Siasat Licik Amr bin Al-Ash Membuat Terjadinya Pembelotan Pasukan Ali bin Abu Thalib
Jum'at, 05 Februari 2021 - 16:52 WIB
Khalifah Ali bin Abu Thalib benar-benar "tergiring" ke posisi sulit akibat muslihat politik "tahkim" yang dilancarkan Muawiyah dan Amr.
Setelah kaum pembelot tak dapat diyakinkan lagi, Ali bin Abu Thalib r.a. terpaksa memanggil Al Asytar dan memerintahkan supaya menghentikan peperangan.
Pada mulanya Al Asytar menolak, karena ia tidak mengerti sebabnya Ali bin Abu Thalib r.a. sampai bertindak sejauh itu. Kepada suruhan Ali bin Abu Thalib r.a., Al Asytar berkata: "Bagaimana aku harus kembali dan bagaimana peperangan harus kuhentikan, sedangkan tanda-tanda kemenangan sudah tampak jelas! Katakan saja kepada Ali bin Abu Thalib, supaya ia memberi waktu kepadaku barang satu atau dua jam saja!"
Al Asytar membantah, sebab suruhan Ali bin Abu Thalib r.a. tidak menerangkan sama sekali sebab-sebabnya Ali bin Abu Thalib r.a. mengeluarkan perintah seperti itu dan tidak dijelaskan juga bagaimana keadaan yang sedang dihadapi Ali bin Abu Thalib r.a. di markas-besarnya.
Waktu suruhan Ali bin Abu Thalib r.a. kembali dan melaporkan jawaban Al Asytar, orang-orang yang sedang mengepungnya marah, gaduh, ribut dan berniat buruk terhadap Ali bin Abu Thalib r.a. Mereka berprasangka jelek.
Kemudian mereka bertanya kepada Ali bin Abu Thalib r.a.: "Apakah engkau memberi perintah rahasia kepada Al Asytar supaya tetap meneruskan peperangan dan melarang dia berhenti? Jika engkau tidak segera dapat mengembalikan Al Asytar, engkau akan kami bunuh seperti dulu kami membunuh Utsman!"
Suruhan itu diperintahkan kembali untuk menemui Al Asytar. Agar ia cepat kembali, suruhan itu melebih-lebihkan keterangan kepada Al Asytar: "Apakah engkau mau menang dalam kedudukanmu ini, sedang Ali sekarang lagi dikepung 50.000 pedang?"
"Apa sebab sampai terjadi seperti itu?" tanya Al Asytar yang ingin mendapat keterangan lebih jauh.
"Karena mereka melihat lembaran-lembaran Al Qur'an dikibarkan oleh pasukan Syam," jawab suruhan.
Sambil bersiap-siap untuk kembali menghadap Ali bin Abu Thalib r.a., Al Asytar berkata: "Demi Allah, aku sudah menduga akan terjadi perpecahan dan malapetaka pada waktu aku melihat lembaran-lembaran Al Qur'an dikibarkan orang!"
Al Asytar segera pulang. Setiba di markas-besar ia melihat Ali bin Abu Thalib r.a. dalam keadaan bahaya. Anggota-anggota pasukan yang mengepung sedang mempertimbangkan apakah Ali bin Abu Thalib r.a. dibunuh saja atau diserahkan kepada Muawiyah.
Saat itu tidak ada orang lain yang memberi perlindungan kepada Ali bin Abu Thalib r.a. kecuali dua orang puteranya sendiri Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. serta Abdullah Ibnu Abbas dan beberapa orang lain, yang jumlah kesemuanya tak lebih dari 10 orang.
Ketika melihat situasi yang sangat kritis itu, Al Asytar segera menerobos kepungan sambil memaki-maki mereka yang sedang mengancam-ancam: "Celaka kalian! Apakah setelah mencapai kemenangan dan keberhasilan lantas kalian mau menghentikan dukungan dan menciptakan perpecahan. Sungguh impian yang sangat kerdil. Kalian itu memang perempuan! Sungguh busuk kalian itu!"
Datanglah Al Asy'ats bin Qeis kepada Ali bin Abu Thalib r.a. lantas berkata : "Ya Amiral Mukminin, aku melihat orang-orang sudah menerima dan menyambut baik ajakan mereka (pasukan Syam) untuk mengadakan penyelesaian damai berdasarkan hukum Al Qur'an. Kalau engkau setuju, aku akan datang kepada Muawiyah untuk menanyakan apa sesungguhnya yang dimaksud dan apa yang diminta olehnya."
"Pergilah, kalau engkau mau…!" jawab Ali bin Abu Thalib r.a.
Dalam pertemuannya dengan Muawiyah, Al Asy'ats bertanya: "Untuk apa engkau mengangkat lembaran-lembaran Al Qur' an pada ujung-ujung senjata pasukanmu?"
Muawiyah menerangkan: "Supaya kami dan kalian semuanya kembali kepada apa yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur' an. Oleh karena itu utuslah seorang yang kalian percayai, dan dari pihak kami pun akan mengutus seorang juga. Kepada kedua orang itu kita tugaskan supaya bekerja atas dasar Kitab Allah dan jangan sampai melanggarnya.
Kemudian, apa yang disepakati oleh dua orang itu kita taati bersama…" Al Asy'ats menanggapi keterangan Muawiyah itu dengan ucapan: "Itu adalah kebenaran!"
Setelah itu Al Asy'ats dan beberapa orang ulama Al-Qur'an berkata kepada Ali bin Abu Thalib r.a.: "Kita telah menerima baik tahkim berdasar Kitab Allah…, dan kami sepakat untuk memilih Abu Musa Al Asy'ariy sebagai utusan!"
Ali bin Abu Thalib r.a. menolak: "Aku tidak setuju Abu Musa ditetapkan sebagai utusan. Aku tidak mau mengangkat dia!"
Setelah kaum pembelot tak dapat diyakinkan lagi, Ali bin Abu Thalib r.a. terpaksa memanggil Al Asytar dan memerintahkan supaya menghentikan peperangan.
Pada mulanya Al Asytar menolak, karena ia tidak mengerti sebabnya Ali bin Abu Thalib r.a. sampai bertindak sejauh itu. Kepada suruhan Ali bin Abu Thalib r.a., Al Asytar berkata: "Bagaimana aku harus kembali dan bagaimana peperangan harus kuhentikan, sedangkan tanda-tanda kemenangan sudah tampak jelas! Katakan saja kepada Ali bin Abu Thalib, supaya ia memberi waktu kepadaku barang satu atau dua jam saja!"
Al Asytar membantah, sebab suruhan Ali bin Abu Thalib r.a. tidak menerangkan sama sekali sebab-sebabnya Ali bin Abu Thalib r.a. mengeluarkan perintah seperti itu dan tidak dijelaskan juga bagaimana keadaan yang sedang dihadapi Ali bin Abu Thalib r.a. di markas-besarnya.
Waktu suruhan Ali bin Abu Thalib r.a. kembali dan melaporkan jawaban Al Asytar, orang-orang yang sedang mengepungnya marah, gaduh, ribut dan berniat buruk terhadap Ali bin Abu Thalib r.a. Mereka berprasangka jelek.
Kemudian mereka bertanya kepada Ali bin Abu Thalib r.a.: "Apakah engkau memberi perintah rahasia kepada Al Asytar supaya tetap meneruskan peperangan dan melarang dia berhenti? Jika engkau tidak segera dapat mengembalikan Al Asytar, engkau akan kami bunuh seperti dulu kami membunuh Utsman!"
Suruhan itu diperintahkan kembali untuk menemui Al Asytar. Agar ia cepat kembali, suruhan itu melebih-lebihkan keterangan kepada Al Asytar: "Apakah engkau mau menang dalam kedudukanmu ini, sedang Ali sekarang lagi dikepung 50.000 pedang?"
"Apa sebab sampai terjadi seperti itu?" tanya Al Asytar yang ingin mendapat keterangan lebih jauh.
"Karena mereka melihat lembaran-lembaran Al Qur'an dikibarkan oleh pasukan Syam," jawab suruhan.
Sambil bersiap-siap untuk kembali menghadap Ali bin Abu Thalib r.a., Al Asytar berkata: "Demi Allah, aku sudah menduga akan terjadi perpecahan dan malapetaka pada waktu aku melihat lembaran-lembaran Al Qur'an dikibarkan orang!"
Al Asytar segera pulang. Setiba di markas-besar ia melihat Ali bin Abu Thalib r.a. dalam keadaan bahaya. Anggota-anggota pasukan yang mengepung sedang mempertimbangkan apakah Ali bin Abu Thalib r.a. dibunuh saja atau diserahkan kepada Muawiyah.
Saat itu tidak ada orang lain yang memberi perlindungan kepada Ali bin Abu Thalib r.a. kecuali dua orang puteranya sendiri Al Hasan r.a. dan Al Husein r.a. serta Abdullah Ibnu Abbas dan beberapa orang lain, yang jumlah kesemuanya tak lebih dari 10 orang.
Ketika melihat situasi yang sangat kritis itu, Al Asytar segera menerobos kepungan sambil memaki-maki mereka yang sedang mengancam-ancam: "Celaka kalian! Apakah setelah mencapai kemenangan dan keberhasilan lantas kalian mau menghentikan dukungan dan menciptakan perpecahan. Sungguh impian yang sangat kerdil. Kalian itu memang perempuan! Sungguh busuk kalian itu!"
Datanglah Al Asy'ats bin Qeis kepada Ali bin Abu Thalib r.a. lantas berkata : "Ya Amiral Mukminin, aku melihat orang-orang sudah menerima dan menyambut baik ajakan mereka (pasukan Syam) untuk mengadakan penyelesaian damai berdasarkan hukum Al Qur'an. Kalau engkau setuju, aku akan datang kepada Muawiyah untuk menanyakan apa sesungguhnya yang dimaksud dan apa yang diminta olehnya."
"Pergilah, kalau engkau mau…!" jawab Ali bin Abu Thalib r.a.
Dalam pertemuannya dengan Muawiyah, Al Asy'ats bertanya: "Untuk apa engkau mengangkat lembaran-lembaran Al Qur' an pada ujung-ujung senjata pasukanmu?"
Muawiyah menerangkan: "Supaya kami dan kalian semuanya kembali kepada apa yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur' an. Oleh karena itu utuslah seorang yang kalian percayai, dan dari pihak kami pun akan mengutus seorang juga. Kepada kedua orang itu kita tugaskan supaya bekerja atas dasar Kitab Allah dan jangan sampai melanggarnya.
Baca Juga
Setelah itu Al Asy'ats dan beberapa orang ulama Al-Qur'an berkata kepada Ali bin Abu Thalib r.a.: "Kita telah menerima baik tahkim berdasar Kitab Allah…, dan kami sepakat untuk memilih Abu Musa Al Asy'ariy sebagai utusan!"
Ali bin Abu Thalib r.a. menolak: "Aku tidak setuju Abu Musa ditetapkan sebagai utusan. Aku tidak mau mengangkat dia!"