Mimpi Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani tentang Setan Berjenggot
Selasa, 17 November 2020 - 05:00 WIB
SYAIKH Abdul Qadir Al-Jilani menceritakan setidaknya dua mimpinya dalam kitabnya berjudul Futuh Al-Ghaib .. Mimpi pertama cerita tentang kerumunan orang di masjid . Sedangkan kedua tentang setan yang mirip kasim, lemah lembut dan berjenggot. (
)
Begini cerita mimpi Syaikh tersebut:
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain.
Aku berkata kepada diriku: “Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya”, lalu terbayang olehku seorang yang saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: “Kenapa Anda diam?”
Jawabku: “Jika kalian berkenan, aku akan bicara,” lanjutku, “Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, hatta di dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta dengan lidah.
Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia naikkan derajat beberapa orang.
Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka di tempat terpuji itu.
Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke derajat terendah, diancamNya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka harapan dinaikkan ke derajat tertinggi.”
Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
Setan Berjenggot
Selanjutnya pada risalah keduapuluh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani bertutur:
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya.
Lalu si setan itu berkata kepadaku, “Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada ditanganku?”
Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H. .( )
Begini cerita mimpi Syaikh tersebut:
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain.
Aku berkata kepada diriku: “Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya”, lalu terbayang olehku seorang yang saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: “Kenapa Anda diam?”
Jawabku: “Jika kalian berkenan, aku akan bicara,” lanjutku, “Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, hatta di dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta dengan lidah.
Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia naikkan derajat beberapa orang.
Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka di tempat terpuji itu.
Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke derajat terendah, diancamNya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka harapan dinaikkan ke derajat tertinggi.”
Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
Setan Berjenggot
Selanjutnya pada risalah keduapuluh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani bertutur:
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya.
Lalu si setan itu berkata kepadaku, “Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada ditanganku?”
Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H. .( )
(mhy)