Seberat Apakah Puasa Ramadhan di Tengah Pandemik Ini?
Sabtu, 18 April 2020 - 17:05 WIB
Dan pada akhirnya, mereka pun memenangkan segala peperangan itu. Semua peristiwa yang sulit itu terjadi di bulan Ramadhan dan mereka mampu menaklukkannya.
Sedangkan lihat apa yang sedang terjadi dengan kondisi umat kita pada hari ini. Kita tidak sedang berperang. Jika sedang berperang, berperang melawan siapa? Berperang melawan wabah Covid-19? Sedangkan kita, alih-alih terjun ke medan pertempuran, justru kita diminta untuk tetap di rumah saja berkumpul dengan keluarga, bisa adem di bawah AC atau kipas angin, bisa tiduran di kamar, dan menunggu berbuka sambil santai di depan TV atau sambil main internet.
Kita diminta memperbanyak aktivitas sementara di dalam rumah, mengurangi intensitas hubungan dengan dunia luar, tanpa harus kehilangan pekerjaan, kesempatan hidup dan keluarga tercinta. Tak ada cerita kita terjun ke medan perang seperti apa yang terjadi pada masa Nabi dan sahabatnya.
Hikmah lainnya, dengan kondisi seperti itu, seharusnya kita mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan banyak amal ibadah akhirat selama di bulan suci Ramadhan. Lantas beratnya dimana? Sangat lucu jika ada orang yang tidak memahami syariat Islam mengusulkan fatwa puasa Ramadhan ditangguhkan hanya disebabkan wabah pandemik Covid-19. Hanya karena khawatir melemahnya daya tahan tubuh yang berakibat rentan pada terjangkitnya wabah penyakit.
Justru, dengan berpuasa kaum muslimin menegakkan hukum syariat Allah lah menunjukkan ketundukan serta ketaatan mereka pada menjalankan hukum syariat dalam segala kondisi apa pun. Di sinilah pertolongan dan rahmat Rabb alam semesta ini akan mengucur deras terhadap kaum beriman.
Bukankah dengan menjalankan hukum syariat ini, Allah justru ingin menguji kesabaran kaum beriman, sebagaimana firman-Nya pada surah Ali Imran ayat 142: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar".
Wallahu A'lam Bish Showab
Sedangkan lihat apa yang sedang terjadi dengan kondisi umat kita pada hari ini. Kita tidak sedang berperang. Jika sedang berperang, berperang melawan siapa? Berperang melawan wabah Covid-19? Sedangkan kita, alih-alih terjun ke medan pertempuran, justru kita diminta untuk tetap di rumah saja berkumpul dengan keluarga, bisa adem di bawah AC atau kipas angin, bisa tiduran di kamar, dan menunggu berbuka sambil santai di depan TV atau sambil main internet.
Kita diminta memperbanyak aktivitas sementara di dalam rumah, mengurangi intensitas hubungan dengan dunia luar, tanpa harus kehilangan pekerjaan, kesempatan hidup dan keluarga tercinta. Tak ada cerita kita terjun ke medan perang seperti apa yang terjadi pada masa Nabi dan sahabatnya.
Hikmah lainnya, dengan kondisi seperti itu, seharusnya kita mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan banyak amal ibadah akhirat selama di bulan suci Ramadhan. Lantas beratnya dimana? Sangat lucu jika ada orang yang tidak memahami syariat Islam mengusulkan fatwa puasa Ramadhan ditangguhkan hanya disebabkan wabah pandemik Covid-19. Hanya karena khawatir melemahnya daya tahan tubuh yang berakibat rentan pada terjangkitnya wabah penyakit.
Justru, dengan berpuasa kaum muslimin menegakkan hukum syariat Allah lah menunjukkan ketundukan serta ketaatan mereka pada menjalankan hukum syariat dalam segala kondisi apa pun. Di sinilah pertolongan dan rahmat Rabb alam semesta ini akan mengucur deras terhadap kaum beriman.
Bukankah dengan menjalankan hukum syariat ini, Allah justru ingin menguji kesabaran kaum beriman, sebagaimana firman-Nya pada surah Ali Imran ayat 142: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar".
Wallahu A'lam Bish Showab
(rhs)