5 Cara Berdakwah Nabi Muhammad yang Patut Ditiru
Kamis, 05 Agustus 2021 - 05:00 WIB
Kemudian Nabi menjelaskan, bahwa menjawab salam seperti itu cukup dengan kalimat "wa'alaikum", tidak perlu marah sambil melaknat. Karena memang Allah cinta kesantunan dalam segala perkara. Lihat bagaimana luhurnya akhlak Nabi, bahkan kepada non-muslim sekalipun, beliau tidak membalas dengan laknat.
5. Tidak Menebar Murka
Cara dakwah Nabi yang patut ditiru juga yaitu tidak pernah menebar murka. Hal ini bisa kita lihat dari pesan surat-surat Nabi yang disampaikan beliau kepada para raja-raja saat mendakwahkan Islam. Dari mulai Muqouqis (Penguasa Mesir), Hiraql (Raja Rum), Kista (Petinggi Persia), al-Mundzir (Pemangku Bahrain), sampai al-Najasyi (Etiophia).
Berikut redaksi surat beliau yang isinya sangat mengagumkan:
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini dari Muhammaad Rasulullah kepada Hiraql penguasa Romawi. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk. Dengan ini, saya mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islam, adan akan selamat. Jika anda masuk Islam, Allah akan memberikan anda pahala 2 kali. Tapi jika anda berpaling, anda mendapatkan dosa sebagaimana kaum Aris. "Wahai orang-orang ahli Kitab, kemarilah kepada kalimat kebenaran antara kita dan kalian yakni untuk tidak menyembah selain Allah … dan saksikanlah bahwa kami orang-orang Islam." (Ali Imran: 64)
Adakah kalimat murka atau laknat sambil menghakimi bahwa mereka raja zalim yang mengajak penduduknya menuju kesengsaraan? Tidak. Justru Nabi mengajak dengan penuh santun dan tetap mengakui kedudukan mereka sebagai raja. Bahkan di awal suratnya beliau selalu menuliskan 'jabatan' si tertuju surat, padahal mungkin saja kepemimpinannya diraih dengan jalan yang Islam tidak meridhai itu. Tapi Nabi tetap
menghormati itu.
Begitulah karakter Nabi, beliau bersikap santun kepada siapapun dan memang itulah misi beliau sebagai Rasul Allah. Karena itu, mari berdakwah sebagaimana Nabi berdakwah, dengan arif dan santun. Sekreatif mungkin dengan gambar mungkin, meme, tapi tetap menghormati perbedaan dalam masalah yang memang boleh berbeda. Dan jelas tidak perlu dengan memasang dambar 'api'. Toh tidak ada yang bisa memastikan, bahwa yang didakwahi itu di ujung hayatnya akan terkena 'api', sebagaimana juga tidak ada yag bisa memastikan bahwa si pendakwah itu akhir hayatnya selamat dari 'api'. Semoga Allah merahmati kita dengan kesantunan dan akhlak mulia.
Wallahu A'lam
5. Tidak Menebar Murka
Cara dakwah Nabi yang patut ditiru juga yaitu tidak pernah menebar murka. Hal ini bisa kita lihat dari pesan surat-surat Nabi yang disampaikan beliau kepada para raja-raja saat mendakwahkan Islam. Dari mulai Muqouqis (Penguasa Mesir), Hiraql (Raja Rum), Kista (Petinggi Persia), al-Mundzir (Pemangku Bahrain), sampai al-Najasyi (Etiophia).
Berikut redaksi surat beliau yang isinya sangat mengagumkan:
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini dari Muhammaad Rasulullah kepada Hiraql penguasa Romawi. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk. Dengan ini, saya mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islam, adan akan selamat. Jika anda masuk Islam, Allah akan memberikan anda pahala 2 kali. Tapi jika anda berpaling, anda mendapatkan dosa sebagaimana kaum Aris. "Wahai orang-orang ahli Kitab, kemarilah kepada kalimat kebenaran antara kita dan kalian yakni untuk tidak menyembah selain Allah … dan saksikanlah bahwa kami orang-orang Islam." (Ali Imran: 64)
Adakah kalimat murka atau laknat sambil menghakimi bahwa mereka raja zalim yang mengajak penduduknya menuju kesengsaraan? Tidak. Justru Nabi mengajak dengan penuh santun dan tetap mengakui kedudukan mereka sebagai raja. Bahkan di awal suratnya beliau selalu menuliskan 'jabatan' si tertuju surat, padahal mungkin saja kepemimpinannya diraih dengan jalan yang Islam tidak meridhai itu. Tapi Nabi tetap
menghormati itu.
Begitulah karakter Nabi, beliau bersikap santun kepada siapapun dan memang itulah misi beliau sebagai Rasul Allah. Karena itu, mari berdakwah sebagaimana Nabi berdakwah, dengan arif dan santun. Sekreatif mungkin dengan gambar mungkin, meme, tapi tetap menghormati perbedaan dalam masalah yang memang boleh berbeda. Dan jelas tidak perlu dengan memasang dambar 'api'. Toh tidak ada yang bisa memastikan, bahwa yang didakwahi itu di ujung hayatnya akan terkena 'api', sebagaimana juga tidak ada yag bisa memastikan bahwa si pendakwah itu akhir hayatnya selamat dari 'api'. Semoga Allah merahmati kita dengan kesantunan dan akhlak mulia.
Wallahu A'lam
(rhs)