Siasat Licik Amr bin Al-Ash Membuat Terjadinya Pembelotan Pasukan Ali bin Abu Thalib

Jum'at, 05 Februari 2021 - 16:52 WIB
Ali bin Abu Thalib r.a. menolak: "Aku tidak setuju Abu Musa ditetapkan sebagai utusan. Aku tidak mau mengangkat dia!"

Al Asy'ats menyanggah: "Kami tidak bisa menerima orang selain dia. Dialah yang telah mengingatkan kita mengenai kejadian yang sedang kita hadapi sekarang ini, yakni peperangan…"

Ali bin Abu Thalib r.a. masih tetap menolak: "Ya, tetapi aku tidak dapat menyetujui dia. Ia dulu meninggalkan aku dan berusaha mencegah orang supaya tidak membantuku. Kemudian ia lari, tetapi sebulan setelah itu ia kembali dan kujamin keselamatannya. Inilah Ibnu Abbas, orang yang akan kuangkat sebagai utusan!"

Al Asy'ats menolak sambil berdalih: "Demi Allah, kami tidak peduli. Kami menginginkan seorang yang netral, tidak condong kepadamu dan tidak condong kepada Muawiyah!"

Ali bin Abu Thalib r.a. mengajukan usul lain: "Kalau begitu, aku akan mengangkat Al Asytar!"

Dengan sinis Al Asy'ats bertanya: "Apakah bumi ini akan terbakar jika bukan Al Asytar yang kau angkat? Apakah kami hendak kau tempatkan di bawah kekuasaan Al Asytar?"

Ali bin Abu Thalib r.a. ingin mendapat penjelasan, lalu bertanya: "Kekuasaan yang bagaimana?"

Al Asy'ats menyahut: "Kekuasaan dia ialah hendak mendorong kaum muslimin terus menerus mengadu pedang sampai terlaksana apa yang diinginkan olehmu dan olehnya!"

Ali bin Abu Thalib r.a. masih berusaha menyakinkan: "Muawiyah tidak menyerahkan tugas itu kepada siapa pun selain orang yang dipercaya benar-benar olehnya, yaitu Amr bin Al Ash. Bagi orang Quraisy itu (Muawiyah) memang tidak ada yang paling baik baginya kecuali orang seperti Amr…! Kalian akan diwakili oleh Abdullah bin Abbas. Biarlah dia yang menghadapi Amr. Abdullah mampu mengatasi kesulitan yang akan dihadapkan oleh Amr kepadanya, sedangkan Amr tidak akan sanggup mengatasi kesulitan yang akan dihadapkan oleh Abdullah kepadanya.

Abdullah mampu menangkis hujjah-hujjah yang diajukan oleh Amr, sedangkan Amr tidak akan mampu menangkis hujjah-hujjah yang diajukan oleh Abdullah!"

Al Asy'ats tetap berkeras kepala. Ia berganti dalih: "Demi Allah, tidak…! Sampai kiamat pun masalah tahkim itu tidak boleh dirundingkan oleh dua orang sama-sama berasal dari Bani Mudhar.

Angkatlah orang yang dari Yaman (Abu Musa), sebab mereka sudah mengangkat orang dari Mesir (Amr)…!"

Ali bin Abu Thalib mengingatkan: "Aku khawatir kalau-kalau kalian akan terkelabui. Sebab kalau Amr sudah menuruti hawa nafsunya dalam urusan tahkim itu, ia sama sekali tidak takut kepada Allah!"

Dengan bersitegang leher Al Asy'ats berkata: "Demi Allah, kalau salah seorang dari dua perunding itu berasal dari Yaman, lalu mengambil beberapa keputusan yang tidak menyenangkan kita, itu lebih baik bagi kita daripada kalau dua orang perunding itu sama-sama berasal dari Bani Mudhar, walau mereka ini mengambil beberapa keputusan yang menyenangkan kita!"

Ali bin Abu Thalib r.a. minta ketegasan terakhir: "Jadi…, kalian tidak menghendaki selain Abu Musa?"

"Ya!" jawab Al Asy'ats.

"Kalau begitu, kerjakanlah apa yang kalian inginkan!" kata Ali bin Abu Thalib r.a. dengan hati masgul. (Bersambung)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
cover top ayah
مَنۡ كَانَ يُرِيۡدُ حَرۡثَ الۡاٰخِرَةِ نَزِدۡ لَهٗ فِىۡ حَرۡثِهٖ‌ۚ وَمَنۡ كَانَ يُرِيۡدُ حَرۡثَ الدُّنۡيَا نُؤۡتِهٖ مِنۡهَا وَمَا لَهٗ فِى الۡاٰخِرَةِ مِنۡ نَّصِيۡبٍ
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.

(QS. Asy-Syura Ayat 20)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More