Kisah Rasulullah SAW Bersama 10.000 Pasukan Bebaskan Mekkah di Bulan Ramadhan
Sabtu, 02 April 2022 - 20:41 WIB
Gunung-gunung, tempat ia dahulu tinggal di celah-celahnya, ketika tindakan Quraisy sudah begitu memuncak, begitu keras mengasingkan dia. Di pegunungan itulah, yang juga di antaranya Gua Hira, tempat ia menjalankan tahannuth ketika datang kepadanya wahyu: 'Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya..." (Qur'an, 96: 1-5)
Ke sekitar gunung-gunung itu ia melepaskan pandang, ke lembah-lembah, dengan rumah-rumah Makkah yang bertebaran, dan di tengah-tengah adalah Rumah Suci. Begitu rendah hati ia kepada Tuhan, sehingga airmata menitik dari matanya, setitik airmata Islam dan rasa syukur demi Kebenaran Yang Mutlak, yang dalam segala soal kepadaNya jua akan kembali.
Saat itu juga terasa oleh beliau bahwa tugasnya sebagai komandan sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, beliau segera keluar lagi. Dinaikinya untanya Al-Qashwa, dan beliau pergi meneruskan perjalanan ke Ka'bah. Beliau bertawaf di Ka'bah tujuh kali dan menyentuh hajar aswad dengan sebatang tongkat di tangan. Selesai beliau melakukan tawaf, dipanggilnya Uthman bin Talha dan pintu Ka'bah dibuka. Sekarang Rasulullah berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-bondong.
Beliau berkhutbah di hadapan mereka itu serta membacakan firman Allah SWT: "Wahai manusia. Kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Tetapi orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah orang yang paling takwa. Allah Maha mengetahui dan Maha mengerti." (Qur'an, 49: 13)
Kemudian beliau menanya kepada mereka: "Orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu, apa yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?"
"Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu yang pemurah," jawab mereka.
"Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya.
Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk Makkah beliau telah memberikan pengampunan umum (amnesti).
Alangkah indahnya pengampunan itu. Alangkah besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai segala yang di atas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy, yang sudah dikenal betul oleh Rasulullah, siapa-siapa mereka yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu, siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu ada!?
Mereka, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Rasulullah, berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan lengkap, yang akan dapat mengikis habis Makkah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata!
Tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia! Allah telah memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu beliau memberi pengampunan. Dengan itu, kepada seluruh dunia dan semua generasi beliau telah memberi teladan tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!
Apabila Rasulullah kemudian memasuki Ka'bah, dilihatnya dinding-dinding Ka'bah sudah penuh dilukis dengan gambar-gambar malaikat dan para nabi . Dilihatnya lbrahim yang dilukiskan sedang memegang azlam yang diperundikan, dilihatnya sebuah patung burung dara dari kayu. Dihancurkannya patung itu dengan tangannya sendiri dan dicampakkannya ke tanah. Ketika melihat gambar Ibrahim agak lama Rasulullah memandangnya, lalu katanya: Mudah-mudahan Tuhan membinasakan mereka! Orang tua kita digambarkan mengundi dengan azlam! Apa hubungannya Ibrahim dengan azlam'? Ibrahim bukan orang Yahudi, juga bukan orang Nasrani. Tetapi ia adalah seorang hanif (yang murni imannya), yang menyerahkan diri kepada Allah dan bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Sedang malaikat-malaikat yang dilukiskan sebagai wanita-wanita cantik, gambar-gambar itu oleh Rasulullah disangkal samasekali, sebab malaikat-malaikat itu bukan laki-laki dan bukan perempuan. Lalu diperintahkannya supaya gambar-gambar itu dihancurkan.
Berhala-berhala sekeliling Ka'bah yang disembah oleh Quraisy selain Allah, telah dilekatkan dengan timah di sekeliling Ka'bah. Demikian juga berhala Hubal yang berada di dalamnya. Dengan tongkat di tangan Rasulullah menunjuk kepada berhala-berhala itu semua seraya berkata:
"Dan katakanlah: yang benar itu sudah datang, dan yang palsu segera menghilang; sebab kepalsuan itu pasti akan lenyap." (Qur'an, 17: 81)
Berhala-berhala itu kemudian disungkurkan dan dengan demikian Rumah Suci itu dapat dibersihkan. Pada hari pertama dibebaskannya mereka itu, Rasulullah telah dapat menyelesaikan apa yang dianjurkannya sejak duapuluh tahun itu, dan yang telah ditentang oleh Makkah dengan mati-matian. Dihancurkannya berhala-berhala dan dihapuskannya paganisma dalam Rumah Suci itu disaksikan oleh Quraisy sendiri.
Mereka melihat berhala-berhala yang mereka sembah dan disembah oleh nenek-moyang mereka itu samasekali tidak dapat memberi kebaikan atau bahaya buat mereka sendiri.
Ke sekitar gunung-gunung itu ia melepaskan pandang, ke lembah-lembah, dengan rumah-rumah Makkah yang bertebaran, dan di tengah-tengah adalah Rumah Suci. Begitu rendah hati ia kepada Tuhan, sehingga airmata menitik dari matanya, setitik airmata Islam dan rasa syukur demi Kebenaran Yang Mutlak, yang dalam segala soal kepadaNya jua akan kembali.
Saat itu juga terasa oleh beliau bahwa tugasnya sebagai komandan sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, beliau segera keluar lagi. Dinaikinya untanya Al-Qashwa, dan beliau pergi meneruskan perjalanan ke Ka'bah. Beliau bertawaf di Ka'bah tujuh kali dan menyentuh hajar aswad dengan sebatang tongkat di tangan. Selesai beliau melakukan tawaf, dipanggilnya Uthman bin Talha dan pintu Ka'bah dibuka. Sekarang Rasulullah berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-bondong.
Beliau berkhutbah di hadapan mereka itu serta membacakan firman Allah SWT: "Wahai manusia. Kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Tetapi orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah orang yang paling takwa. Allah Maha mengetahui dan Maha mengerti." (Qur'an, 49: 13)
Kemudian beliau menanya kepada mereka: "Orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu, apa yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?"
"Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu yang pemurah," jawab mereka.
"Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya.
Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk Makkah beliau telah memberikan pengampunan umum (amnesti).
Alangkah indahnya pengampunan itu. Alangkah besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai segala yang di atas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy, yang sudah dikenal betul oleh Rasulullah, siapa-siapa mereka yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu, siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu ada!?
Mereka, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Rasulullah, berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan lengkap, yang akan dapat mengikis habis Makkah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata!
Tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia! Allah telah memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu beliau memberi pengampunan. Dengan itu, kepada seluruh dunia dan semua generasi beliau telah memberi teladan tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!
Apabila Rasulullah kemudian memasuki Ka'bah, dilihatnya dinding-dinding Ka'bah sudah penuh dilukis dengan gambar-gambar malaikat dan para nabi . Dilihatnya lbrahim yang dilukiskan sedang memegang azlam yang diperundikan, dilihatnya sebuah patung burung dara dari kayu. Dihancurkannya patung itu dengan tangannya sendiri dan dicampakkannya ke tanah. Ketika melihat gambar Ibrahim agak lama Rasulullah memandangnya, lalu katanya: Mudah-mudahan Tuhan membinasakan mereka! Orang tua kita digambarkan mengundi dengan azlam! Apa hubungannya Ibrahim dengan azlam'? Ibrahim bukan orang Yahudi, juga bukan orang Nasrani. Tetapi ia adalah seorang hanif (yang murni imannya), yang menyerahkan diri kepada Allah dan bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Sedang malaikat-malaikat yang dilukiskan sebagai wanita-wanita cantik, gambar-gambar itu oleh Rasulullah disangkal samasekali, sebab malaikat-malaikat itu bukan laki-laki dan bukan perempuan. Lalu diperintahkannya supaya gambar-gambar itu dihancurkan.
Berhala-berhala sekeliling Ka'bah yang disembah oleh Quraisy selain Allah, telah dilekatkan dengan timah di sekeliling Ka'bah. Demikian juga berhala Hubal yang berada di dalamnya. Dengan tongkat di tangan Rasulullah menunjuk kepada berhala-berhala itu semua seraya berkata:
"Dan katakanlah: yang benar itu sudah datang, dan yang palsu segera menghilang; sebab kepalsuan itu pasti akan lenyap." (Qur'an, 17: 81)
Berhala-berhala itu kemudian disungkurkan dan dengan demikian Rumah Suci itu dapat dibersihkan. Pada hari pertama dibebaskannya mereka itu, Rasulullah telah dapat menyelesaikan apa yang dianjurkannya sejak duapuluh tahun itu, dan yang telah ditentang oleh Makkah dengan mati-matian. Dihancurkannya berhala-berhala dan dihapuskannya paganisma dalam Rumah Suci itu disaksikan oleh Quraisy sendiri.
Mereka melihat berhala-berhala yang mereka sembah dan disembah oleh nenek-moyang mereka itu samasekali tidak dapat memberi kebaikan atau bahaya buat mereka sendiri.