Guru dan Muridnya: Perumpamaan Tuan Rumah dan Tamu

Minggu, 01 November 2020 - 09:03 WIB
Ilustrasi/Ist
Syaikh Ziauddin Jahib Suhrawardi , mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi , dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya. ( )


Idries Shah dalam bukunya berjudul The Way of the Sufi dan diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha menjadi "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat" menyebutkan praktik-praktik mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'. ( )

Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan pemikiran yang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari. ( )

===

PERUMPAMAAN TUAN RUMAH DAN TAMU

PARA guru seperti tuan di rumahnya sendiri. Tamu-tamunya adalah mereka yang mencoba mempelajari 'Jalan'. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah di rumah tersebut sebelumnya, dan mereka hanya mempunyai pemikiran yang samar, seperti apa sebenarnya rumah tersebut. Meskipun demikian, rumah itu ada.

Ketika tamu memasuki rumah dan melihat tempat khusus untuk duduk, mereka bertanya, "Apakah ini?" Dijawab, "Ini tempat di mana kami duduk." Maka mereka duduk di kursi, dengan sedikit kesadaran tentang fungsi kursi. ( )

Tuan rumah menjamu mereka, tetapi mereka terus bertanya, kadang-kadang tidak berhubungan. Sebagai tuan rumah yang baik, ia tidak menyalahkan mereka. Mereka ingin tahu, misalnya, di mana dan kapan mereka akan makan. Mereka tidak tahu kalau tidak seorang pun sendirian, dan pada saat itu juga ada orang lain yang memasak makanan, serta terdapat ruang lain di mana mereka akan duduk dan menikmati makanan. Karena mereka tidak dapat melihat makanan atau persiapannya, maka mereka bingung, barangkali penuh keraguan, kadang-kadang perasaannya kurang tentram. ( )

Tuan rumah yang baik, mengetahui masalah tamunya, harus menentramkan mereka, sehingga mereka dapat menikmati makanan saat disajikan. Pada mulanya mereka segan mendekati makanan. Sebagian tamu cepat mengerti dan menghubungkan satu hal tentang rumah tersebut kepada yang lain. Mereka ini adalah orang-orang yang dapat mengkomunikasikan kepada teman mereka yang lambat. Tuan rumah, sementara itu, memberi jawaban kepada masing-masing tamu sesuai kapasitasnya memahami kesatuan dan fungsi sebuah rumah.

Namun hal itu tidaklah cukup untuk keberadaan sebuah rumah --karena harus siap menerima tamu-- maka harus ada tuan rumahnya. Seseorang harus latihan secara aktif tentang fungsi rumah, supaya orang asing yang menjadi tamu serta mereka yang menjadi tanggung jawab tuan rumah, memungkinkannya terbiasa dengan rumah tersebut. Pada awalnya, sebagian besar dari mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah tamu, dan apa makna tamu sesungguhnya; apa yang dapat mereka bawa, dan apa yang diberikan kepada mereka. ( )

Tamu yang berpengalaman, yang telah belajar tentang rumah dan keramahan, pada akhirnya berkurang kikuknya, dan ia kemudian berada pada kedudukan untuk lebih memahami rumah dan beberapa bentuk kehidupan di dalamnya. Sementara ia tetap mencoba memahami apa rumah itu, atau mencoba mengingat aturan-aturan etika, perhatiannya terlalu banyak disita oleh faktor-faktor ini sehingga dapat meneliti, katakanlah, keindahan, nilai atau fungsi perabotan. ( )
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَاِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا وَلّٰى مُسۡتَكۡبِرًا كَاَنۡ لَّمۡ يَسۡمَعۡهَا كَاَنَّ فِىۡۤ اُذُنَيۡهِ وَقۡرًا‌ۚ فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍ
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.

(QS. Luqman Ayat 7)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More