Hudzaifah ibnul Yaman: Jago Membaca Tabiat dan Airmuka Seseorang
Sabtu, 08 Mei 2021 - 04:50 WIB
Pernah kubertanya:"Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini. Apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan?”
“Ada …" ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan?” tanyaku pula.
"Memang, tetapi kabur dan bahaya ..."
"Apa bahaya itu?”
"Yaitu segolongan ummat mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah"
“Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan?” tanyaku pula.
"Masih,” ujar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka...!"
Lalu kutanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Ya Rasulallah, apa yang harus saya perbuat bila saya menghadapi hal demikian?”
Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Senantiasa mengikuti jama'ah Kaum Muslimin dan pemimpin mereka ...!"
"Bagaimana kalau mereka tidak punya jama'ah dan tidak pula pemimpin?”
"Hendaklah kamu tinggalkan golongan itu semua, walaupun kamu akan tinggal di rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian ...!"
Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya: "Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan , karena takut akan terlibat di dalamnya.
Hudzaifah ibnu Yaman radhiyallahu 'anhu menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganalisa kehidupan dunia ini dan mengkaji pribadi orang serta meraba situasi.
Semua masalah itu diolah dan digodok dalam akal pikirannya lalu dituangkan dalam ungkapan seorang filosof yang 'arif dan bijaksana.
Berkatalah ia:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala telah membangkitkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup, dan dengan kebatilan yang hidup menjadi mati.
Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau, dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana. Di antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq.
Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq. Dan ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikutsertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang dari yang haq. Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat bernyawa.
“Ada …" ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan?” tanyaku pula.
"Memang, tetapi kabur dan bahaya ..."
"Apa bahaya itu?”
"Yaitu segolongan ummat mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah"
“Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan?” tanyaku pula.
"Masih,” ujar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka...!"
Lalu kutanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Ya Rasulallah, apa yang harus saya perbuat bila saya menghadapi hal demikian?”
Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Senantiasa mengikuti jama'ah Kaum Muslimin dan pemimpin mereka ...!"
"Bagaimana kalau mereka tidak punya jama'ah dan tidak pula pemimpin?”
"Hendaklah kamu tinggalkan golongan itu semua, walaupun kamu akan tinggal di rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian ...!"
Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya: "Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan , karena takut akan terlibat di dalamnya.
Baca Juga
Hudzaifah ibnu Yaman radhiyallahu 'anhu menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganalisa kehidupan dunia ini dan mengkaji pribadi orang serta meraba situasi.
Semua masalah itu diolah dan digodok dalam akal pikirannya lalu dituangkan dalam ungkapan seorang filosof yang 'arif dan bijaksana.
Berkatalah ia:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala telah membangkitkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup, dan dengan kebatilan yang hidup menjadi mati.
Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau, dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana. Di antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq.
Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq. Dan ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikutsertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang dari yang haq. Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat bernyawa.
Lihat Juga :