Tragis, Nyawa Khalifah Ali Dijadikan Mahar Oleh Abdul Rahman bin Muljam
Minggu, 14 Februari 2021 - 19:37 WIB
Setelah terjadi pembicaraan tentang maskawin, akhirnya Abdurrahman mernberikan jawaban terakhir: "Permintaanmu tentang pembunuhan Ali bin Abi Thalib akan kupenuhi."
Sebagaimana tersebut di atas tadi Al-Barak bin Abdullah, Amr bin Bakr dan Abdurrahman bin Muljam, telah sepakat hendak melasanakan pembunuhan serentak dalam satu malam, pada waktu subuh. Tetapi terjadi satu kebetulan yang agak aneh juga, karena tragedi yang ditimbulkan oleh tiga orang komplotan tersebut ternyata berakhir dengan akibat yang berlainan.
Amr bin Al-Ash secara kebetulan tidak mengalami nasib seperti yang dialami temannya. Cerita tentang peristiwanya itu sebagai berikut: "Pada malam terjadinya peristiwa itu, Amr bin Al-Ash merasa terganggu kesehatannya. Ia tidak keluar bersembahyang di masjid dan tidak juga untuk keperluan lainnya. Ia memerintahkan seorang petugas keamanan, bernama Kharijah bin Hudzafah, supaya mengimami salat subuh jama'ah sebagai penggantinya.
Amr bin Bakr menduga, bahwa Kharijah itu adalah Amr bin Al-Ash. Amr bin Bakr segera menyelinap dan mendekat, kemudian Kharijah ditikam dengan senjata tajam. Seketika itu juga Kharijah meninggal dan Amr bin Bakr sendiri tertangkap basah.
Waktu dihadapkan kepada Amr bin Al Ash, ia (Amr bin Al Ash) berkata kepadanya: "Engkau menghendaki nyawaku, tetapi Allah ternyata menghendaki nyawa Kharijah bin Hudzafah!"
Setelah itu ia memerintahkan supaya Amr bin Bakr segera dibunuh. Adapun Muawiyah yang menjadi sasaran Al-Barak bin Abdullah, pada saat ia sedang lengah, ditikam oleh Al-Barak. Mujur bagi Muawiyah. Ia tidak mati, sebab tikaman itu hanya mengenai samping pantatnya. Hal itu dimungkinkan karena sejak terbukanya permusuhan antara Ali bin Abu Thalib r.a. dengan dirinya, Muawiyah selalu mengenakan baju berlapis besi.
Al-Barak tertangkap dan ia dihadapkan kepada Muawiyah. Mengenai peristiwa ini terdapat penulisan sejarah yang agak berlainan.
Abu Faraj Al-Ashfahaniy mengatakan: "Waktu Al-Barak dihadapkan kepada Muawiyah, ia berkata: "Aku membawa berita untukmu."
Muawiyah bertanya: "Berita Apa?"
Al-Barak lalu menceritakan apa yang pada malam itu dilakukan oleh dua orang temannya. "Malam itu…," katanya, "…Ali bin Abi Thalib akan mati dibunuh. Biarlah aku kau tahan dulu. Jika benar ia mati terbunuh, terserahlah apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku. Tetapi jika ternyata ia tidak berhasil dibunuh, aku berjanji kepadamu, akulah yang akan membunuhnya. Lantas aku akan kembali lagi kepadamu menyerahkan diri. Selanjutnya terserah hukuman apa yang akan kau jatuhkan atas diriku!" (Bersambung)
Sebagaimana tersebut di atas tadi Al-Barak bin Abdullah, Amr bin Bakr dan Abdurrahman bin Muljam, telah sepakat hendak melasanakan pembunuhan serentak dalam satu malam, pada waktu subuh. Tetapi terjadi satu kebetulan yang agak aneh juga, karena tragedi yang ditimbulkan oleh tiga orang komplotan tersebut ternyata berakhir dengan akibat yang berlainan.
Amr bin Al-Ash secara kebetulan tidak mengalami nasib seperti yang dialami temannya. Cerita tentang peristiwanya itu sebagai berikut: "Pada malam terjadinya peristiwa itu, Amr bin Al-Ash merasa terganggu kesehatannya. Ia tidak keluar bersembahyang di masjid dan tidak juga untuk keperluan lainnya. Ia memerintahkan seorang petugas keamanan, bernama Kharijah bin Hudzafah, supaya mengimami salat subuh jama'ah sebagai penggantinya.
Amr bin Bakr menduga, bahwa Kharijah itu adalah Amr bin Al-Ash. Amr bin Bakr segera menyelinap dan mendekat, kemudian Kharijah ditikam dengan senjata tajam. Seketika itu juga Kharijah meninggal dan Amr bin Bakr sendiri tertangkap basah.
Waktu dihadapkan kepada Amr bin Al Ash, ia (Amr bin Al Ash) berkata kepadanya: "Engkau menghendaki nyawaku, tetapi Allah ternyata menghendaki nyawa Kharijah bin Hudzafah!"
Setelah itu ia memerintahkan supaya Amr bin Bakr segera dibunuh. Adapun Muawiyah yang menjadi sasaran Al-Barak bin Abdullah, pada saat ia sedang lengah, ditikam oleh Al-Barak. Mujur bagi Muawiyah. Ia tidak mati, sebab tikaman itu hanya mengenai samping pantatnya. Hal itu dimungkinkan karena sejak terbukanya permusuhan antara Ali bin Abu Thalib r.a. dengan dirinya, Muawiyah selalu mengenakan baju berlapis besi.
Al-Barak tertangkap dan ia dihadapkan kepada Muawiyah. Mengenai peristiwa ini terdapat penulisan sejarah yang agak berlainan.
Abu Faraj Al-Ashfahaniy mengatakan: "Waktu Al-Barak dihadapkan kepada Muawiyah, ia berkata: "Aku membawa berita untukmu."
Muawiyah bertanya: "Berita Apa?"
Al-Barak lalu menceritakan apa yang pada malam itu dilakukan oleh dua orang temannya. "Malam itu…," katanya, "…Ali bin Abi Thalib akan mati dibunuh. Biarlah aku kau tahan dulu. Jika benar ia mati terbunuh, terserahlah apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku. Tetapi jika ternyata ia tidak berhasil dibunuh, aku berjanji kepadamu, akulah yang akan membunuhnya. Lantas aku akan kembali lagi kepadamu menyerahkan diri. Selanjutnya terserah hukuman apa yang akan kau jatuhkan atas diriku!" (Bersambung)
(mhy)