Puasa Adalah Sebuah Proses Perubahan

Senin, 19 April 2021 - 17:44 WIB
Puasa Adalah Sebuah Proses Perubahan/PPPA Daarul Quran
Puasa Adalah Sebuah Perubahan. Pernahkah kita memperhatikan seekor kupu-kupu? Pada proses metamorfosisnya, kupu-kupu yang begitu indah dipandang, diawali dengan seekor telur, lalu menjadi sebuah ulat. Seperti yang kita ketahui bersama, banyak sekali dari kita semua mempersepsikan ‘ulat’ dengan sebuah persepsi yang buruk.

Ulat sering memakan daun-daun yang hambar. Ulat juga dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi kulit tubuh manusia, jika terkena ulat tubuh kita bisa menjadi gatal dan menjadi bentol.

Ketika melihat seekor ulat tak jarang kita merasa jijik dan takut. Bahkan jika ada seekor ulat masuk ke dalam rumah kita, tanpa rasa ragu rasanya ingin segera menjauhkan, bahkan mungkin ingin membuang ulat tersebut.



Tapi yang harus kita sadari, ketika ulat mengalami proses metamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang indah, terdapat sebuah hikmah yang dapat kita ambil dari proses tersebut. Sebuah proses metamorfosis puasanya seekor ulat dalam menjadi kupu-kupu yang memakan waktu 14 hingga 16 hari.



Lalu bagaimana dengan manusia?

Allah subhanahu wata’ala ingatkan dalam surah Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Dari sini kita bisa melihat dan menyadari ada sebuah korelasi bahwa manusia juga sama seperti prosesnya sebuah ulat yang menjadi kupu-kupu, yang melalui proses puasa selama 14 hari hingga 16 hari. Allah subhanahu wata’ala mengingatkan manusia untuk memacu dirinya dalam sebuah proses puasa Ramadhan selama kurang lebih 30 hari lamanya.

Untuk apa Allah memperintahkan hal itu? Jawabannya seperti yang tertera dalam ayat di atas, yakni untuk menjadi orang-orang yang bertakwa, untuk menjadi orang-orang yang selalu mau menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangannya.

Indah sekali ketika membayangkan di mana manusia memasuki ke dalam ‘kepompongnya’ bulan suci Ramadhan . Dalam prosesnya manusia berubah menjadi seorang yang lebih baik, menjadi seorang yang sempurna karena melalui proses yang bernama bulan suci Ramadhan. Sama halnya seperti sebuah ulat, ada sebuah proses yang dijalani antara keduanya untuk menjadi sesuatu hal yang lebih baik dari sebelumnya. Jika ulat akan menjadi seekor kupu-kupu yang indah setelah melewati masa metamorfosis, sedangkan manusia berusaha menjadi pribadi yang lebih baik ketika bulan suci Ramadhan datang.



Memang harapannya ketika kita keluar dari bulan suci Ramadhan, seharusnya kita menjadi pribadi yang lebih baik dalam berbagai hal. Menjadi pribadi manusia yang jauh berbeda dibandingkan bulan-bulan lainnya. Boleh jadi sebelum Ramadhan kita banyak melakukan banyak melakuka perbuatan lalai kepada Allah, boleh jadi sebelum Ramadhan kita begitu banyak maksiat dan boleh jadi sebelum Ramadhan kita mungkin salat, namun salat kita selalu telat.

Tapi setelah Ramadhan, proses puasa itu membentuk diri kita menjadi orang yang sempurna, yakni orang yang selalu bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, orang yang mampu menahan dirinya dari hawa nafsu, menjadi orang yang menahan gerak kakinya untuk berjalan kepada kemaksiatan, orang yang mampu menahan matanya untuk melihat hal yang tidak diinginkan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Itulah sebuah perbandingan, sebuah pembelajaran yang dapat kita ambil dari sebuah proses metamorposis seekor ulat.

Mari selalu kita manfaatkan apa yang menjadi kesempatan di bulan suci Ramadhan ini. Sungguh rugi rasanya, jika dalam bulan suci Ramadhan ini kita tidak mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan kualitas amal dan ibadah kita. Maka janganlah kita menjadi golongan orang-orang yang merugi di bulan suci Ramadhan ini.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini dan semoga juga bulan Ramadan tahun ini bisa kita lewati lebih baik dari Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Dan mudah-mudahan ibadah kita semata hanya ditujukan untuk beribadah karena Allah subhanahu wata’ala.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(aww)
Hadits of The Day
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian? Orang-orang menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

(HR. Bukhari No. 801)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More