Indonesia Berduka karena Kehilangan 4 Ulama Kharismatik
Sabtu, 05 Desember 2020 - 21:42 WIB
Indonesia berduka karena kehilangan empat ulama kharismatik pada Kamis kemarin (3/12/2020). Keempatnya menghadap Allah Ta'ala hampir dalam waktu bersamaan antara pukul 18.00-20.00 WIB.
Ketika para ulama tutup usia, manusia tidak hanya bersedih karena kehilangan sosok mereka. Tetapi juga berduka karena merasa belum maksimal mereguk ilmu dari warasatul anbiya (pewaris para Nabi).
(Baca Juga: Wafatnya 1 Ulama Lebih Disukai Iblis Daripada Kematian 70 Ahli Ibadah)
Empat ulama kharismatik yang wafat pada Kamis kemarin (3/12/2020) adalah Al-Habib Thohir bin Abdullah Alkaff (Pengasuh Ponpes Darul Hijrah Tegal, Jawa Tengah); KH Qohwatul Adib Munawar (Pesantren Langitan, Jawa Timur); KH Faiq Robayan (Jepara, Jawa Tengah); dan Al-Habib Umar Bin Aqil Bin Yahya (Gresik, Jawa Timur).
Selain keempat ulama di atas, Psikiater senior yang juga penceramah Prof dr Dadang Hawari juga wafat pada hari yang sama karena Covid-19. Kewafatan mereka menjadi duka mendalam bagi umat Islam di Tanah Air.
Menurut Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan, ketika ulama wafat , seolah-olah alam semesta juga mati. Ulama adalah para pewaris Nabi. Melalui lisan merekalah risalah dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersebar hingga kini.
Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan hanya mewariskan ilmu sebagaimana sabda beliau: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudah jalannya ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
Habib Quraisy mengatakan, Allah Ta'ala tidak mencabut ilmu begitu saja dari pikiran dan hati seseorang. Kepunahan ilmu justru terjadi ketika para ulama wafat.
[ ]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari seorang hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama . Hingga bila ulama tak tersisa, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (HR Al-Bukhari Muslim)
Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan, maksud dari hadis ini adalah anjuran belajar dan mengajarkan ilmu. Karena ilmu tak hilang kecuali karena wafatnya ulama. Selama ada orang yang mempelajari ilmu, maka ilmu tak akan hilang dari muka bumi.
Bahkan, dalam riwayat lainnya disebutkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama ." (HR Al-Baihaqi)
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala mengampuni mereka, merahmati mereka dan menempatkan mereka di tempat terpuji bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Kita juga berdoa semoga Allah mengumpulkan kita bersama orang-orang shaleh.
( )
WallaHu A'lam
Ketika para ulama tutup usia, manusia tidak hanya bersedih karena kehilangan sosok mereka. Tetapi juga berduka karena merasa belum maksimal mereguk ilmu dari warasatul anbiya (pewaris para Nabi).
(Baca Juga: Wafatnya 1 Ulama Lebih Disukai Iblis Daripada Kematian 70 Ahli Ibadah)
Empat ulama kharismatik yang wafat pada Kamis kemarin (3/12/2020) adalah Al-Habib Thohir bin Abdullah Alkaff (Pengasuh Ponpes Darul Hijrah Tegal, Jawa Tengah); KH Qohwatul Adib Munawar (Pesantren Langitan, Jawa Timur); KH Faiq Robayan (Jepara, Jawa Tengah); dan Al-Habib Umar Bin Aqil Bin Yahya (Gresik, Jawa Timur).
Selain keempat ulama di atas, Psikiater senior yang juga penceramah Prof dr Dadang Hawari juga wafat pada hari yang sama karena Covid-19. Kewafatan mereka menjadi duka mendalam bagi umat Islam di Tanah Air.
Menurut Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan, ketika ulama wafat , seolah-olah alam semesta juga mati. Ulama adalah para pewaris Nabi. Melalui lisan merekalah risalah dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersebar hingga kini.
Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan hanya mewariskan ilmu sebagaimana sabda beliau: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudah jalannya ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
Habib Quraisy mengatakan, Allah Ta'ala tidak mencabut ilmu begitu saja dari pikiran dan hati seseorang. Kepunahan ilmu justru terjadi ketika para ulama wafat.
[ ]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari seorang hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama . Hingga bila ulama tak tersisa, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (HR Al-Bukhari Muslim)
Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan, maksud dari hadis ini adalah anjuran belajar dan mengajarkan ilmu. Karena ilmu tak hilang kecuali karena wafatnya ulama. Selama ada orang yang mempelajari ilmu, maka ilmu tak akan hilang dari muka bumi.
Bahkan, dalam riwayat lainnya disebutkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama ." (HR Al-Baihaqi)
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala mengampuni mereka, merahmati mereka dan menempatkan mereka di tempat terpuji bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Kita juga berdoa semoga Allah mengumpulkan kita bersama orang-orang shaleh.
( )
WallaHu A'lam
(rhs)