5 Wasiat Nabi Adam kepada Putranya Nabi Syith

Kamis, 21 Mei 2020 - 00:01 WIB
Nabi Syith diangkat sebagai Nabi menggantikan ayahnya Nabi Adam. Beliau termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda. Foto Ilustrasi/dok SINDOnews
Nabiyullah Syith (Seth) 'alaihissalam adalah putra ketiga Nabi Adam 'alaihissalam dan Hawa yang juga adik bungsu Habil dan Qabil. Nabi Syith merupakan satu-satunya anak Nabi Adam tidak mempunyai kembaran (anak-anak lain dilahirkan kembar dan berpasang-pasangan).

Nabi Syith dilahirkan (sekitar 3630-2718 SM), wafat pada usia 1042 tahun. Riwayat lain menyebut 912 tahun. Beliau menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak bernama Enos pada usia 105 tahun. Nabi Syith dilahirkan lima tahun setelah Habil (putra kesayangan Nabi Adam) dibunuh oleh Qabil. (Baca Juga: Nabi Adam Saat Wafat Dikafani dan Dikubur Malaikat)

Nabi Syith diangkat sebagai Nabi menggantikan Nabi Adam . Beliau termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.

Dalam Kitab Qasas al-Anbiya sebagaimana diceritakan Salim Umar Alattas disebutkan, setelah menderita sakit selama 11 hari, Nabi Adam wafat. Ketika masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada nabi Syith untuk menggantikan kepemimpinannya. Nabi Adam mengingatkan Syith untuk menjaga kerahasiaan penyerahan mandat ini agar jangan sampai diketahui oleh Qabil, si pendengki.

Menurut Ibnu 'Abbas, ketika Syith dilahirkan, Nabi Adam berusia 930 tahun. Nabi Adam memilih Syith karena memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain. (Baca Juga: Kisah Anak Adam dan Kejahatan Pertama di Muka Bumi)

Sebagai Nabi, Syith menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah. Demikian keterangan dari Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dalam Tarikh Thabari. Nabi Syits memilih bertempat tinggal di Mekkah. Beliau membangun kembali Ka'bah dengan lumpur kental dan tumpukan batu-batu.

Dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Beliau menepikan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya. (Baca Juga: Anak-anak Nabi Adam: Qobil Mati Saat Jadi Tawanan Perang)

Inilah 5 Nasihat Nabi Adam kepada Nabi Syith:

1). Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.

2). Janganlah kamu bertindak menurut kemahuan istri-istri kamu. Kerana aku bertindak menurut kemauan istriku (Hawa), sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.

3). Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.

4). Ketika hati kamu merasakan takut akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan buah khuldi (buah terlarang), hatiku merasa takut, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.

5). Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah.(Baca Juga: Setelah 500 Tahun Berpisah, Adam dan Hawa Berjumpa di Arafah)

Wallahu A'lam
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More