Detik-Detik Jelang Pecah Perang, Penyakit Sa'ad bin Abi Waqqash Kambuh

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 06:39 WIB
Semangat ini yang kemudian kembali menyala dalam jiwa pasukan Muslimin. Dengan demikian bibit-bibit fitnah itu menjadi reda dan dapat diredam.

Ketika itulah Sa’ad menulis kepada komandan-komandan pasukan: "Saya mengangkat Khalid bin Urfatah menggantikan saya memimpin kalian. Kalau tidak karena penyakitku ini kambuh, sayalah yang akan memegang pimpinan. Saya sekarang tertelungkup tetapi hati saya bersama kalian. Ikutilah perintahnya dan patuhilah dia. Segala yang diperintahkannya itu atas perintah saya." ( )

Surat itu dibacakan kepada semua pasukan dan mereka pun sepakat menerima alasan Sa’ad dan dengan senang hati mereka menyetujui segala tindakannya.

Dalam keadaan masih serupa itu Sa’ad berpidato kepada pasukan berikutnya. Sesudah mengucapkan syukur dan puji-pujian kepada Allah ia berkata: "Hanyalah Allah yang Hak, tiada bersekutu dalam kerajaan, dan tak ada yang bertentangan dalam wahyu-Nya. Allah 'azza wa jalla berfiman: "Dan sebelumnya sudah Kami tulis dalam Zabur — sesudah pesan (yang diberikan kepada Musa) — "Bahwa bumi akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh." (Qur'an, 21: 105).

Ini adalah warisanmu dan inilah yang dijanjikan Allah, la telah mengizinkan ini bagi kalian sejak tiga tahun lalu. Kalian dapat makan dari sana. Membunuh, memungut dan menawan mereka sampai hari ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang pernah mengalami perang di antara kamu. Rombongan itu sudah mendatangi kalian, sementara kalian adalah pemuka-pemuka Arab dan orang-orang pilihan setiap kabilah. Mereka yang kamu tinggalkan akan membanggakan kalian. Kalau kalian menjauhi dan mengharapkan hidup akhirat, Allah akan memberikan kepada kalian dunia dan akhirat, la tidak akan memberikannya kepada siapa pun sampai tiba waktunya. Tetapi kalau kalian gagal, kalau kalian lemah kalian akan kehilangan kekuatan dan hari akhirat kalian akan sia-sia." ( )

Asim bin Amr melihat Sa’ad sedang menahan sakitnya. Makin terharu ia mendengar kata-katanya itu, lalu katanya kepada mereka: "Penduduk negeri ini oleh Allah sudah dihalalkan bagi kalian. Dan selama tiga tahun ini kita mendapat pukulan dari mereka sedang mereka tidak mendapat apa-apa dari kita. Kita lebih unggul dan Allah bersama kita. Kalau kita sabar dan tabah dan kita dapat membuktikan pukulan dan tikaman yang tepat, maka segala harta mereka, perempuan, anak-anak dan negeri mereka buat kalian. Tetapi kalau kita lemah dan gagal — dan semoga Allah melindungi dan menjaga kita — tak ada lagi dari kalian ini yang masih akan tersisa karena dikhawatirkan akan berbalik menjadi kehancuran. Berhati-hatilah! Demi Allah! Ingatlah masa-masa lalu dan apa yang sudah dikaruniakan Allah kepada kita. Tidakkah kalian lihat bahwa bumi di belakang kalian adalah padang gersang, kering, tak ada sedikit pun tempat berteduh atau tempat berlindung untuk mempertahankan diri! Arahkanlah tujuan kalian ke akhirat!"

Sa’ad kemudian memanggil orang-orang yang pendapatnya paling dapat diterima, berani dan terpandang. Di antara mereka sebagai pemikir yang bijak adalah Mugirah bin Syu'bah dan Asim bin Amr; yang dikenal pemberani Tulaihah bin Khuwailid dan Amr bin Ma'di Karib, dan dari kalangan penyair terdapat Syammakh, al-Hutai'ah dan Abadah bin at-Tabib dan beberapa lagi dari kelompok-kelompok lain, la berkata kepada mereka: "Berangkatlah kalian dan sampaikanlah kepada mereka apa yang menjadi kewajiban kalian dan kewajiban mereka di pusat-pusat kekuatan itu. Di kalangan orang Arab kalian mempunyai kedudukan yang seperti keadaan kalian sekarang ini; ada yang penyair, orator, pemikir dan prajurit yang berani. Kalian adalah pemimpin- pemimpin mereka. Berangkatlah kalian kepada mereka, ingatkanlah mereka dan berilah mereka semangat dalam berperang."

Mereka semua berangkat, ada yang mengucapkan pidato, ada yang membacakan syair dan menjanjikan kemenangan dengan kata-kata yang dapat menggetarkan hati dan perasaan. Huzail al-Asadi berkata kepada kelompoknya: "Saudara-saudara Ma'add! Jadikan benteng-benteng

kalian sebagai pedang! Jadilah kalian di situ sebagai singa di hutan, seperti harimau yang segera berubah muka, siap menerkam! Percayalah kepada Allah dan pejamkan mata kalian! Kalau pedang sudah tak berdaya, gunakanlah batu karena batu dapat menggantikan apa yang tak ada dalam besi!"

Dan Asim bin Amr berkata: "Saudara-saudara dari kalangan Arab, kalian adalah pemuka-pemuka Arab. Kalian sudah ber-

tahan terhadap pemuka-pemuka Persia. Tetapi yang kalian pertaruhkan adalah surga sedang mereka mempertaruhkan dunia. Sekali-kali tidak mungkin mereka lebih pasrah dengan dunia mereka itu daripada kalian dengan akhiratmu. Janganlah membicarakan sesuatu hari ini yang di kemudian hari akan membawa aib bagi orang Arab."

Mereka masing-masing lalu berbicara di sekitar soal ini. Setiap pemuka berpidato kepada jemaahnya, dan saling memberikan semangat agar penuh disiplin, patuh dan tabah, saling memegang janji dan saling mengikat diri untuk menang atau mati. (Bersambung)
(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَاصۡبِرۡ عَلٰى مَا يَقُوۡلُوۡنَ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ قَبۡلَ طُلُوۡعِ الشَّمۡسِ وَقَبۡلَ الۡغُرُوۡبِ‌ۚ‏ (٣٩) وَمِنَ الَّيۡلِ فَسَبِّحۡهُ وَاَدۡبَارَ السُّجُوۡدِ (٤٠)
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai shalat.

(QS. Qaf Ayat 39-40)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More