Kisah Si Ganteng yang Hilang dan Kelambu Sutra Baitullah
Senin, 26 Juli 2021 - 19:38 WIB
Abbas bin Abdul Muthalib radhiallahu 'anhu adalah paman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan salah seorang yang paling akrab di hatinya dan yang paling dicintainya. Beliau senantiasa berkata, "Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan menyakitiku."
Pada zaman Jahiliah, Abbas mengurus kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji. Seperti halnya ia akrab di hati Rasulullah, Rasulullah pun dekat sekali di hatinya. la pernah menjadi pembantu dan penasehat utamanya dalam bai'at al-Aqabah menghadapi kaum Anshar dari Madinah.
Menurut sejarah, Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Makkah. Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah al-Haram.
Pada waktu Abbas masih anak-anak, ia pernah hilang. Sang ibu lalu bernazar, kalau puteranya itu ditemukan, ia akan mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Tak lama antaranya, Abbas ditemukan, maka iapun menepati nazarnya itu.
Istrinya terkenal dengan panggilan Ummul Fadhal (ibu Si Fadhal) karena anak sulungnya bernama al-Fadhal. Abbas berwajah tampan. la duduk di belakang Rasulullah SAW ketika beliau menunaikan haji wada'. la meninggal dunia di Syam karena bencana penyakit amuas. Anak-anaknya yang lain sebagai berikut; yaitu anak kedua, Abdullah, seorang ahli agama yang mendapat doa Rasulullah SAW, meninggal di Thaif.
Ketiga, Qutsam, wajahnya mirip benar dengan Nabi. la pergi berjihad ke negeri Khurasan dan meninggal dunia di Samarkand. Keempat, Ma'bad, mati syahid di Afrika. Abdullah (bukan Abdullah yang pertama), orangnya baik, kaya, dan murah hati meninggal dunia di Madinah. Kelima, Puterinya, Ummu Flabibah, tidak banyak dibicarakan oleh sejarah.
Beda Pendapat
Para ahli sejarah berbeda keterangan tentang Islamnya Abbas. Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan, lama sebelum Perang Badar. Katamya, ia memberitakan kegiatan kaum musyrikin kepada Nabi di Madinah, dan kaum muslimin yang ada di Makkah banyak mendapat dukungan dari beliau. Kabarnya, ia pernah menyatakan keinginannya untuk hijrah ke Madinah, tapi Rasulullah menyatakan, "Kau lebih baik tinggal di Makkah ".
Keterangan kedua ini dikuatkan oleh keterangan Abu Rafi', pembantu Rasulullah SAW. "Pada waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku menjadi pembantu di rumah Abbas bin Abdul Muthalib. Ternyata, pada waktu itu, Islam sudah masuk ke dalam rumah tangganya, baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam. Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia menyembunyikan keislamannya."
la selalu menemani Rasulullah SAW di Ka'bah. Ka'ab bin Malik mengutarakan, "Kami (saya dan al-Barra' bin Ma'rur) mencari Rasulullah SAW. Kami tidak tahu dan tidak mengenal Rasulullah sebelumnya. Kami bertemu dengan seorang penduduk kota Makkah. Kami tanyakan di mana kami bisa menemui Rasulullah. la balik bertanya, 'Apakah kalian berdua mengenalnya?' Kami menjawab, 'Tidak!'. la lalu bertanya, 'Kalian mengenal Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya?'
Kami menjawab, 'Ya!' Memang kami sudah mengenalnya karena ia sering datang ke negeri kami membawa dagangan.
Orang tadi lalu berkata, 'Kalau kalian masuk ke Masjidil Haram , orang yang duduk di sebelah Abbas itulah orang yang kalian cari!".
Kemudian, kami masuk ke Masjidil Haram. Ternyata, kami menemukan Abbas duduk di sana dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di sebelahnya". (Bersambung)
Baca Juga
Pada zaman Jahiliah, Abbas mengurus kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji. Seperti halnya ia akrab di hati Rasulullah, Rasulullah pun dekat sekali di hatinya. la pernah menjadi pembantu dan penasehat utamanya dalam bai'at al-Aqabah menghadapi kaum Anshar dari Madinah.
Menurut sejarah, Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Makkah. Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah al-Haram.
Pada waktu Abbas masih anak-anak, ia pernah hilang. Sang ibu lalu bernazar, kalau puteranya itu ditemukan, ia akan mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Tak lama antaranya, Abbas ditemukan, maka iapun menepati nazarnya itu.
Istrinya terkenal dengan panggilan Ummul Fadhal (ibu Si Fadhal) karena anak sulungnya bernama al-Fadhal. Abbas berwajah tampan. la duduk di belakang Rasulullah SAW ketika beliau menunaikan haji wada'. la meninggal dunia di Syam karena bencana penyakit amuas. Anak-anaknya yang lain sebagai berikut; yaitu anak kedua, Abdullah, seorang ahli agama yang mendapat doa Rasulullah SAW, meninggal di Thaif.
Ketiga, Qutsam, wajahnya mirip benar dengan Nabi. la pergi berjihad ke negeri Khurasan dan meninggal dunia di Samarkand. Keempat, Ma'bad, mati syahid di Afrika. Abdullah (bukan Abdullah yang pertama), orangnya baik, kaya, dan murah hati meninggal dunia di Madinah. Kelima, Puterinya, Ummu Flabibah, tidak banyak dibicarakan oleh sejarah.
Beda Pendapat
Para ahli sejarah berbeda keterangan tentang Islamnya Abbas. Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan, lama sebelum Perang Badar. Katamya, ia memberitakan kegiatan kaum musyrikin kepada Nabi di Madinah, dan kaum muslimin yang ada di Makkah banyak mendapat dukungan dari beliau. Kabarnya, ia pernah menyatakan keinginannya untuk hijrah ke Madinah, tapi Rasulullah menyatakan, "Kau lebih baik tinggal di Makkah ".
Keterangan kedua ini dikuatkan oleh keterangan Abu Rafi', pembantu Rasulullah SAW. "Pada waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku menjadi pembantu di rumah Abbas bin Abdul Muthalib. Ternyata, pada waktu itu, Islam sudah masuk ke dalam rumah tangganya, baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam. Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia menyembunyikan keislamannya."
la selalu menemani Rasulullah SAW di Ka'bah. Ka'ab bin Malik mengutarakan, "Kami (saya dan al-Barra' bin Ma'rur) mencari Rasulullah SAW. Kami tidak tahu dan tidak mengenal Rasulullah sebelumnya. Kami bertemu dengan seorang penduduk kota Makkah. Kami tanyakan di mana kami bisa menemui Rasulullah. la balik bertanya, 'Apakah kalian berdua mengenalnya?' Kami menjawab, 'Tidak!'. la lalu bertanya, 'Kalian mengenal Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya?'
Kami menjawab, 'Ya!' Memang kami sudah mengenalnya karena ia sering datang ke negeri kami membawa dagangan.
Orang tadi lalu berkata, 'Kalau kalian masuk ke Masjidil Haram , orang yang duduk di sebelah Abbas itulah orang yang kalian cari!".
Kemudian, kami masuk ke Masjidil Haram. Ternyata, kami menemukan Abbas duduk di sana dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di sebelahnya". (Bersambung)
(mhy)