Apakah Wali Hanya Dikenal Oleh Para Wali? (Bagian 1)

Rabu, 07 Juli 2021 - 14:16 WIB
Dalam analisis terakhir, wali Allah ialah orang yang tinggi kedudukannya di sisi Allah. Mereka ialah para "pejabat istana Tuhan".

Pada tingkat inilah mereka akan dilindungi oleh Allah, yang merupakan makna kedua dari kata wali, yakni yang dilindungi atau dijaga. Dalam Al-Qur'an, Surah Al-A'raaf (7): 196, disebutkan, "Dan Dia melindungi (yatawalla) orang-orang yang salih."

Dalam ajaran tasawuf, wali Allah mengemban fungsi kosmik, sebab merekalah yang benar-benar dianggap sebagai "ulama pewaris Nabi Muhammad yang sejati."

Mereka mengikuti jejak Nabi Muhammad bukan hanya dalam aspek kemanusiaan dan sosialnya, melainkan juga dalam kapasitas spiritual dan esensi rohaniah Nabi (al-haqiqah Al-Muhammadiyyah).

Menurut tradisi tasawuf, mereka ialah khalifah Allah yang sesungguhnya, wakil Allah di muka Bumi. Para wali sangat dekat dengan Allah sehingga penglihatan (visi) mereka tidak berbeda dengan visi Allah-yandzuru bi nurillahi ta'ala, "(mereka) melihat dengan nur Allah."

Sesuai dengan fungsi kosmis ini, maka wali-wali Allah memiliki nama atau gelar dan kedudukan tersendiri dengan tugas khusus sesuai dengan kedudukan itu.

Darimana seorang wali diketahui dan dikenal sebagai seorang wali?

Setiap kali orang berbicara tentang wali, muncul kesulitan. Sebab sudah masyhur dalam tradisi tasawuf bahwa "hanya wali Allah yang mengenal wali Allah". Karena itu, bisa dikatakan adalah tidak mungkin orang awam mengenal wali.

Tetapi dalam kenyataannya, selalu ada kabar tersiar bahwa syekh itu adalah wali, syekh itu adalah wali; atau syekh itu adalah wali qutub, wali badal, dan seterusnya.

Orang bisa mengatakan bahwa seseorang tahu bahwa Syekh A adalah wali lantaran wali itu sendiri yang memberitahukan kewaliannya. Tetapi persoalan apakah seorang wali tahu bahwa dirinya adalah wali masih merupakan perdebatan di kalangan sufi.

Hanya saja perdebatan ini kurang signifikan, sebab argumen yang dipakai dalam soal ini didasarkan pada perbedaan perspektif dan pengalaman masing-masing sufi.

Dalam kasus seperti ini, biasanya "pengakuan" itu dari syatahat, atau diperintah ilham, seperti "Kakiku berada di atas pundak seluruh wali" (Abdul Qadir al-Jailani), "Penutup Kewalian" (Syekh al-Akbar Ibnu ‘Arabi), "Aku adalah Qutub dari segala yang maujud" (Muhammad Samman).



(Bersambung)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
Halaman :
cover top ayah
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا (٥) اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا ؕ‏ (٦) فَاِذَا فَرَغۡتَ فَانۡصَبۡۙ (٧) وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

(QS. Al-Insyirah Ayat 5-8)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More