Meneladani Ibrahim (2): Bantuan Malaikat Ditolak karena Kuatnya Tawakkal Beliau
Senin, 26 Juli 2021 - 11:10 WIB
Proses perpindahan ini pun memerlukan perjuangan yang penuh tantangan. Mulai dari Perjalanan yang penuh tantangan dan bahaya. Sampai-sampai isteri tercinta beliau, Sarah, hampir direbut oleh seorang raja di sebuah perbatasan negeri. Konon kabarnya raja ini memiliki mentalitas aneh. Senangnya merebut wanita yang sudah bersuamikan.
Singkat cerita, Allah selalu berada di pihak hambaNya yang beriman. Sarah selamat. Bahkan sang raja itu terkagum kepada Ibrahim maka dia memberinya seorang budak sebagai hadiah. Itulah Hajar yang menurut sebagian riwayat beliau adalah seorang wanita yang bertipe Afrika.
Sebuah pelajaran penting sekali lagi. Bahwa betapa Allah pasti memberikan yang terbaik ketika hambaNya tegar menghadapi tantangan-tantangan yang ada, tiada goyah dalam keimanan. Ibrahim yang awalnya isterinya akan direbut, justeru berakhir dengan mendapatkan wanita yang menjadi isterinya di belakang hari.
Masuklah Ibrahim ke kota suci Jerusalem. Bersama dengan istrinya dan seorang budak wanitanya. Satu hal yang harus diingat bahwa ketika itu perbukan bukanlah sesuatu yang aneh dan salah. Menjadi tradisi pada zamannya. Seorang yang kaya atau terhormat di masyarakat tanpa budak akan dipandang hina dan miskin.
Ibrahim pun menjalani hidupnya di kota itu dari hari ke hari. Usia semakin lanjut. Istri juga semakin tua. Sementara pengikutnya juga tidak banyak. Bahkan Sesungguhnya belum kita ketahui apakah ada orang lain selain keluarganya yang mengikutinya.
Pada sisi lain Allah belum mengaruniakannya dengan keturunan (anak-anak). Hal ini tentunya menjadikan Ibrahim gelisah. Khawatir akan meninggalkan dunia ini tanpa generasi pelanjut dakwah. Isterinya pun tentunya ikut merasakan kegelisahan suaminya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
(Bersambung)
Singkat cerita, Allah selalu berada di pihak hambaNya yang beriman. Sarah selamat. Bahkan sang raja itu terkagum kepada Ibrahim maka dia memberinya seorang budak sebagai hadiah. Itulah Hajar yang menurut sebagian riwayat beliau adalah seorang wanita yang bertipe Afrika.
Sebuah pelajaran penting sekali lagi. Bahwa betapa Allah pasti memberikan yang terbaik ketika hambaNya tegar menghadapi tantangan-tantangan yang ada, tiada goyah dalam keimanan. Ibrahim yang awalnya isterinya akan direbut, justeru berakhir dengan mendapatkan wanita yang menjadi isterinya di belakang hari.
Masuklah Ibrahim ke kota suci Jerusalem. Bersama dengan istrinya dan seorang budak wanitanya. Satu hal yang harus diingat bahwa ketika itu perbukan bukanlah sesuatu yang aneh dan salah. Menjadi tradisi pada zamannya. Seorang yang kaya atau terhormat di masyarakat tanpa budak akan dipandang hina dan miskin.
Ibrahim pun menjalani hidupnya di kota itu dari hari ke hari. Usia semakin lanjut. Istri juga semakin tua. Sementara pengikutnya juga tidak banyak. Bahkan Sesungguhnya belum kita ketahui apakah ada orang lain selain keluarganya yang mengikutinya.
Pada sisi lain Allah belum mengaruniakannya dengan keturunan (anak-anak). Hal ini tentunya menjadikan Ibrahim gelisah. Khawatir akan meninggalkan dunia ini tanpa generasi pelanjut dakwah. Isterinya pun tentunya ikut merasakan kegelisahan suaminya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
(Bersambung)
(rhs)
Lihat Juga :