Kisah Karomah Syeikh Sya'rawy dan Peristiwa Unik Jelang Wafatnya
Rabu, 15 April 2020 - 16:12 WIB
Hari ini 15 April mengingatkan kita tentang kelahiran seorang ulama besar asal Mesir, Al-Allamah As-Sayyid As-Syarif Imam Muhammad Mutawalli As-Sya'rawy (1911-1998). Berikut kisah karamah Syeikh Sya'rowi yang diceritakan seorang penuntut ilmu di Kairo Mesir melalui akun @falih_vava 10 April 2020 lalu.
Syeikh Sya'rawy adalah seorang ulama yang begitu dihormati di Mesir. Meskipun lebih banyak menggunakan 'Amiyah Sya'biyyah (bahasa rakyat), beliau sangat komunikatif dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Bahkan kalam-kalamnya, doanya selalu tersiar di berbagai televisi dan radio di Mesir maupun di negeri Arab lainnya.
Bagi para ulama sepuh Al-Azhar, Syeikh Sya'rawi merupakan sosok istimewa, orang yang tulus dalam berkhidmat di jalan agama dan umat Islam. Grand Syeikh kala Itu bahkan menanggapi sekaligus mendaulatnya sebagai salah seorang ulama pembaharu (Mujaddid) dalam ilmu tafsir. Syeikh Sya'rowi lahir di desa Daqadus, distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia Mesir, tanggal 15 April 1911, ada yang menyebutnya tanggal 16 April 1911.
Pada saat diskusi panel di paviliun Al-Azhar Desember 2019 lalu, beberapa ulama besar mengulas manakib Syeikh Sya'rawy di antaranya Syeikh Prof Dr Ahmed Omar Hasyim, Dr Ahmed Sya'rawy (putra Syeikh Sya'rawy). Menurut Syeikh Omar Hasyim, Syeikh Sya'rawy adalah satu wali Allah yang doanya mustajab. mengenai cerita keramat para auliya dan keistimewaan ulama Al-Azhar, Syeikh Omar Hasyim memang paling mampu menceritakan secara detail. Termasuk cerita Syeikh Omar tentang keramat Syeikh Abdel Halim Mahmoud RA.
Syeikh Sya’rawy berguru kepada Syeikh Al-Sayyid Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani, seorang ulama besar sekaligus mursyid thariqah Syadzily di Al-Jazair. Pertemuan keduanya pun unik, dikisahkan mula-mula Syeikh Sya'rawi diberikan mandat sebagai pimpinan delegasi Al-Azhar untuk negara Al-Jazair. Namun, Syeikh Sya'rawy menolaknya.
Pada suatu malam, Syeikh Sya'rawy bermimpi bertemu seorang lelaki paruh baya yang bersinar wajahnya dan berkata kepada dirinya dalam mimpi: "Mengapa Engkau menolak datang pada kami?".
Dari mimpi itulah, akhirnya mengubah fikiran dan sikap Syeikh Sya'rawi, yang awalnya menolak menjadi pimpinan delegasi, menerima dan memenuhi permintaan menuju negara Al-Jazair. Sesampainya di Al-Jazair, beliau bertemu dengan Syeikh Al-Sayyed Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani yang ternyata adalah sosok yang menemuinya sekaligus menegurnya dalam mimpi.
Batalkan Pemindahan Maqam Nabi Ibrahim
Karomah lain yang dianugerahkan Allah kepada beliau terjadi sekitar tahun 1954 di Saudi pada era Raja Saud Ibn Saud. Kisah ini sangat masyhur di jazirah Arab terlebih di Mesir. Kala itu Syeikh Sya'rawy sebagai dosen Kuliyah Syari'ah di Makkah Al-Mukarramah mendengar bahwa pemerintah Saudi melakukan proyek perluasan area Baitullah Al-Haram sekaligus melakukan Tarmim (perbaikan), sehingga adanya rencana pemindahan maqam Ibrahim dari tempat aslinya, tujuannya untuk memperluas area Thawaf. Pihak kerajaan Saudi pun sudah berikan keputusan, para mufti sepakat hanya tinggal eksekusi.
Namun, Syeikh Sya'rawy-lah satu-satunya orang non-Saudi yang menolak dan berupaya mencegah rencana itu. Berselang lima hari sebelum eksekusi, Syeikh Sya'rawy pun menghubungi Masyayeikh Saudi seperti Syeikh Ibrahim Al-Noury dan Syeikh Ishaq Azzouz guna menyambungkannya kepada sang raja untuk menyampaikan alasan penolakannya.
Singkat cerita, Syeikh Sya'rawy akhirnya melayangkan surat protes kepada sang raja, bahwa maqam Ibrahim harus tetap berada di tempatnya. Dan upaya pemindahan itu baginya merupakan pelanggaran dan tidak dapat diterima. Dalam surat yang berisi 5 lembar itu juga disertakan dengan alasan-alasan, serta menjabarkan tinjuannya dari segi sejarah, Fiqh yang didasarkan pada hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan Maqam Ibrahim Al-Khalil.
Hanya berselang sehari, surat itupun sampai di tangan sang raja. Dan setelah sang raja membaca suratnya dan mempercayai semua yang dikemukakan Syeikh Sya'raw. Sehingga sang raja pun mengumpulkan para ulama Saudi dan semuanya membenarkan seluruh dalil-dalil Syeikh Sya'rawy yang akhirnya membuat sang raja memutuskan membatalkan rencana pemindahan maqam Sayyidina Ibrahim AS.
Dikisahkan, sang raja pun akhirnya mengundang Syeikh Sya'rawy untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepadanya. Bahkan Dua hari setelah Sang raja membatalkan rencana pemindahan itu, Syeikh Sya'rawi diberikan kemuliaan oleh Allah, ditemui Nabi Ibrahim sembari mengucapkan terima kasih kepadanya.
Kisah Wafatnya
Kisah wafat beliau diceritakan oleh Syeikh Abdel Rahim Sya'rawy (salah satu putra beliau). 18 hari sebelum wafat tiba-tiba Syeikh Sya'rawy berhenti dari segala aktivitas makan, minum dan lainnya. Tiba-tiba seolah beliau tahu waktu ajal akan menjemputnya. Beliau pun menentukan sendiri tempat dimana dimakamkan.
Tiba-tiba beberapa jam sebelumnya minta untuk mandi dan membersihkan badan. Minta digantikan jubah putih yang serba baru yang belum pernah dipakai sama sekali. Sebagaimana cerita-cerita keramat para ulama dan para auliya di Indonesia yang sering kita dengar.
Menurut kesaksian kerabat dan keluarga, saat ajal datang, Syeikh Sya'rawy seolah disambut oleh para ahlu-bait, para wali Kutub di Mesir seperti Sayyidina Husein RA, Sidi Ahmad Al-Badawy RA yang makamnya di Kota Thanta, Sidi Ibrohim Al-Qursy Ad-Dusuqy RA yang makamnya di Kota Dasuq Kafr, Sidi Hasan Syadzily RA yang makamnya di Humaitsaroh, Sayyidah Zaenab Al-Kubra dan Sayyidah Nafisah yang makamnya di Kairo dan masih banyak lagi.
Saat mengucapkan syahadat di detik-detik menjelang wafat beliau menggunakan Khitab "Annaka" Muhammadurrosulullah (bahwasanya Engkaulah Muhammad SAW utusan Allah Ta'ala). Inilah Khitab kepada orang yang ada di hadapan beliau yang artinya Rasulullah SAW pun turut hadir menyambut beliau. Subhanallah.
Wallahu A'lam Bish Showab
Syeikh Sya'rawy adalah seorang ulama yang begitu dihormati di Mesir. Meskipun lebih banyak menggunakan 'Amiyah Sya'biyyah (bahasa rakyat), beliau sangat komunikatif dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Bahkan kalam-kalamnya, doanya selalu tersiar di berbagai televisi dan radio di Mesir maupun di negeri Arab lainnya.
Bagi para ulama sepuh Al-Azhar, Syeikh Sya'rawi merupakan sosok istimewa, orang yang tulus dalam berkhidmat di jalan agama dan umat Islam. Grand Syeikh kala Itu bahkan menanggapi sekaligus mendaulatnya sebagai salah seorang ulama pembaharu (Mujaddid) dalam ilmu tafsir. Syeikh Sya'rowi lahir di desa Daqadus, distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia Mesir, tanggal 15 April 1911, ada yang menyebutnya tanggal 16 April 1911.
Pada saat diskusi panel di paviliun Al-Azhar Desember 2019 lalu, beberapa ulama besar mengulas manakib Syeikh Sya'rawy di antaranya Syeikh Prof Dr Ahmed Omar Hasyim, Dr Ahmed Sya'rawy (putra Syeikh Sya'rawy). Menurut Syeikh Omar Hasyim, Syeikh Sya'rawy adalah satu wali Allah yang doanya mustajab. mengenai cerita keramat para auliya dan keistimewaan ulama Al-Azhar, Syeikh Omar Hasyim memang paling mampu menceritakan secara detail. Termasuk cerita Syeikh Omar tentang keramat Syeikh Abdel Halim Mahmoud RA.
Syeikh Sya’rawy berguru kepada Syeikh Al-Sayyid Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani, seorang ulama besar sekaligus mursyid thariqah Syadzily di Al-Jazair. Pertemuan keduanya pun unik, dikisahkan mula-mula Syeikh Sya'rawi diberikan mandat sebagai pimpinan delegasi Al-Azhar untuk negara Al-Jazair. Namun, Syeikh Sya'rawy menolaknya.
Pada suatu malam, Syeikh Sya'rawy bermimpi bertemu seorang lelaki paruh baya yang bersinar wajahnya dan berkata kepada dirinya dalam mimpi: "Mengapa Engkau menolak datang pada kami?".
Dari mimpi itulah, akhirnya mengubah fikiran dan sikap Syeikh Sya'rawi, yang awalnya menolak menjadi pimpinan delegasi, menerima dan memenuhi permintaan menuju negara Al-Jazair. Sesampainya di Al-Jazair, beliau bertemu dengan Syeikh Al-Sayyed Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani yang ternyata adalah sosok yang menemuinya sekaligus menegurnya dalam mimpi.
Batalkan Pemindahan Maqam Nabi Ibrahim
Karomah lain yang dianugerahkan Allah kepada beliau terjadi sekitar tahun 1954 di Saudi pada era Raja Saud Ibn Saud. Kisah ini sangat masyhur di jazirah Arab terlebih di Mesir. Kala itu Syeikh Sya'rawy sebagai dosen Kuliyah Syari'ah di Makkah Al-Mukarramah mendengar bahwa pemerintah Saudi melakukan proyek perluasan area Baitullah Al-Haram sekaligus melakukan Tarmim (perbaikan), sehingga adanya rencana pemindahan maqam Ibrahim dari tempat aslinya, tujuannya untuk memperluas area Thawaf. Pihak kerajaan Saudi pun sudah berikan keputusan, para mufti sepakat hanya tinggal eksekusi.
Namun, Syeikh Sya'rawy-lah satu-satunya orang non-Saudi yang menolak dan berupaya mencegah rencana itu. Berselang lima hari sebelum eksekusi, Syeikh Sya'rawy pun menghubungi Masyayeikh Saudi seperti Syeikh Ibrahim Al-Noury dan Syeikh Ishaq Azzouz guna menyambungkannya kepada sang raja untuk menyampaikan alasan penolakannya.
Singkat cerita, Syeikh Sya'rawy akhirnya melayangkan surat protes kepada sang raja, bahwa maqam Ibrahim harus tetap berada di tempatnya. Dan upaya pemindahan itu baginya merupakan pelanggaran dan tidak dapat diterima. Dalam surat yang berisi 5 lembar itu juga disertakan dengan alasan-alasan, serta menjabarkan tinjuannya dari segi sejarah, Fiqh yang didasarkan pada hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan Maqam Ibrahim Al-Khalil.
Hanya berselang sehari, surat itupun sampai di tangan sang raja. Dan setelah sang raja membaca suratnya dan mempercayai semua yang dikemukakan Syeikh Sya'raw. Sehingga sang raja pun mengumpulkan para ulama Saudi dan semuanya membenarkan seluruh dalil-dalil Syeikh Sya'rawy yang akhirnya membuat sang raja memutuskan membatalkan rencana pemindahan maqam Sayyidina Ibrahim AS.
Dikisahkan, sang raja pun akhirnya mengundang Syeikh Sya'rawy untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepadanya. Bahkan Dua hari setelah Sang raja membatalkan rencana pemindahan itu, Syeikh Sya'rawi diberikan kemuliaan oleh Allah, ditemui Nabi Ibrahim sembari mengucapkan terima kasih kepadanya.
Kisah Wafatnya
Kisah wafat beliau diceritakan oleh Syeikh Abdel Rahim Sya'rawy (salah satu putra beliau). 18 hari sebelum wafat tiba-tiba Syeikh Sya'rawy berhenti dari segala aktivitas makan, minum dan lainnya. Tiba-tiba seolah beliau tahu waktu ajal akan menjemputnya. Beliau pun menentukan sendiri tempat dimana dimakamkan.
Tiba-tiba beberapa jam sebelumnya minta untuk mandi dan membersihkan badan. Minta digantikan jubah putih yang serba baru yang belum pernah dipakai sama sekali. Sebagaimana cerita-cerita keramat para ulama dan para auliya di Indonesia yang sering kita dengar.
Menurut kesaksian kerabat dan keluarga, saat ajal datang, Syeikh Sya'rawy seolah disambut oleh para ahlu-bait, para wali Kutub di Mesir seperti Sayyidina Husein RA, Sidi Ahmad Al-Badawy RA yang makamnya di Kota Thanta, Sidi Ibrohim Al-Qursy Ad-Dusuqy RA yang makamnya di Kota Dasuq Kafr, Sidi Hasan Syadzily RA yang makamnya di Humaitsaroh, Sayyidah Zaenab Al-Kubra dan Sayyidah Nafisah yang makamnya di Kairo dan masih banyak lagi.
Saat mengucapkan syahadat di detik-detik menjelang wafat beliau menggunakan Khitab "Annaka" Muhammadurrosulullah (bahwasanya Engkaulah Muhammad SAW utusan Allah Ta'ala). Inilah Khitab kepada orang yang ada di hadapan beliau yang artinya Rasulullah SAW pun turut hadir menyambut beliau. Subhanallah.
Wallahu A'lam Bish Showab
(rhs)