Sebelum Wafat, Rasulullah SAW Sempat Pingsan Sembari Ingatkan Salat

Jum'at, 11 September 2020 - 16:44 WIB
Isyarat dekatnya ajal Rasulullah SAW dimulai ketika beliau beritikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Foto/dok SINDOnews
Tiada kedukaan paling berat dialami ahli bait dan para sahabat kecuali berpulangnya kekasih Allah yang mulia Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Alam semesta dan para Malaikat pun ikut berduka.

Rasulullah SAW menghadap Ilahi Rabbi pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah atau 633 Masehi. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari. Isyarat dekatnya ajal Rasulullah SAW dimulai ketika beliau beri'tikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 H. Malaikat Jibril mengulang Al-Qur'an hingga dua kali dalam tahun itu bersama Rasulullah . Kemudian di Padang Arafah saat haji Wada’ Rasulullah bersabda: "Aku tidak tahu pasti. Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf ini untuk selamanya". ( )

Dalam satu riwayat yang bersumber dari Anas bin Malik RA, mengatakan, "Terakhir kali aku memandang Rasulullah SAW yaitu tatkala tirai kamarnya dibuka pada hari Senin. Aku memandang wajahnya bagaikan kertas mushaf (dalam keelokan dan kebersihannya) . Orang-orang salat di belakang Abu Bakar RA . Hampir saja terjadi kegoncangan di antara umat, kemudian Abu Bakar memerintahkan kaum muslimin agar tenang. Abu Bakar memimpin mereka, tirai kamar Nabi SAW dibuka dan Rasulullah SAW telah wafat pada akhir hari itu."

Dalam Kitab Asy-Syamail Imam At-Tirmidzi disebutkan, ketika Rasulullah SAW sakit, beliau (Rasulullah) sempat pingsan kemudian sadar kembali. Beliau bersabda: "Apakah waktu salat telah tiba?" Para sahabat menjawab: "Ya". Kemudian beliau bersabda: "Perintahkan Bilal agar mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar menjadi imam bagi umat.

( )

Selanjutnya Salim berkata: "Kemudian beliau pingsan kembali, kemudian sadar kembali seraya bersabda: "Apakah waktu salat tiba telah tiba?" Para sahabat menjawab: "Ya". Kemudian beliau bersabda: "Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan salat bersama umat."

Sayyidah 'Aisyah RA berkata (usul) kepada Rasulullah SAW :"Sesungguhnya ayahku amat perasa. Bila ia berdiri di tempat itu (tempat Rasulullah mengimami), ia akan menangis, dan ia takkan mampu berdiri. Bagaimana sekiranya Anda perintahkan saja orang lain!" Salim bercerita lagi: "Kemudian beliau pingsan lagi, kemudian sadar kembali, seraya bersabda: "Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan salat dengan umat (menjadi imam). Sesungguhnya kalian (wahai kaum wanita) bagaikan wanita pada masa Nabi Yusuf."

Kemudian Salim melanjutkan ceritanya: "Maka Bilal diperintahkan, ia pun mengumandangkan adzan dan Abu Bakar diperintah, ia pun shalat bersama umat (menjadi imam). Kemudian Rasulullah SAW agak berkurang rasa sakitnya, maka beliau bersabda: "Carikan untukku orang yang bersedia aku telekani!" Maka datanglah Burairah (budak yang telah dimerdekakan Aisyah) dan seorang laki-laki lainnya, kemudian Rasulullah SAW bertelekan pada keduanya. Manakala Abu Bakar melihatnya, ia pun mengundurkan diri (dari kedudukan menjadi imam), namun Rasulullah SAW mengisyaratkan agar ia tetap di tempat, akhirnya Abu Bakar pun selesai mengerjakan salat (mengimami).

Tak lama kemudian Rasulullah SAW mengembuskan nafas terakhirnya. Kabar duka ini pun menggemparkan penduduk Madinah. Semua orang menangis. Kala itu, Umar bin Khattab RA datang dan berkata: "Demi Allah, tiada seorangpun yang kudengar menyebutkan Rasulullah SAW wafat, melainkan akan kupancung (kepalanya) dengan pedangku ini!" ( )

Salim menceritakan lagi: "Umat pada waktu itu tidak mengetahui. (Hal itu dapat di mengerti) sebab sebelumnya tidak ada pada seorang Nabi. Maka sewaktu Umar berbuat demikian umat Islam hanya berdiam diri. Kemudian mereka berkata: "Wahai Salim! Berangkatlah engkau menemui Abu Bakar dan panggillah kemari!" Kutemui Abu Bakar sewaktu ia berada di dalam masjid. Kudekati dia sambil menangis karena kebingungan. Manakala ia melihat aku, iapun bertanya:

"Apakah Rasulullah SAW telah wafat?". Aku menjawab: Sungguh Umar berkata: "Tak seorangpun yang kudengar menyebut Rasulullah SAW wafat, melainkan ia akan aku pancung dengan pedangku ini!" Abu Bakar berkata kepadaku: "Sudah, berangkatlah!"

Maka berangkatlah aku bersamanya. Setibanya, orang-orang telah masuk ke rumah Rasulullah SAW , untuk itu ia berkata: "Wahai umat Muhammad ! Berilah aku jalan!" Kemudian mereka memberi jalan untuk Abu Bakar . Ia menghampiri jasad mulia Rasulullah SAW . Ia bersimpuh dan menyentuhnya seraya membaca Al-Qur'an (QS Az-Zumar: 30) yang artinya: "Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati."

Para sahabat bertanya: "Wahai sahabat Rasulullah SAW ! (ditujukan kepada Abu Bakar) Apakah Rasulullah SAW telah wafat?". Abu Bakar menjawab: "Ya". Tahukah mereka bahwa benar apa yang terjadi. Mereka berkata: "Wahai sahabat Rasulullah, apakah dilakukan salat jenazah juga bagi Rasulullah SAW ?" Ia menjawab: "Ya". Mereka bertanya lagi: "Bagaimanakah caranya?". Abu Bakar menjawab: "Serombongan masuk, kemudian bertakbir, membaca shalawat dan berdoa, kemudian keluar. Setelah itu masuklah serombongan berikutnya, lalu bertakbir, membaca shalawat dan berdoa, kemudian keluar sampai semua orang kebagian."

Mereka bertanya lagi: “Wahai sahabat Rasulullah! Apakah Rasulullah SAW juga dikebumikan?". Abu Bakar menjawab: "Ya". Mereka bertanya: "Di mana?". Abu Bakar menjawab: "Di tempat beliau wafat, di mana Allah mencabut ruhnya pada tempat itu, karena Allah tidak mencabut ruhnya melainkan pada tempat yang baik." Yakinlah mereka bahwa apa yang dikatakan Abu Bakar itu benar. Kemudian ia memerintahkan mereka agar yang memandikan beliau adalah sepupu beliau dari garis keturunan ayah beliau.

Orang-orang Muhajirin bermusyawarah (tentang pemimpin khalifah sesudahnya) maka berkatalah mereka: "Temuilah teman-teman kita dari kelompok Anshar, kita ikut sertakan mereka bersama kita pada perumusan perkara ini (Khalifah)!”

Golongan Anshar berkata: "Dari golongan kami seorang wakil." Umar bin Khattab berkata: "Siapa gerangan yang dapat menandingi orang yang memiliki tiga keutamaan? Ia adalah salah seorang dari dua orang di kala keduanya (Abu Bakar dan Nabi saw.) berada di dalam gua. Di kala itu Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah bersama kita." (QS. at-Taubah: 40).

Siapakah gerangan orang yang berdua itu? Salim melanjutkan ceritanya: "Kemudian ia (Umar) mengulurkan tangannya, maka mereka para sahabat berbai’at kepadanya (Abu Bakar) dan seluruh umat pun ikut memberikan baiat kepadanya dengan baiat yang tulus ikhlas."

Salim bin Ubaid al-Asyja'i adalah sahabat Rasulullah SAW. Yang Tsiqat beliau adalah salah seorang dari ahli shufah (yang tinggal di emperan masjid) sebagaimana Abu Hurairah. Periwayatannya dikeluarkan oleh ahli hadit yang empat dan Imam Muslim.

( )

Harta Pusaka Rasulullah SAW

Rasulullah SAW tidak meninggalkan pusaka kecuali sebilah pedang, seekor keledai dan sebidang kebun yang dijadikan sebagai sedekah. (riwayat bersumber dari 'Amr bin al-Harits RA).

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barang siapa bermimpi melihatku di dalam tidurnya maka sesungguhnya ia benar-benar melihatku. Karena sesungguhnya syaitan tidak mampu menyerupaiku." (Riwawat bersumber dari Abdullah bin Mas'ud)

Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: "Barang siapa melihat aku pada waktu tidur (mimpi), maka sesungguhnya ia benar-benar melihat aku. Sesungguhnya syaitan tidak dapat menyerupaiku."

Beliau bersabda lagi: "Dan mimpi orang yang Mukmin itu merupakan satu bagian dari 46 bagian sifat kenabian. (Riwayat bersumber dari Anas RA). (Baca Juga: Kisah Mengharukan, Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW)

اللهمَّ صلِّ على سيِّدنا محمَّد وعلى آلِ سيِّدنا محمَّد
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang yang paling Allah benci adalah orang yang keras kepala lagi suka bermusuhan.

(HR. Muslim No. 4821)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More