Canda Ala Sufi: Sepatu Hanyut, Penjual Telur, dan Tangga
Senin, 04 Januari 2021 - 15:22 WIB
Berikut adalah canda ala sufi yang dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf.
Menjual Telur
Suatu hari, terlintas dalam benak Nashruddin untuk berdagang. Lalu, dia membeli sejumlah besar telur dengan harga satu girish untuk setiap sembilan telurnya. Namun, dia menjualnya seharga satu girish untuk setiap sepuluh telurnya; lebih murah dari harga belinya.
Seseorang berkata kepadanya sembari mengejek, "Dagang macam apa itu, tak memberi keuntungan!"
Namun, Nashruddin malah menjawab, "Keuntungan bukanlah syarat dalam perdagangan.... Aku cukup senang bila teman-temanku berkata bahwa aku adalah pedagang yang laris."
Penjual Tangga
Suatu hari, Nashruddin pergi menuju sebuah kebun yang tertutup pagar tembok, dengan membawa sebuah tangga. Dia lalu meletakkan tangga itu ke dinding dan memanjatnya. Setelah sampai di atas, dia mengangkat tangga itu lalu menurunkannya ke dalam.
Kemudian, dia masuk ke dalam kebun itu. Pemilik kebun itu ternyata memergokinya dan menunggunya di bawah tangga. Lalu, dia berkata kepada Nashruddin, "Siapakah engkau dan apa yang engkau lakukan di sini?"
Nashruddin pun menjawab, "Aku adalah penjual tangga."
Pemilik kebun itu berkata, "Sejak kapan tangga dijual di sini?"
Nashruddin menjawab, "Masya Allah, bukankah engkau sudah tahu bahwa tangga itu dijual di mana-mana dan di setiap tempat?"
Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku
Suatu hari, Nashruddin berwudu di sebuah sungai. Setelah selesai dan hendak memakai sepatunya, tiba-tiba salah satu sepatu itu jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus air.
Seketika, Nashruddin membalikkan tubuhnya ke arah sungai dan dengan geram dia berkata, "Ambillah air wudumu dan kembalikan sepatuku." ( )
Menjual Telur
Suatu hari, terlintas dalam benak Nashruddin untuk berdagang. Lalu, dia membeli sejumlah besar telur dengan harga satu girish untuk setiap sembilan telurnya. Namun, dia menjualnya seharga satu girish untuk setiap sepuluh telurnya; lebih murah dari harga belinya.
Seseorang berkata kepadanya sembari mengejek, "Dagang macam apa itu, tak memberi keuntungan!"
Namun, Nashruddin malah menjawab, "Keuntungan bukanlah syarat dalam perdagangan.... Aku cukup senang bila teman-temanku berkata bahwa aku adalah pedagang yang laris."
Baca Juga
Penjual Tangga
Suatu hari, Nashruddin pergi menuju sebuah kebun yang tertutup pagar tembok, dengan membawa sebuah tangga. Dia lalu meletakkan tangga itu ke dinding dan memanjatnya. Setelah sampai di atas, dia mengangkat tangga itu lalu menurunkannya ke dalam.
Kemudian, dia masuk ke dalam kebun itu. Pemilik kebun itu ternyata memergokinya dan menunggunya di bawah tangga. Lalu, dia berkata kepada Nashruddin, "Siapakah engkau dan apa yang engkau lakukan di sini?"
Nashruddin pun menjawab, "Aku adalah penjual tangga."
Pemilik kebun itu berkata, "Sejak kapan tangga dijual di sini?"
Nashruddin menjawab, "Masya Allah, bukankah engkau sudah tahu bahwa tangga itu dijual di mana-mana dan di setiap tempat?"
Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku
Suatu hari, Nashruddin berwudu di sebuah sungai. Setelah selesai dan hendak memakai sepatunya, tiba-tiba salah satu sepatu itu jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus air.
Seketika, Nashruddin membalikkan tubuhnya ke arah sungai dan dengan geram dia berkata, "Ambillah air wudumu dan kembalikan sepatuku." ( )
(mhy)