Lebanon: Negara Sektarianistik Tanpa Tedeng Aling-aling

Sabtu, 27 Maret 2021 - 09:50 WIB
Ada 18 sekte agama di Lebanon/Foto EPA
Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y. Thohari dalam Buku The Anthropology of The Arabs: Catatan-Catatan Etnografis dari Beirut menggambarkan Lebanon dengan apik. Menurutnya, Lebanon menyimpan berbagai kisah menarik sebagai negara Arab baik tentang geografis, masyarakat, budaya, politik, arsitektur dan lain sebagainya.



Studi etnografis dengan cara mengamati, melihat, dan hidup bersama orang Arab diceritakan dalam buku ini. Salah satunya disebutkan bahwa Lebanon negara Arab yang sangat luar biasa bersih.

“Masjid-masjid di Lebanon sangat bersih, bukan hanya di kota, melainkan juga samapai di kampung-kampung,” ungkap kader Muhammadiyah ini dalam Webinar Caknurian Urban Sufism With Komaruddin Hidayat bertajuk “Melihat dari Dekat Keberagamaan Orang Arab”, Jum’at pekan lalu.

Hajriyanto Y. Thohari mengungkapkan Lebanon memiliki sistem politik confesionalism di mana pembagian kekuasaan dilakukan berdasarkan sekte agama. Ada 18 sekte agama di Lebanon. Sistem politik confesionalism merupakan peninggalan Perancis setelah berakhirnya perang dunia pertama.

Pembagian kekuasaan berdasarkan sekte tersebut meliputi Kristen Maronis jatahnya menjadi presiden, Perdana Menteri jatahnya muslim sunni, dan Ketua parlemen dari syiah.

Setiap kabinet harus separuh dari kristen dan muslim yang kemudian dielaborasi ke masing-masing sekte. Begitu juga dalam parlemen.



Panglima Tentara Lebanon harus dari Maronis, tetapi kepala Stafnya harus dari Druze. Kepolisian harus dari sunni dan seterusnya. Menjadikan Lebanon adalah negara sektarianistik yang terus terang, “tanpa tedeng aling-aling”.

Prof Komaruddin Hidayat menyampaikan buku The Anthropology of The Arabs karya Hajriyanto sebagai salah satu bacaan yang sangat menarik. Terlebih di Indonesia saat ini terdapat Arabisasi kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

Sementara itu, Amich Alhumami mengapresiasi Hajriyanto sebagai tipikal Antropolog, baik Antropologis by training maupun Antropologis by experience.

Menurutnya, Hajriyanto merupakan pendongeng yang mahir, dan pandai menyisipkan humor segar khas intelektual dalam tulisan-tulisannya.

Kembali ke Lebanon. Hadjriyanto Y Thohari menjelaskan, Lebanon merupakan pelopor dan perintis modernisasi Bahasa Arab. Hal itu ditandai ketika bahasa Arab mengalami banyak kerusakan akibat bahasa Arab Pasar/Informal (Amiyah), sarjana Arab asal Lebanon-lah yang memperbaiki kerusakan tersebut.

Para sarjana pelopor Bahasa Arab modern tersebut sebagian besar adalah pemeluk agama Kristen/Nasrani. Hasil perbaikan yang dilakukan oleh mereka menyebabkan bahasa Arab modern lebih dekat dengan bahasa Arab Formal (Fusha). Gerakan modernisasi Arab, termasuk modernisasi bahasa Arab terjadi pada akhir tahun 1900-an sampai tahun 2000-an.

“Pelopornya banyak yang beragama Kristen, maka kalau kamus-kamus bahasa Arab misalnya Al Munjid itu ditulis oleh ahli bahasa Arab Nasrani,” katanya dalam acara bincang buku Antropology of The Arabs yang diadakan MPI PWM Jabar pada Kamis (24/3).



Bahkan kamus besar yang berjudul Muhith Al Muhith juga ditulis oleh seorang Kristen yang bernama Butsur Al Bustani. Yang unik dari kamus ini, kata Hadjri, adalah rujukannya, yakni merujuk kepada Kitab Suci Al Qur’an. Meskipun beragama Kristen, Butsur Al Bustani seringkali merujuk dan mengutip kalimat dari Al Qur’an.

“Bahasa itu pengaruhnya besar dalam kebudayaan,” imbuhnya, sebagaimana disiarkan laman resmi Muhammadiyah.

Menceritakan isi buku yang ditulisnya “Antropology of The Arab”, dengan renyah Hadjri menjelaskan, dalam pendekatan antropologi dirinya banyak menemukan keunikan yang dimiliki oleh bangsa Arab. Di antaranya adalah terkait dengan budaya makannya, dalam penelusurannya, Hadjri menemukan makan dalam budaya bangsa Arab memiliki posisi tersendiri.

Kuat Makan
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More