Karomah Imam Hasan Bin Sholeh Al-Bahr
loading...
A
A
A
Al-Imam Habib Hasan Bin Sholeh Al-Bahr adalah seorang wali yang nasabnya tersambung kepada Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memiliki karomah luar biasa.
Beliau dijuluki Al-Bahr (lautan) karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Disebutkan bahwa tidak ada seorang alim, pelajar atau sufi di Hadhramaut Yaman yang tidak pernah belajar kepada beliau. Di antara murid beliau adalah Sayid Hamid bin Umar bin Muhammad bin Segaf Assegaf dan Sayid Muhsin bin Alwi bin Segaf Assegaf.
Beliau lahir di Khali Rasyid, Hadhramaut, Yaman pada Tahun 1191 H (1771 Masehi). Ketika berusia 2 tahun, ayah beliau meninggal dunia dan kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakeknya, Sayyid Idrus bin Abu Bakar Al-Jufri, di Dzi Isbah.
Dalam Kitab Fuyudhot Al Bahril Mali Min Manaqib Wa Akhbar karya Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi disebutkan, beliau sholat dua rokaat dimana rokaat pertama beliau membaca Al-Qur'an sampai khatam. kemudian di rokaat kedua beliau membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
Ketika Syekh Umar Abdur Rosul (salah satu ulama Makkah) mendengar tentang sosok Habib Hasan Bin Sholeh. Ketika bertemu di Makkah, si Syekh penasaran dan ingin melihat karomahnya Habib Hasan Al Bahr.
Ketika Habib Hasan Al-Bahr berjalan masuk ke Masjidil Haram dari pintu As-Salam beliau membaca Al-Qur'an dari awal (Alif Lam Mim Al-Baqarah), sementara si Syekh tadi berjalan di belakang Habib Hasan dan mendengarkan bacaan Qur'an-nya.
Hingga sampai Maqam Ibrahim, Habib Hasan telah khatam (membaca 30 juz) di antara pintu As-Salam dan Maqam Ibrahim. Inilah salah satu karomah Habib Hasan, padahal beliau tidak menghafal Al-Qur'an.
Amalan yang Tidak Biasa
Dikisahkan, Beliau telah menunaikan ibadah haji lebih dari tujuh kali dan sering melakukan tawaf malam hari sambil membaca Al-Qur'an sampai fajar; kadang menghatamkannya. Sebagaimana dituturkan Sayyid Ahmad bin Ali Al-Junaid dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah pada tahun 1233 H (1813 M), pada saat puasa, Habib Hasan setiap malam hanya sahur dengan beberapa teguk air, lalu menunaikan sholat malam.
Menurut salah seorang anaknya, Abdullah bin Hasan, walaupun sang ayah sedang sakit parah dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, ketika waktu shalat sunah yang biasa dilakukannya telah tiba, Habib Hasan bangun, kemudian memukul ke dua pahanya, sambil berkata:
"Bangunlah wahai jiwa yang buruk! Jangan kau halangi aku untuk menunaikan wiridku!"
Beliau lalu mengambil air wudhu untuk sholat sunnah sambil memegang Al-Qur'an. Usai sholat, beliau terjatuh dan tubuhnya kembali panas. Meskipun dikenal sebagai ahli ibadah, dengan rendah hati beliau berkata: "Kekerasan hati dan kelalaian telah mengalahkanku, sehingga tidak tersisa lagi padaku selain tawakkal kepada Allah dan pada sifat-sifatnya yang pengasih dan penyayang. Adapun amalan-amalanku buruk. Jika ada amalku yang baik, itu berkat kemurahan dan karunia Allah."
Selain dikenal ahli ibadah, orang mengenalnya pula sebagai pribadi yang penyayang terhadap sesama makhluk. Seperti diceritakan Habib Ahmad bin Ali Al-Junaid, yang menemaninya dalam perjalanan ke Makkah, lalu berziarah ke Makam Rasulullah SAW di Madinah. Dalam perjalanannya ke Madinah, mereka dirampok, namun Habib Hasan tidak mencegahnya.
"Mengapa Sayyid tidak mencegahnya?" tanya Habib Ahmad.
"Cobain ini tidak terlalu berat bagiku, kecuali mereka mengambil Al-Qur'an yang kubawa. Ini memang cobaan Allah. Dan cobaan kekasih tidak menyakitkan," jawab Habib Hasan.
Ketika saudara kandung Habib Ahmad Al-Junaid, yaitu Habib Umar Al-Junaid, yang kaya meninggal dunia. Ia berwasiat kepada Habib Ahmad agar memberi uang senilai 500 Riyal kepada Habib Hasan. Tapi ketika uang tersebut diserahkan, Habib Hasan justru berkata: "Ini adalah dosa yang siksanya akan disegerakan."
Lalu beliau membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya di jalan Allah. Demikian sekelumit kisah waliyullah Habib Hasan Bin Sholeh Al-Bahr.
Beliau dijuluki Al-Bahr (lautan) karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Disebutkan bahwa tidak ada seorang alim, pelajar atau sufi di Hadhramaut Yaman yang tidak pernah belajar kepada beliau. Di antara murid beliau adalah Sayid Hamid bin Umar bin Muhammad bin Segaf Assegaf dan Sayid Muhsin bin Alwi bin Segaf Assegaf.
Beliau lahir di Khali Rasyid, Hadhramaut, Yaman pada Tahun 1191 H (1771 Masehi). Ketika berusia 2 tahun, ayah beliau meninggal dunia dan kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakeknya, Sayyid Idrus bin Abu Bakar Al-Jufri, di Dzi Isbah.
Dalam Kitab Fuyudhot Al Bahril Mali Min Manaqib Wa Akhbar karya Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi disebutkan, beliau sholat dua rokaat dimana rokaat pertama beliau membaca Al-Qur'an sampai khatam. kemudian di rokaat kedua beliau membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
Ketika Syekh Umar Abdur Rosul (salah satu ulama Makkah) mendengar tentang sosok Habib Hasan Bin Sholeh. Ketika bertemu di Makkah, si Syekh penasaran dan ingin melihat karomahnya Habib Hasan Al Bahr.
Ketika Habib Hasan Al-Bahr berjalan masuk ke Masjidil Haram dari pintu As-Salam beliau membaca Al-Qur'an dari awal (Alif Lam Mim Al-Baqarah), sementara si Syekh tadi berjalan di belakang Habib Hasan dan mendengarkan bacaan Qur'an-nya.
Hingga sampai Maqam Ibrahim, Habib Hasan telah khatam (membaca 30 juz) di antara pintu As-Salam dan Maqam Ibrahim. Inilah salah satu karomah Habib Hasan, padahal beliau tidak menghafal Al-Qur'an.
Amalan yang Tidak Biasa
Dikisahkan, Beliau telah menunaikan ibadah haji lebih dari tujuh kali dan sering melakukan tawaf malam hari sambil membaca Al-Qur'an sampai fajar; kadang menghatamkannya. Sebagaimana dituturkan Sayyid Ahmad bin Ali Al-Junaid dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah pada tahun 1233 H (1813 M), pada saat puasa, Habib Hasan setiap malam hanya sahur dengan beberapa teguk air, lalu menunaikan sholat malam.
Menurut salah seorang anaknya, Abdullah bin Hasan, walaupun sang ayah sedang sakit parah dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, ketika waktu shalat sunah yang biasa dilakukannya telah tiba, Habib Hasan bangun, kemudian memukul ke dua pahanya, sambil berkata:
"Bangunlah wahai jiwa yang buruk! Jangan kau halangi aku untuk menunaikan wiridku!"
Beliau lalu mengambil air wudhu untuk sholat sunnah sambil memegang Al-Qur'an. Usai sholat, beliau terjatuh dan tubuhnya kembali panas. Meskipun dikenal sebagai ahli ibadah, dengan rendah hati beliau berkata: "Kekerasan hati dan kelalaian telah mengalahkanku, sehingga tidak tersisa lagi padaku selain tawakkal kepada Allah dan pada sifat-sifatnya yang pengasih dan penyayang. Adapun amalan-amalanku buruk. Jika ada amalku yang baik, itu berkat kemurahan dan karunia Allah."
Selain dikenal ahli ibadah, orang mengenalnya pula sebagai pribadi yang penyayang terhadap sesama makhluk. Seperti diceritakan Habib Ahmad bin Ali Al-Junaid, yang menemaninya dalam perjalanan ke Makkah, lalu berziarah ke Makam Rasulullah SAW di Madinah. Dalam perjalanannya ke Madinah, mereka dirampok, namun Habib Hasan tidak mencegahnya.
"Mengapa Sayyid tidak mencegahnya?" tanya Habib Ahmad.
"Cobain ini tidak terlalu berat bagiku, kecuali mereka mengambil Al-Qur'an yang kubawa. Ini memang cobaan Allah. Dan cobaan kekasih tidak menyakitkan," jawab Habib Hasan.
Ketika saudara kandung Habib Ahmad Al-Junaid, yaitu Habib Umar Al-Junaid, yang kaya meninggal dunia. Ia berwasiat kepada Habib Ahmad agar memberi uang senilai 500 Riyal kepada Habib Hasan. Tapi ketika uang tersebut diserahkan, Habib Hasan justru berkata: "Ini adalah dosa yang siksanya akan disegerakan."
Lalu beliau membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya di jalan Allah. Demikian sekelumit kisah waliyullah Habib Hasan Bin Sholeh Al-Bahr.
(rhs)