Perintah Menutupi Aib Saudara Sesama Muslim
Sabtu, 19 Desember 2020 - 19:15 WIB
Pengertian Aib secara bahasa adalah cacat dan kekurangan. Jamaknya adalah uyub. Sesuatu yang memiliki aib, dalam bahasa Arab disebut Ma'ib. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan umatnya agar menutupi aib saudaranya sebagaimana pesan beliau dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR Muslim No 4692)
(Baca Juga: Apa yang Didapat Ketika Menutupi Aib Orang Lain?)
Apa hikmah Hadis di atas? Dai lulusan Al-Azhar Mesir Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadis, Ustaz Rikza Maulan mengatakan, setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kekhilafan, siapapun dia. Karena tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna, yang tidak pernah luput dari salah dan dosa.
"Termasuk diri kita sendiri. Betapa pun kita melihat sempurnanya diri kita, disana terlihat banyak aib, cacat dan cela. Hanya Allah yang Maha Sempurna, yang tiada pernah memiliki setitik cela," kata Ustaz Rikza.
Sebagaimana kita suka jika saudara kita memaafkan, memaklumi dan menutupi cela kita, maka merekapun juga sama. Senang jika dimaafkan, dimaklumi dam ditutupi cela dan aib nya. Terlebih jika difahami makna dan kandungan dari hadits di atas, yaitu apabila kita memaafkan dan menutupi aib dan cela orang lain, maka kelak di akhirat Allah akan menutupi aib dan cela kita di akhirat.
(Baca Juga: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)
Menutup aib serta cela sesama muslim adalah kebaikan ringan, namum memiliki timbangan kebaikan yang sangat mulia di sisi Allah Ta'ala. Allah Ta'ala telah memperingatkan kita dalam Al-Qur'an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat: Ayat 12)
(Baca Juga: 3 Mutiara yang Mengangkat Derajat Manusia di Sisi Allah)
Wallahu A'lam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR Muslim No 4692)
(Baca Juga: Apa yang Didapat Ketika Menutupi Aib Orang Lain?)
Apa hikmah Hadis di atas? Dai lulusan Al-Azhar Mesir Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadis, Ustaz Rikza Maulan mengatakan, setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kekhilafan, siapapun dia. Karena tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna, yang tidak pernah luput dari salah dan dosa.
"Termasuk diri kita sendiri. Betapa pun kita melihat sempurnanya diri kita, disana terlihat banyak aib, cacat dan cela. Hanya Allah yang Maha Sempurna, yang tiada pernah memiliki setitik cela," kata Ustaz Rikza.
Sebagaimana kita suka jika saudara kita memaafkan, memaklumi dan menutupi cela kita, maka merekapun juga sama. Senang jika dimaafkan, dimaklumi dam ditutupi cela dan aib nya. Terlebih jika difahami makna dan kandungan dari hadits di atas, yaitu apabila kita memaafkan dan menutupi aib dan cela orang lain, maka kelak di akhirat Allah akan menutupi aib dan cela kita di akhirat.
(Baca Juga: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)
Menutup aib serta cela sesama muslim adalah kebaikan ringan, namum memiliki timbangan kebaikan yang sangat mulia di sisi Allah Ta'ala. Allah Ta'ala telah memperingatkan kita dalam Al-Qur'an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat: Ayat 12)
(Baca Juga: 3 Mutiara yang Mengangkat Derajat Manusia di Sisi Allah)
Wallahu A'lam
(rhs)