Kapan Muslimah Harus Menyuburkan Amal Salehnya?
Senin, 12 Oktober 2020 - 15:13 WIB
Apabila seorang mukmin bersih hatinya, maka ia akan senantiasa rindu melaksanakan amal saleh, kemudian meningkatkannya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Foto ilustrasi/ist
Muslimah, mungkin kita sudah aktif melakukan amal ibadah , amal saleh dan berkecimpung dalam rimba dakwah . Tapi pernahkah kita renungkan, apakah amal-amal saleh yang kita lakukan memiliki kekuatan bagi penumbuhan kualitas hati kita? Dan sebaliknya sudahkah kita melakukan upaya-upaya tazkiyah ruhiyah untuk menyuburkan amal saleh ini?
Sebenarnya bila kita perhatikan sesungguhnya tumbuhnya amal-amal dalam jiwa seseorang sangat tergantung pada kondisi kejiwaan yang melingkupinya. Orang yang sibuk, lelah, lemah, lesu bagaimana mungkin dapat melakukan amal lain dengan produktif? Apalagi orang yang miskin jiwanya, jauh dari suasana ruhani yang kondusif, jauh dari nasehat dan ayat-ayat Allah, bergaul dalam lingkungan yang tidak ada semangat keimanan dan keislaman?
(Baca juga : Ngidam Perempuan Hamil dalam Pandangan Syariat )
Abu 'Izzuddin dalam bukunya 'Melukis Hati Wanita (Tarbiyah Ruhiyah Wanita)' memaparkan, untuk menumbuhsuburkan amal saleh, tazkiyah sangat penting perannya dalam perikehidupan muslimah. Aspek terpenting dari proses tazkiyah adalah agar setiap mukmin memahami, menghayati, mengamalkan dan mendakwahkan Islam. Islam yang sempurna tidak cukup hanya 'dibanggakan' dari segi konseptual , tetapi lebih jauh dari itu, yaitu teraplikasi dalam amal saleh.
Apabila iman seorang kuat dan menanjak naik, maka akan mepengaruhi kualitas ibadahnya dan berpengaruh terhadap akhlaknya. Demikian juga sebaliknya, akhlak yang mulia akan menumbuhkan kualitas ibadah dan menyuburkan keimanan. Ini berarti antara iman, ibadah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat dipisahkan, karena ketiga-tiganya saling mempengaruhi.
(Baca juga : Menjemput Keberkahan dengan Amalan-amalan di Pagi Hari )
Ibadah yang benar merupakan buah iman yang lurus, sedang akhlak mulia adalah buah dari iman dan ibadahnya. Maka para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Umar bin Khattab misalnya, sering mengajak para sahabat lain untuk menghidupkan majelis keimanan, "Marilah kita beriman sesaat, marilah kita beriman sesaat, marilah kita beriman sesaat."
Karena tabiat manusia ketika larut dalam aktifitas yang digelutinya, seolah jauh dari nilai-nilai iman. Tetapi begitu kembali dalam majelis zikir akan kembali mengingat ruh keimanan tersebut. Sebagaimana kisah Hanzhalah ra. bersama Abu Bakar radhiyallahu'anhu.
(Baca juga : Furai'ah binti Malik, Sang Penghapal Hadis Tentang Masa Berkabung )
Suatu ketika Hanzhalah, menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. dan berkata, "Abu Bakar, saya melihat keadaanku sebagaimana keadaan orang munafik." Abu bakar menjawab, "Mengapa?" Hanzhalah berkata, "Bukankan ketika bersama Rasulullah ruh kita menjadi lembut dan jiwa kita meningkat, tetapi jika kita meninggalkan beliau keadaan menjadi berubah-ubah?" Maka Abu Bakar berkata, "Marilah kita datang kepada Rasulullah SAW!" Nabi SAW bersabda, "Andaikata keadaanmu sebagaimana ketika di hadapanku, nsicaya para malaikat akan menjabat tanganmu. Tetapi, sewaktu-waktu."
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya iman seseorang di antara kalian akan kusut (lusuh) di dalam batinnya sebagaimana kusutnya pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hati kalian." [HR Thabrani dan Hakim]
(Baca juga : NU Ajak Umat Islam Ajukan Judicial Review Omnibus Law Ciptaker ke MK )
..Jika iman itu memang perlu diperbaharui, kata Syaikh Sa'id Hawwa, bagaimana dengan hati yang lalai, bagaimana dengan hati yang penuh kegelapan, bagaimana dengan hati yang penuh godaan dan bisikan (hawa nafsu dan setan), bagaiaman dengan hati yang bingung, bagaimana dengan hati yang gelisah dan kacau, bagaimana dengan hati yang bimbang dan bagaimana dengan kalbu yang kalah pada nafsu syahwat?
Itu semua jelas membutuhkan latihan-latihan ruhaniah yang intensif dengan aneka program atau kegiatan ruhaniah, bila semua kondisi spiritual yang rendah ingin ditinggalkan dan dilampauinya.
(Baca juga : Percepatan Tanam dan Food Estate Perkuat Kebijakan Ketahanan Pangan )
Menurut Abu 'Izzuddin, langkah minimal seorang mukminah dalam mentazkiyah dirinya adalah dengan mengamalkan wirid harian berupa bacaan Al-Qur'an, mengingat hari akhir, melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, berpuasa sehari sesudah satu pekan, bepuasa dengan lidah dan hati, menyempurnakan shalat dengan tepat pada waktunya dan berjamaah, terus-menerus selalu berniat juhad dan senantiasa memperbaharui taubat.
Apabila seorang mukmin bersih hatinya, maka ia akan senantiasa rindu melaksanakan amal salih, kemudian meningkatkannya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sebagaimana dalam petikan Sirah Rasulullah SAW,
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Wahai Rasulullah, apakah pekerjaan yang paling afdhal (mulia)?" Beliau menjawab, "Salat tepat pada waktunya" Aku bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, 'Berbuat baik kepada orang tua' Aku bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, 'Jihad fi sabilillah' Kemudian aku tidak bertanya lagi kepada Rasulullah SAW. Andaikata aku meminta tambahan lagi, tentu beliau akan menambahi lagi." [HR Bukhari]
(Baca juga : Sindikat Upal di Jawa Barat Cetak Rp24 Miliar Selama Dua Tahun )
Sebenarnya bila kita perhatikan sesungguhnya tumbuhnya amal-amal dalam jiwa seseorang sangat tergantung pada kondisi kejiwaan yang melingkupinya. Orang yang sibuk, lelah, lemah, lesu bagaimana mungkin dapat melakukan amal lain dengan produktif? Apalagi orang yang miskin jiwanya, jauh dari suasana ruhani yang kondusif, jauh dari nasehat dan ayat-ayat Allah, bergaul dalam lingkungan yang tidak ada semangat keimanan dan keislaman?
(Baca juga : Ngidam Perempuan Hamil dalam Pandangan Syariat )
Abu 'Izzuddin dalam bukunya 'Melukis Hati Wanita (Tarbiyah Ruhiyah Wanita)' memaparkan, untuk menumbuhsuburkan amal saleh, tazkiyah sangat penting perannya dalam perikehidupan muslimah. Aspek terpenting dari proses tazkiyah adalah agar setiap mukmin memahami, menghayati, mengamalkan dan mendakwahkan Islam. Islam yang sempurna tidak cukup hanya 'dibanggakan' dari segi konseptual , tetapi lebih jauh dari itu, yaitu teraplikasi dalam amal saleh.
Apabila iman seorang kuat dan menanjak naik, maka akan mepengaruhi kualitas ibadahnya dan berpengaruh terhadap akhlaknya. Demikian juga sebaliknya, akhlak yang mulia akan menumbuhkan kualitas ibadah dan menyuburkan keimanan. Ini berarti antara iman, ibadah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat dipisahkan, karena ketiga-tiganya saling mempengaruhi.
(Baca juga : Menjemput Keberkahan dengan Amalan-amalan di Pagi Hari )
Ibadah yang benar merupakan buah iman yang lurus, sedang akhlak mulia adalah buah dari iman dan ibadahnya. Maka para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Umar bin Khattab misalnya, sering mengajak para sahabat lain untuk menghidupkan majelis keimanan, "Marilah kita beriman sesaat, marilah kita beriman sesaat, marilah kita beriman sesaat."
Karena tabiat manusia ketika larut dalam aktifitas yang digelutinya, seolah jauh dari nilai-nilai iman. Tetapi begitu kembali dalam majelis zikir akan kembali mengingat ruh keimanan tersebut. Sebagaimana kisah Hanzhalah ra. bersama Abu Bakar radhiyallahu'anhu.
(Baca juga : Furai'ah binti Malik, Sang Penghapal Hadis Tentang Masa Berkabung )
Suatu ketika Hanzhalah, menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. dan berkata, "Abu Bakar, saya melihat keadaanku sebagaimana keadaan orang munafik." Abu bakar menjawab, "Mengapa?" Hanzhalah berkata, "Bukankan ketika bersama Rasulullah ruh kita menjadi lembut dan jiwa kita meningkat, tetapi jika kita meninggalkan beliau keadaan menjadi berubah-ubah?" Maka Abu Bakar berkata, "Marilah kita datang kepada Rasulullah SAW!" Nabi SAW bersabda, "Andaikata keadaanmu sebagaimana ketika di hadapanku, nsicaya para malaikat akan menjabat tanganmu. Tetapi, sewaktu-waktu."
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya iman seseorang di antara kalian akan kusut (lusuh) di dalam batinnya sebagaimana kusutnya pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hati kalian." [HR Thabrani dan Hakim]
(Baca juga : NU Ajak Umat Islam Ajukan Judicial Review Omnibus Law Ciptaker ke MK )
..Jika iman itu memang perlu diperbaharui, kata Syaikh Sa'id Hawwa, bagaimana dengan hati yang lalai, bagaimana dengan hati yang penuh kegelapan, bagaimana dengan hati yang penuh godaan dan bisikan (hawa nafsu dan setan), bagaiaman dengan hati yang bingung, bagaimana dengan hati yang gelisah dan kacau, bagaimana dengan hati yang bimbang dan bagaimana dengan kalbu yang kalah pada nafsu syahwat?
Itu semua jelas membutuhkan latihan-latihan ruhaniah yang intensif dengan aneka program atau kegiatan ruhaniah, bila semua kondisi spiritual yang rendah ingin ditinggalkan dan dilampauinya.
(Baca juga : Percepatan Tanam dan Food Estate Perkuat Kebijakan Ketahanan Pangan )
Menurut Abu 'Izzuddin, langkah minimal seorang mukminah dalam mentazkiyah dirinya adalah dengan mengamalkan wirid harian berupa bacaan Al-Qur'an, mengingat hari akhir, melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, berpuasa sehari sesudah satu pekan, bepuasa dengan lidah dan hati, menyempurnakan shalat dengan tepat pada waktunya dan berjamaah, terus-menerus selalu berniat juhad dan senantiasa memperbaharui taubat.
Apabila seorang mukmin bersih hatinya, maka ia akan senantiasa rindu melaksanakan amal salih, kemudian meningkatkannya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sebagaimana dalam petikan Sirah Rasulullah SAW,
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Wahai Rasulullah, apakah pekerjaan yang paling afdhal (mulia)?" Beliau menjawab, "Salat tepat pada waktunya" Aku bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, 'Berbuat baik kepada orang tua' Aku bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, 'Jihad fi sabilillah' Kemudian aku tidak bertanya lagi kepada Rasulullah SAW. Andaikata aku meminta tambahan lagi, tentu beliau akan menambahi lagi." [HR Bukhari]
(Baca juga : Sindikat Upal di Jawa Barat Cetak Rp24 Miliar Selama Dua Tahun )
Lihat Juga :