Bacaan Hizib Bahar, Manfaat dan Adab Mengamalkannya
Selasa, 24 Agustus 2021 - 13:32 WIB
Hizib bahar merupakan salah satu bacaan hizib yang masyhur dan banyak dibaca oleh para ulama, santri dan para pengamal tarekat (khususnya tarekat Syadziliyah). Penamaan kata bahar atau bahr (yang artinya laut) dijelaskan Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini dalam "kitab al-Kunuz an-Nuraniyah" (halaman 167) karena hizib ini pernah dibiarkan terombang ambing di lautan.
Selain itu dalam hizib ini juga terdapat kata al-bahr. Hizib bahar sering pula disebut sebagai Hizib ash-shagir. Seperti dilansir NU online, Hizib Bahar disusun oleh seorang wali qutub pendiri tarekat Syadziliyah , Abi Hasan Ali bin ‘Abdillahbin ‘Abdil Jabbar asy-Syadzili, beliau lahir di Iskandariah pada tahun 571 H dan wafat pada tahun 656 H.
Abi Hasan Ali bin ‘Abdillahbin ‘Abdil Jabbar asy-Syadzili terkenal sebagai pembesar ulama sufi . Kisah-kisah tentang karamah dan keistimewaannya menghiasi berbagai kitab-kitab tasawuf. Murid beliau yang juga menjadi ulama sufi terkenal adalah Abu al-‘Abbas al-Mursi yang nantinya meneruskan silsilah kemursyidan tarekat Syadziliah.
Dari imam Abu al-‘Abbas al-Mursi muncul ulama kenamaan tasawuf yakni Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari pengarang kitab induk tasawuf al-Hikam dan Imam al-Bushiri, penyusun Qasidah Burdah. Kedua ulama tersebut merupakan murid dari Abu al-‘Abbas al-Mursi. Berdasarkan hal ini, dapat kita pahami bahwa Imam Abi Hasan asy-Syadzili merupakan tokoh sufi besar, sebab dari beliau muncul pembesar-pembesar ulama tasawuf.
Sejarah Hizib Bahar sendiri bermula, pada suatu waktu syaikh Asy-Syadzili berniat melakukan perjalanan haji ke tanah suci. Perjalanan tersebut harus melewati laut merah. Ia kemudian menumpang perahu yang dimiliki seorang beragama Nasrani. Malang, angin saat itu tidak cocok untuk digunakan melaut. Keadaan ini berlangsung selama berhari-hari sehingga perjalanan terpaksa tertunda.
Hingga akhirnya, syaikh Asy-Syadzili bertemu dengan Rasulullah SAW. Ketika berjumpa, nabi mengajarkan bacaan hizib bahri secara lisan kepada syaikh. Hizib yang ia terima kemudian ia bacakan sebelum kapal berlayar. Angin perlahan mulai berhembus, dan perahu akhirnya bisa berjalan. Karena hal ini, pemilik perahu yang beragam Nasrani akhirnya masuk Islam.
Mengenai tentang manfaat atau fadilah mengamalkan Hizib Bahar, Abi Hasan asy-Syadzili menjelaskan:
"Hizib Bahar ini merupakan hizib yang agung derajatnya. Hizib ini tidaklah dibaca pada orang yang sedang takut/khawatir melainkan ia akan aman, pada orang sakit melainkan ia akan sembuh, pada orang yang sedang bersedih kecuali hilang kesedihannya. Kalau saja hizib ini dibaca di tanah Irak tentu tidak akan diekspansi oleh kaum Tar-Tar. Tidaklah hizib ini dibaca di suatu tempat, kecuali akan aman dari mara bahaya dan terjaga dari hama. Aku menamakan hizib ini dengan nama al-‘Iddah al-Wafiyah wa al-Junnah al-Waqiyah. Barangsiapa membaca hizib ini tatkala terbitnya matahari, maka Allah akan mengabulkan doanya, menghilangkan kegelisahannya, mengangkat derajatnya, melapangkan dadanya dan akan aman dari gangguan jin dan manusia’.”
Intinya, manfaat bila membaca hizib bahar secara rutin, yakni:
1. Dapat mengusir rasa takut dan khawatir.
2. Bisa menghilangkan penyakit dan kesedihan.
3. Terjaga dari mara bahaya dan hama.
4. Menjadi sebab dikabulkannya doa.
5. Dapat menjauhkan dari godaan jin, setan, dan manusia.
6. Dapat memantapkan keimanan kepada Allah SWT.
7. Menggetarkan hati orang yang hendak berbuat jahat.
Untuk mengamalkannya, maka ada beberapa adab dan tata cara yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Memulai dengan adab dan niat yang baik, layaknya membaca dzikir lain.
2. Hanya meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah SWT.
3. Awali dengan tawassul dengan bacaan Al Fatihah untuk pembuat hizib, Imam Abi Hasan asy-Syadzili.
4. Bila kita memiliki hajat atau keinginan tertentu, pikirkan hajat tersebut dalam angan terutama saat membaca kata al-bahr dalam hizib.
6. Ketika membaca ayat “haa miim” yang jumlahnya tujuh, hadapkan wajah ke enam arah (depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah).
6. Ketika membaca ayat “Kaaf haa yaa ‘ain shaad kifaayatunaa”, tangan kanan menggenggam satu per satu jari tangan kiri. Dimulai dari jari kelingking ketika membaca “kaaf” dan diakhiri ibu jari ketika membaca “shaad”. Terus genggam jari tangan kiri hingga menyelesaikan bacaan “haa miim ‘ain siin qhaaf”. Setelah itu buka genggaman dimulai dari ibu jari, diakhiri dengan kelingking.
Cara di atas merupakan cara yang dianjurkan dalam membaca Hizib Bahar menurut penjelasan dari Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini. Dalam kitabnya, beliau mengaku pernah diijazahkan langsung oleh Imam Abi Hasan Asy-Syadzili melalui mimpi.
Wallahu A'lam
Selain itu dalam hizib ini juga terdapat kata al-bahr. Hizib bahar sering pula disebut sebagai Hizib ash-shagir. Seperti dilansir NU online, Hizib Bahar disusun oleh seorang wali qutub pendiri tarekat Syadziliyah , Abi Hasan Ali bin ‘Abdillahbin ‘Abdil Jabbar asy-Syadzili, beliau lahir di Iskandariah pada tahun 571 H dan wafat pada tahun 656 H.
Abi Hasan Ali bin ‘Abdillahbin ‘Abdil Jabbar asy-Syadzili terkenal sebagai pembesar ulama sufi . Kisah-kisah tentang karamah dan keistimewaannya menghiasi berbagai kitab-kitab tasawuf. Murid beliau yang juga menjadi ulama sufi terkenal adalah Abu al-‘Abbas al-Mursi yang nantinya meneruskan silsilah kemursyidan tarekat Syadziliah.
Dari imam Abu al-‘Abbas al-Mursi muncul ulama kenamaan tasawuf yakni Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari pengarang kitab induk tasawuf al-Hikam dan Imam al-Bushiri, penyusun Qasidah Burdah. Kedua ulama tersebut merupakan murid dari Abu al-‘Abbas al-Mursi. Berdasarkan hal ini, dapat kita pahami bahwa Imam Abi Hasan asy-Syadzili merupakan tokoh sufi besar, sebab dari beliau muncul pembesar-pembesar ulama tasawuf.
Sejarah Hizib Bahar sendiri bermula, pada suatu waktu syaikh Asy-Syadzili berniat melakukan perjalanan haji ke tanah suci. Perjalanan tersebut harus melewati laut merah. Ia kemudian menumpang perahu yang dimiliki seorang beragama Nasrani. Malang, angin saat itu tidak cocok untuk digunakan melaut. Keadaan ini berlangsung selama berhari-hari sehingga perjalanan terpaksa tertunda.
Hingga akhirnya, syaikh Asy-Syadzili bertemu dengan Rasulullah SAW. Ketika berjumpa, nabi mengajarkan bacaan hizib bahri secara lisan kepada syaikh. Hizib yang ia terima kemudian ia bacakan sebelum kapal berlayar. Angin perlahan mulai berhembus, dan perahu akhirnya bisa berjalan. Karena hal ini, pemilik perahu yang beragam Nasrani akhirnya masuk Islam.
Mengenai tentang manfaat atau fadilah mengamalkan Hizib Bahar, Abi Hasan asy-Syadzili menjelaskan:
"Hizib Bahar ini merupakan hizib yang agung derajatnya. Hizib ini tidaklah dibaca pada orang yang sedang takut/khawatir melainkan ia akan aman, pada orang sakit melainkan ia akan sembuh, pada orang yang sedang bersedih kecuali hilang kesedihannya. Kalau saja hizib ini dibaca di tanah Irak tentu tidak akan diekspansi oleh kaum Tar-Tar. Tidaklah hizib ini dibaca di suatu tempat, kecuali akan aman dari mara bahaya dan terjaga dari hama. Aku menamakan hizib ini dengan nama al-‘Iddah al-Wafiyah wa al-Junnah al-Waqiyah. Barangsiapa membaca hizib ini tatkala terbitnya matahari, maka Allah akan mengabulkan doanya, menghilangkan kegelisahannya, mengangkat derajatnya, melapangkan dadanya dan akan aman dari gangguan jin dan manusia’.”
Intinya, manfaat bila membaca hizib bahar secara rutin, yakni:
1. Dapat mengusir rasa takut dan khawatir.
2. Bisa menghilangkan penyakit dan kesedihan.
3. Terjaga dari mara bahaya dan hama.
4. Menjadi sebab dikabulkannya doa.
5. Dapat menjauhkan dari godaan jin, setan, dan manusia.
6. Dapat memantapkan keimanan kepada Allah SWT.
7. Menggetarkan hati orang yang hendak berbuat jahat.
Untuk mengamalkannya, maka ada beberapa adab dan tata cara yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Memulai dengan adab dan niat yang baik, layaknya membaca dzikir lain.
2. Hanya meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah SWT.
3. Awali dengan tawassul dengan bacaan Al Fatihah untuk pembuat hizib, Imam Abi Hasan asy-Syadzili.
4. Bila kita memiliki hajat atau keinginan tertentu, pikirkan hajat tersebut dalam angan terutama saat membaca kata al-bahr dalam hizib.
6. Ketika membaca ayat “haa miim” yang jumlahnya tujuh, hadapkan wajah ke enam arah (depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah).
6. Ketika membaca ayat “Kaaf haa yaa ‘ain shaad kifaayatunaa”, tangan kanan menggenggam satu per satu jari tangan kiri. Dimulai dari jari kelingking ketika membaca “kaaf” dan diakhiri ibu jari ketika membaca “shaad”. Terus genggam jari tangan kiri hingga menyelesaikan bacaan “haa miim ‘ain siin qhaaf”. Setelah itu buka genggaman dimulai dari ibu jari, diakhiri dengan kelingking.
Cara di atas merupakan cara yang dianjurkan dalam membaca Hizib Bahar menurut penjelasan dari Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini. Dalam kitabnya, beliau mengaku pernah diijazahkan langsung oleh Imam Abi Hasan Asy-Syadzili melalui mimpi.
Wallahu A'lam
(wid)