, dan bukan ini yang menghalangiku."
Kata orang yang lewat itu, "Bagaimanapun, buanglah itu, kalau kau tak mau tenggelam."
O kau yang seperti kambing, dan tak malu akan janggutmu, selama ada padamu tubuh nafsu dan setan yang akan menggulungmu, maka kebanggaan Fir'aun dan Haman akan menjadi bagian dari dirimu pula.
Palingkan dirimu dari dunia ini sebagaimana Musa berbuat demikian, maka kau pun akan dapat menangkap janggut Fir'aun dan menyekap dia kuat-kuat. Dia yang berjalan di jalan menuju kesempurnaan diri harus memandang hatinya hanya sebagai syisy kabab. Orang yang membawa ember penyiram tidak menunggu hujan turun.
Di masa Musa ada seorang darwis yang menghabiskan waktu siang dan malamnya dalam ibadat , namun tak menghayati rasa kerohanian. Ia punya janggut panjang yang indah, dan sering selagi berdoa, ia berhenti untuk menyisir janggut itu. Suatu hari, ketika melihat Musa ia pun mendapatkannya dan berkata, "O Pasya dari Tursina, kumohon padamu, bertanyalah pada Tuhan, mengapa aku tak mengalami kepuasan rohani maupun haru gembira."
Pada kesempatan berikutnya ketika Musa naik ke Tursina ia pun bicara pada Tuhan tentang darwis itu, dan Tuhan pun bersabda dengan nada tak berkenan, "Meskipun darwis itu telah mencari persatuan dengan aku, namun ia senantiasa memikirkan janggutnya yang panjang itu."
Ketika Musa turun, diceritakannya pada sang darwis bagaimana sabda Tuhan itu. Mendengar itu, darwis itu pun segera mencabuti janggutnya, sambil menangis sedih.
Jibril pun lalu datang mendapatkan Musa dan berkata, "Sampai sekarang pun ia masih memikirkan janggutnya. Tiada yang lain lagi dipikirkannya waktu berdoa, dan bahkan lebih lekat hatinya pada janggut itu sementara ia mencabutinya."
O kau yang merasa tak dipengaruhi lagi oleh janggutmu, kau tercebur di lautan penderitaan. Bila kau dapat memandang janggutmu itu dengan sikap tak terikat, kau akan berhak berlayar melintasi lautan ini. Tetapi bila kau tercebur ke dalamnya dengan janggutmu, kau akan merasa sulit untuk keluar.
Seorang Berjanggut Panjang
Seorang peminum, yang berjanggut panjang dan bagus, kebetulan jatuh ke dalam air yang dalam. Melihat ini, seorang yang lewat pun berseru, "Buanglah pundi-pundi itu dan kepalamu."
Orang yang tenggelam itu menjawab, "Ini bukan pundi-pundi, ini janggutku, dan bukan ini yang menghalangiku."
Kata orang yang lewat itu, "Bagaimanapun, buanglah itu, kalau kau tak mau tenggelam."
O kau yang seperti kambing, dan tak malu akan janggutmu, selama ada padamu tubuh nafsu dan setan yang akan menggulungmu, maka kebanggaan Fir'aun dan Haman akan menjadi bagian dari dirimu pula.
Palingkan dirimu dari dunia ini sebagaimana Musa berbuat demikian, maka kau pun akan dapat menangkap janggut Fir'aun dan menyekap dia kuat-kuat. Dia yang berjalan di jalan menuju kesempurnaan diri harus memandang hatinya hanya sebagai syisy kabab. Orang yang membawa ember penyiram tidak menunggu hujan turun.
(mhy)