Merayakan Idul Fitri dalam Kesunyian
Sabtu, 23 Mei 2020 - 15:29 WIB
Dalam kondisi darurat Covid-19 umat diharapkan untuk menjalankan shalat Idul Fitri di rumah. Umat harus menyadari bahwa menjaga keselamat jiwa (hifdh al-nafs) dari bahaya Covid-19 merupakan kewajiban sekaligus perintah agama (al-Baqarah 195).
Sementara shalat Idul Fitri dalam ajaran agama merupakan sunnah. Tidak boleh yang wajib mengalahkan yang sunnah. Meski harus beribadah di rumah, umat tetap dapat merayakan Idul Fitri dengan memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tahlil seraya bermohon pada Allah SWT agar negeri tercinta dibebaskan dari Covid-19.
Kondisi tersebut tidak perlu diratapi karena semua orang harus menjaga diri dan keluarga dari bahaya Covid-19. Bukankah substansi mudik dan Idul Fitri dalam al-Quran bermakna kembali kepada ampunan Tuhan?
Pada konteks inilah Allah berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (Ali Imran 133).
Kalam Ilahi ini berbicara mengenai perintah agar kita segera mudik rohani dengan cara kembali kepada ampunan Tuhan. Bahkan mudik rohani seharusnya dilaksanakan setiap saat, tidak hanya menjelang Idul Fitri. (
)
Rayakan Idul Fitri dengan Empati
Dalam suasana kedaruratan seperti sekarang umat harus menikmati Idul Fitri dengan sederhana dan penuh empati pada mereka yang terdampak Covid-19.
Dalam ajaran agama, Idul Fitri memang tidak seharusnya dirayakan secara berlebihan dengan berpakaian baru dan kebiasaan komsumtif lainnya. Substansi Idul Fitri justru mengajarkan pentingnya peningkatan ketaatan pada Allah.
Hal itu sejalan dengan ajaran, laysal ’id liman labisal jadid wa lakinnal ’id liman taqwahu yazid. Eesensi Idul Fitri tidak terletak pada pakaian yang baru, melainkan ketakwaan yang terus bertambah.
Selamat Idul Fitri 1441. Mari kita rayakan dalam kesunyian.(pwmu)
Sementara shalat Idul Fitri dalam ajaran agama merupakan sunnah. Tidak boleh yang wajib mengalahkan yang sunnah. Meski harus beribadah di rumah, umat tetap dapat merayakan Idul Fitri dengan memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tahlil seraya bermohon pada Allah SWT agar negeri tercinta dibebaskan dari Covid-19.
Kondisi tersebut tidak perlu diratapi karena semua orang harus menjaga diri dan keluarga dari bahaya Covid-19. Bukankah substansi mudik dan Idul Fitri dalam al-Quran bermakna kembali kepada ampunan Tuhan?
Pada konteks inilah Allah berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (Ali Imran 133).
Kalam Ilahi ini berbicara mengenai perintah agar kita segera mudik rohani dengan cara kembali kepada ampunan Tuhan. Bahkan mudik rohani seharusnya dilaksanakan setiap saat, tidak hanya menjelang Idul Fitri. (
Baca Juga
Rayakan Idul Fitri dengan Empati
Dalam suasana kedaruratan seperti sekarang umat harus menikmati Idul Fitri dengan sederhana dan penuh empati pada mereka yang terdampak Covid-19.
Dalam ajaran agama, Idul Fitri memang tidak seharusnya dirayakan secara berlebihan dengan berpakaian baru dan kebiasaan komsumtif lainnya. Substansi Idul Fitri justru mengajarkan pentingnya peningkatan ketaatan pada Allah.
Hal itu sejalan dengan ajaran, laysal ’id liman labisal jadid wa lakinnal ’id liman taqwahu yazid. Eesensi Idul Fitri tidak terletak pada pakaian yang baru, melainkan ketakwaan yang terus bertambah.
Selamat Idul Fitri 1441. Mari kita rayakan dalam kesunyian.(pwmu)
(mhy)