Inilah 2 Pahlawan Pembebas Masjid Al-Aqsha, Siapa Berikutnya?
Minggu, 23 Mei 2021 - 14:19 WIB
Yerusalem berhasil direbut oleh Shalahuddin pada hari Jumat, 27 Rajab 583 H bertepatan 2 Oktober 1187 M. Al-Quds akhirnya berhasil takluk dari penjajahan Kristen Eropa. Hari itu kebetulan bertepatan dengan peringatan Isra' Mikraj Nabi Muhammad.
Peristiwa bersejarah itu dicatat oleh Ibn Syaddad, penulis sejarah zaman itu, berikut ungkapannya: "Merayakan pemilihan waktu yang sangat tepat ini, sungguh suatu kebetulan! Allah mengizinkan kaum Muslim merebut kota itu sebagai perayaan peringatan perjalanan Malam Rasulullah ke langit."
Semua kaum muslimin kala itu sangat antusias dan bergembira. Mereka berkumpul menyaksikan kemenangan itu. Luapan sukacita dan kegembiraan tak terbendung. Shalahuddin dan pasukan muslim mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid Al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.
Dibalik kesuksesan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam pembebasan Al-Quds ada sosok hebat yang berpengaruh di belakangnya yaitu Nuruddin Mahmud bin Zanki atau lebih dikenal dengan Nuruddin Zanki, pemimpin sebelum Shalahuddin Al-Ayyubi. Sosok Nuruddin Zanki dikenal sebagai pemimpin lurus dan tegas dalam penegakan keadilan.
Ada yang menarik dari penaklukan Yerusalem dari pasukan Kristen Eropa. Shalahuddin benar-benar menjunjung tinggi spirit Islam yang damai. Beliau tidak melakukan pembantaian terhadap warga Kristen, padahal belai orang yang berkuasa saat itu. Sebaliknya beliau melindungi umat Kristiani dengan keadilan.
Umat Kristiani yang tinggal di Yerusalem kala itu berdecak kagum. Seorang penganut Kristen pernah bertanya kepada Shalahuddin. ''Kenapa Tuan tidak membalaskan dendam terhadap musuh-musuh Anda?'' Shalahuddin menjawab: ''Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari perkara di luar kemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa."
Siapa Pahlawan Berikutnya?
Begitulah sejarah panjang penaklukan Yerusalem dan pembebasan Masjid Al-Aqsha dilakukan oleh dua pahlawan hebat yang tercatat dalam tinta emas. Sayyidina Umar dan Shalahuddin Al-Ayubi telah melakukan tugas mulianya.
Kini, Al-Aqsha berada dalam pusaran konflik menyusul agresi Israel kepada terhadap Palestina. Israel terus menduduki wilayah-wilayah Palestina dan ingin menguasai Masjid Al-Aqsha dengan segala caranya dan tipu dayanya.
Perang terbuka antara Palestina dan Israel pun tak terelakkan. Baru-baru ini, Israel kembali membombardir Jalur Gaza Palestina. Sekitar 219 warga Palestina menjadi korban dalam perang yang terjadi 11 hari belakangan, korban di pihak Israel berjumlah 12 orang.
Umat muslim di dunia berduka akibat agresi Israel ini. Doa dan dukungan dari negara-negara muslim terus mengalir untuk warga Palestina. Namun tidak menghentikan sikap Israel yang ingin menguasai tanah-tanah palestina. Warga Palestina terus melawan mempertahankan kehormatan tanah airnya dan juga kehormatan Islam. Mereka menunggu sosok pahlawan yang dapat membebaskan Baitul Maqdis dari pendudukan dan gangguan Israel.
Jika merujuk Risalah Nubuwwah, pada 15 abad lalu Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa pada akhir zaman umat muslim akan berperang melawan kaum Yahudi yang akan dipimpin Dajjal si Mesiah palsu. Syam menjadi tempat pertempuran besar di akhir zaman.
Rasulullah mengabarkan akan datangnya seorang pemimpin yang namanya seperti nama belia. "Dunia tidak akan binasa (hancur) sampai seorang manusia di antara orang-orang Arab muncul, yang memiliki nama seperti namaku." (Hadis sahih At-Tirmidzi)
"Umatku akan memperoleh pertolongan yang melimpah yang tidak pernah diperoleh sebelumnya." (Sunan Ibnu Majah)
Beliau adalah Imam Mahdi. Beliau bukan seorang Nabi yang diutus Allah dengan kitab sucinya. Beliau adalah hamba saleh, umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang memiliki pertalian keluarga kepadanya.
Al-Mahdi akan muncul di akhir zaman. Beliau akan memenuhi bumi dengan kedamaian dan keadilan sebab bumi telah diliputi oleh tirani dan ketidakadilan. (Sahih at-Tirmidzi dan Sunan Abu Dawud)
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al- Hakim disebutkan, pusat kepemimpinan kaum Muslimin pada hari peperangan yang paling besar (Al-Malhamah Al-Kubra) adalah di sebuah negeri yang bernama Ghuthah, di negeri itu terdapat sebuah kota bernama Damsyik (Damaskus).
Al-Mahdi akan memimpin kaum Muslimin pada peperangan paling besar dan tempat yang akan menjadi pusat komando beliau adalah di Ghuthah dekat Damsyik (Damaskus). Karena itulah Damaskus akan menjadi tempat tinggal yang terbaik bagi Muslimin pada waktu itu.
Pada saat itu, Imam Mahdi akan berhadapan dengan Dajjal yang telah menyebarkan fitnah dan tipu daya di muka bumi. Maka saat itulah, Isa Al-Masih turun ke bumi untuk membunuh Dajjal (si Mesiah Palsu) dan pengikutnya tepatnya di gerbang Lodd Palestina. Kedatangan Isa Al-Masih untuk mengajak umat manusia agar mengikuti ajaran Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam.
Peristiwa bersejarah itu dicatat oleh Ibn Syaddad, penulis sejarah zaman itu, berikut ungkapannya: "Merayakan pemilihan waktu yang sangat tepat ini, sungguh suatu kebetulan! Allah mengizinkan kaum Muslim merebut kota itu sebagai perayaan peringatan perjalanan Malam Rasulullah ke langit."
Semua kaum muslimin kala itu sangat antusias dan bergembira. Mereka berkumpul menyaksikan kemenangan itu. Luapan sukacita dan kegembiraan tak terbendung. Shalahuddin dan pasukan muslim mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid Al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.
Dibalik kesuksesan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam pembebasan Al-Quds ada sosok hebat yang berpengaruh di belakangnya yaitu Nuruddin Mahmud bin Zanki atau lebih dikenal dengan Nuruddin Zanki, pemimpin sebelum Shalahuddin Al-Ayyubi. Sosok Nuruddin Zanki dikenal sebagai pemimpin lurus dan tegas dalam penegakan keadilan.
Ada yang menarik dari penaklukan Yerusalem dari pasukan Kristen Eropa. Shalahuddin benar-benar menjunjung tinggi spirit Islam yang damai. Beliau tidak melakukan pembantaian terhadap warga Kristen, padahal belai orang yang berkuasa saat itu. Sebaliknya beliau melindungi umat Kristiani dengan keadilan.
Umat Kristiani yang tinggal di Yerusalem kala itu berdecak kagum. Seorang penganut Kristen pernah bertanya kepada Shalahuddin. ''Kenapa Tuan tidak membalaskan dendam terhadap musuh-musuh Anda?'' Shalahuddin menjawab: ''Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari perkara di luar kemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa."
Siapa Pahlawan Berikutnya?
Begitulah sejarah panjang penaklukan Yerusalem dan pembebasan Masjid Al-Aqsha dilakukan oleh dua pahlawan hebat yang tercatat dalam tinta emas. Sayyidina Umar dan Shalahuddin Al-Ayubi telah melakukan tugas mulianya.
Kini, Al-Aqsha berada dalam pusaran konflik menyusul agresi Israel kepada terhadap Palestina. Israel terus menduduki wilayah-wilayah Palestina dan ingin menguasai Masjid Al-Aqsha dengan segala caranya dan tipu dayanya.
Perang terbuka antara Palestina dan Israel pun tak terelakkan. Baru-baru ini, Israel kembali membombardir Jalur Gaza Palestina. Sekitar 219 warga Palestina menjadi korban dalam perang yang terjadi 11 hari belakangan, korban di pihak Israel berjumlah 12 orang.
Umat muslim di dunia berduka akibat agresi Israel ini. Doa dan dukungan dari negara-negara muslim terus mengalir untuk warga Palestina. Namun tidak menghentikan sikap Israel yang ingin menguasai tanah-tanah palestina. Warga Palestina terus melawan mempertahankan kehormatan tanah airnya dan juga kehormatan Islam. Mereka menunggu sosok pahlawan yang dapat membebaskan Baitul Maqdis dari pendudukan dan gangguan Israel.
Jika merujuk Risalah Nubuwwah, pada 15 abad lalu Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa pada akhir zaman umat muslim akan berperang melawan kaum Yahudi yang akan dipimpin Dajjal si Mesiah palsu. Syam menjadi tempat pertempuran besar di akhir zaman.
Rasulullah mengabarkan akan datangnya seorang pemimpin yang namanya seperti nama belia. "Dunia tidak akan binasa (hancur) sampai seorang manusia di antara orang-orang Arab muncul, yang memiliki nama seperti namaku." (Hadis sahih At-Tirmidzi)
"Umatku akan memperoleh pertolongan yang melimpah yang tidak pernah diperoleh sebelumnya." (Sunan Ibnu Majah)
Beliau adalah Imam Mahdi. Beliau bukan seorang Nabi yang diutus Allah dengan kitab sucinya. Beliau adalah hamba saleh, umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang memiliki pertalian keluarga kepadanya.
Al-Mahdi akan muncul di akhir zaman. Beliau akan memenuhi bumi dengan kedamaian dan keadilan sebab bumi telah diliputi oleh tirani dan ketidakadilan. (Sahih at-Tirmidzi dan Sunan Abu Dawud)
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al- Hakim disebutkan, pusat kepemimpinan kaum Muslimin pada hari peperangan yang paling besar (Al-Malhamah Al-Kubra) adalah di sebuah negeri yang bernama Ghuthah, di negeri itu terdapat sebuah kota bernama Damsyik (Damaskus).
Al-Mahdi akan memimpin kaum Muslimin pada peperangan paling besar dan tempat yang akan menjadi pusat komando beliau adalah di Ghuthah dekat Damsyik (Damaskus). Karena itulah Damaskus akan menjadi tempat tinggal yang terbaik bagi Muslimin pada waktu itu.
Pada saat itu, Imam Mahdi akan berhadapan dengan Dajjal yang telah menyebarkan fitnah dan tipu daya di muka bumi. Maka saat itulah, Isa Al-Masih turun ke bumi untuk membunuh Dajjal (si Mesiah Palsu) dan pengikutnya tepatnya di gerbang Lodd Palestina. Kedatangan Isa Al-Masih untuk mengajak umat manusia agar mengikuti ajaran Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam.