Keistimewaan Tarim, Kota Seribu Wali yang Diberkahi (1)
Rabu, 21 April 2021 - 17:31 WIB
Tarim, sebuah kota bersejarah terletak di wilayah Hadhramaut, Yaman. Jaraknya sekitar 640 Km dari San'a, ibukota Yaman. Tarim dikenal sebagai kota religius yang dijuluki kota seribu para wali.
Di kota inilah banyak dilahirkan ulama-ulama hebat keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Tarim lebih terkenal dengan keilmuan dan kerohaniannya dibandingkan kota-kota lainnya di Yaman.
Di kota asal muasal kakek moyang Wali Songo ini, terdapat makam para sufi dan ulama terkenal yang senantiasa diziarahi banyak orang dari seluruh dunia, termasuk para kiyai dan santri Indonesia. Di antaranya Imam Abdullah bin Alawy Al-Haddad, pengarang Ratibul Haddad yang buah karyanya cukup populer di kalangan pesantren Tanah Air.
Salah seorang mahasiwa Indonesia yang menimba ilmu di Universitas Wasathiyyah sebagaimana dilansir dari Cahaya Tarim menyebutkan, nama Kota Tarim sendiri diambil dari nama seorang penguasa yang membangun kota tersebut, yaitu Tarim bin Hadhramaut. Menurut sumber lain dikatakan, bahwa yang membangun Kota Tarim adalah Sa'ad Al-Kamil.
Adapun sebutan lain dari Kota Tarim adalah Al-Ghanna, yang artinya sebuah tempat yang sangat subur. Disebut demikian, karena di Kota Tarim banyak terdapat tempat-tempat yang rimbun, banyak pohon-pohon yang tumbuh dan banyak pula sumber airnya.
Tarim dikenal pula dengan sebutan Madina As-Shiddiq. Sebab, di kota inilah sahabat Nabi Abubakar Ash-Shiddiq pernah meminta sumpah setia penguasa Tarim pada masa itu, yang bernama Ziyad bin Lubaid Al-Anshori beserta penduduknya. Sumpah setia ini yang menjadi muasal jaminan kesuburan dan keistimewaan kota ini.
Karena sumpah setia itu, Abu Bakar berdoa secara khusus kepada Allah. Doanya seperti ini: "Mudah-mudahan Allah memberikan kemakmuran untuk Kota Tarim. Mudah-mudahan Allah memberkahi kesuburan tanah Kota Tarim dan sumber airnya. Mudah-mudahan Allah memberkahi Tarim dengan banyaknya para ulama yang sholeh dan menjadikannya negeri yang subur akan awliya-Nya (para wali Allah)."
Salah satu keistimewaan Tarim adalah kota ini selalu dikunjungi banyak orang dengan maksud untuk mengambil berkah, berziarah kepada para aulia Allah dan juga menuntut ilmu Agama. Kota ini juga menjadi idaman bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu fikih, tasawuf, tauhid, nahwu, luhgah, termasuk tarekat.
Perempuan Tarim
Di Tarim, semua perempuan yang sudah baligh pasti memakai cadar di muka yaitu niqab atau burqa. Sangat sulit untuk bertemu dengan wanita di sana. Bagi yang pernah ke Tarim, tidak akan melihat wanita membuka wajahnya lalu lalang di jalan. Mereka terpelihara suci di rumah mereka atau di madrasahnya.
Warga Tarim sangat memuliakan kaum perempuan dan diperlakukan sangat spesial. Di jalanan, sebuah keaiban bagi kaum lelaki berjalan di belakang kaum hawa. Hal tersebut agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Di pasar-pasar Tarim pun khusus hanya laki-laki saja yang membeli keperluan. Pasarnya sangat menarik, .sambil menunggu pelanggan, mereka mengkhatamkan Al-Qur'an beberapa kali. Jika tiada pelanggan mereka mempelajari kitab sesama mereka sambil menyampaikan ilmu di pasar. Mereka juga selalu mendendangkan sholawat dan qasidah.
Seorang ulama Tarim berkata: "Di pasar Tarim, aku dapati ada lebih 200 orang Wali Allah (kekasih Allah). Jika di pasar tempat yang sebegitu sudah ada lebih 200 orang wali, bagaimana lagi jika yang berada di masjid-masjid?
Ketahuilah, hanya wali Allah saja dapat mengetahui siapa wali-wali-Nya.Setiap kali adzan berkumandang, jalan-jalan dan lalu lintas kota itu mendadak saja sepi. Orang-orang di kota itu meninggalkan semua kegiatan mereka. Lalu berbondong-bondong menuju masjid yang tersebar di kota itu untuk menunaikan kewajibannya kepada Sang Khalik.
Terkadang jika mereka tidak sempat untuk menutup toko apabila azan selesai dikumandangkan, mereka akan biarkan dan terus ke masjid tanpa menghiraukannya. Apabila ditanya: "Kenapa?" Mereka mengatakan:
"Adakah dunia lebih penting daripada Allah?"
Pernah dikisahkan, seorang pembeli memasuki sebuah toko dan ingin membeli sesuatu dan bersamaan itu azan berkumndang. Spontan pemilik toko tidak melayaninya dan menyuruh pembelinya kembali lagi ketika selesai sholat nanti. Mereka benar-benar memegang teguh syari'at Islam.
Siapa yang datang ke Tarim pasti tidak ingin pulang ke Tanah Air disebabkan keindahan dan ketenangan jiwa yang dirasakan di dalamnya. Tarim mengingatkan kita kepada akhirat. Tarim walaupun hanya kota kecil tapi memiliki 360 masjid yang tersebar di penjuru kota. Jumlah masjid di kota itu sama seperti jumlah hari dalam setahun. Amat cukup untuk menampung semua muslim di kota itu.
Di kota inilah banyak dilahirkan ulama-ulama hebat keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Tarim lebih terkenal dengan keilmuan dan kerohaniannya dibandingkan kota-kota lainnya di Yaman.
Di kota asal muasal kakek moyang Wali Songo ini, terdapat makam para sufi dan ulama terkenal yang senantiasa diziarahi banyak orang dari seluruh dunia, termasuk para kiyai dan santri Indonesia. Di antaranya Imam Abdullah bin Alawy Al-Haddad, pengarang Ratibul Haddad yang buah karyanya cukup populer di kalangan pesantren Tanah Air.
Salah seorang mahasiwa Indonesia yang menimba ilmu di Universitas Wasathiyyah sebagaimana dilansir dari Cahaya Tarim menyebutkan, nama Kota Tarim sendiri diambil dari nama seorang penguasa yang membangun kota tersebut, yaitu Tarim bin Hadhramaut. Menurut sumber lain dikatakan, bahwa yang membangun Kota Tarim adalah Sa'ad Al-Kamil.
Adapun sebutan lain dari Kota Tarim adalah Al-Ghanna, yang artinya sebuah tempat yang sangat subur. Disebut demikian, karena di Kota Tarim banyak terdapat tempat-tempat yang rimbun, banyak pohon-pohon yang tumbuh dan banyak pula sumber airnya.
Tarim dikenal pula dengan sebutan Madina As-Shiddiq. Sebab, di kota inilah sahabat Nabi Abubakar Ash-Shiddiq pernah meminta sumpah setia penguasa Tarim pada masa itu, yang bernama Ziyad bin Lubaid Al-Anshori beserta penduduknya. Sumpah setia ini yang menjadi muasal jaminan kesuburan dan keistimewaan kota ini.
Karena sumpah setia itu, Abu Bakar berdoa secara khusus kepada Allah. Doanya seperti ini: "Mudah-mudahan Allah memberikan kemakmuran untuk Kota Tarim. Mudah-mudahan Allah memberkahi kesuburan tanah Kota Tarim dan sumber airnya. Mudah-mudahan Allah memberkahi Tarim dengan banyaknya para ulama yang sholeh dan menjadikannya negeri yang subur akan awliya-Nya (para wali Allah)."
Salah satu keistimewaan Tarim adalah kota ini selalu dikunjungi banyak orang dengan maksud untuk mengambil berkah, berziarah kepada para aulia Allah dan juga menuntut ilmu Agama. Kota ini juga menjadi idaman bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu fikih, tasawuf, tauhid, nahwu, luhgah, termasuk tarekat.
Perempuan Tarim
Di Tarim, semua perempuan yang sudah baligh pasti memakai cadar di muka yaitu niqab atau burqa. Sangat sulit untuk bertemu dengan wanita di sana. Bagi yang pernah ke Tarim, tidak akan melihat wanita membuka wajahnya lalu lalang di jalan. Mereka terpelihara suci di rumah mereka atau di madrasahnya.
Warga Tarim sangat memuliakan kaum perempuan dan diperlakukan sangat spesial. Di jalanan, sebuah keaiban bagi kaum lelaki berjalan di belakang kaum hawa. Hal tersebut agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Di pasar-pasar Tarim pun khusus hanya laki-laki saja yang membeli keperluan. Pasarnya sangat menarik, .sambil menunggu pelanggan, mereka mengkhatamkan Al-Qur'an beberapa kali. Jika tiada pelanggan mereka mempelajari kitab sesama mereka sambil menyampaikan ilmu di pasar. Mereka juga selalu mendendangkan sholawat dan qasidah.
Seorang ulama Tarim berkata: "Di pasar Tarim, aku dapati ada lebih 200 orang Wali Allah (kekasih Allah). Jika di pasar tempat yang sebegitu sudah ada lebih 200 orang wali, bagaimana lagi jika yang berada di masjid-masjid?
Ketahuilah, hanya wali Allah saja dapat mengetahui siapa wali-wali-Nya.Setiap kali adzan berkumandang, jalan-jalan dan lalu lintas kota itu mendadak saja sepi. Orang-orang di kota itu meninggalkan semua kegiatan mereka. Lalu berbondong-bondong menuju masjid yang tersebar di kota itu untuk menunaikan kewajibannya kepada Sang Khalik.
Terkadang jika mereka tidak sempat untuk menutup toko apabila azan selesai dikumandangkan, mereka akan biarkan dan terus ke masjid tanpa menghiraukannya. Apabila ditanya: "Kenapa?" Mereka mengatakan:
"Adakah dunia lebih penting daripada Allah?"
Pernah dikisahkan, seorang pembeli memasuki sebuah toko dan ingin membeli sesuatu dan bersamaan itu azan berkumndang. Spontan pemilik toko tidak melayaninya dan menyuruh pembelinya kembali lagi ketika selesai sholat nanti. Mereka benar-benar memegang teguh syari'at Islam.
Siapa yang datang ke Tarim pasti tidak ingin pulang ke Tanah Air disebabkan keindahan dan ketenangan jiwa yang dirasakan di dalamnya. Tarim mengingatkan kita kepada akhirat. Tarim walaupun hanya kota kecil tapi memiliki 360 masjid yang tersebar di penjuru kota. Jumlah masjid di kota itu sama seperti jumlah hari dalam setahun. Amat cukup untuk menampung semua muslim di kota itu.