Kisah Penyerangan Ka'bah: Abrahah Binasa oleh Virus Mematikan
Minggu, 31 Mei 2020 - 05:00 WIB
PARA ahli banyak tertarik menganalisis ayat demi ayat pada surah al-Fil, khususnya pada tiga ayat terakhir, karena mereka menilai tersirat sebuah isyarat ilmiah yang cukup penting. Muhammad Abduh mengartikan al-thair dengan sejenis serangga atau dewasa ini sering disebut dengan virus . Virus atau mikroba ini disebarkan melalui angin yang memusnahkan seluruh pasukan gajah Abrahah .
Sebelum kita lebih banyak membahas sekitar tafsir Surat Al-Fil kita ungkit dulu ingatan kita tentang kisah penyerbuan tentara Abrahah yang gagal itu. ( )
Pada suatu hari di sekitar tahun 570 Masehi, Abrahah al-Asyram mengambil keputusan yang mengejutkan. Ka'bah harus dihancurkan agar orang-orang Arab lebih banyak datang ke gereja di Yaman.
Keputusan tersebut diambil penguasa Yaman itu setelah ia gagal menarik orang-orang datang ke gereja yang ia bangun. Padahal gereja itu jauh lebih megah dan mewah.
Kala itu, kedudukan Makkah dengan Ka'bah , mendorong daerah lain juga ingin memiliki hal serupa. Mereka pun berlomba-lomba membangun rumah-rumah ibadat sendiri-sendiri. Rumah ibadat itu dibuat lebih mentereng dan megah, dengan maksud mengalihkan perhatian orang dari Makkah dan Rumah Sucinya ke daerah mereka.
Di Hira pihak Ghassan mendirikan rumah suci, Abrahah al-Asyram juga membangun rumah suci di Yaman. Bahkan sampai demikian rupa Abrahah menghiasi rumah sucinya itu dengan membawa perlengkapan paling mewah yang kira-kira akan menarik orang-orang Arab - bahkan orang-orang Makkah sendiri – ke tempat itu.
Akan tetapi Abrahah hanyalah mimpi. Upayanya itu gagal. Jangankan orang Arab, orang-orang Yaman sendiripun meninggalkan rumah yang dibangunnya itu serta menganggap ziarah mereka tidak sah kalau tidak ke Makkah.
Bagi orang Arab, bangunan tempat ibadah nan megah itu tidak bisa menggantikan Ka'bah. Mereka enggan berpaling dari Makkah.
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" memaparkan tak ada jalan lain bagi penguasa Negus itu kecuali ia harus menghancurkan rumah Ibrahim dan Ismail itu. "Dengan pasukan yang besar didatangkan dari Abisinia dia sudah mempersiapkan perang dan dia sendiri di depan sekali di atas seekor gajah besar," tulisnya.
Ada sedikit upaya melawan dari pihak pembela Ka'bah namun semua sia-sia. Seorang laki-laki bernama Dhu-Nafar - salah seorang bangsawan dan terpandang di Yaman - tampil ke depan mengerahkan masyarakatnya dan orang Arab lainnya yang bersedia berjuang melawan Abrahah serta maksudnya yang hendak menghancurkan Baitullah. Tetapi dia tak dapat menghalangi Abrahah. Malah dia sendiri terpukul dan menjadi tawanan.
Nasib yang demikian itu juga yang menimpa Nufail bin Habib al-Khath'ami. Ketika ia mengerahkan masyarakatnya dari kabilah Syahran dan Nahis, malah dia sendiri yang tertawan, yang kemudian menjadi anggota pasukannya dan menjadi penunjuk jalan.
Pada saat Abrahah sudah mendekati Makkah, ia kirim pasukan berkuda sebagai kurir. Tidak hanya itu mereka juga mengambil harta benda Quraisy, termauk seratus ekor unta milik Abd'l-Muttalib bin Hasyim.
Pada mulanya orang-orang Quraisy bermaksud mengadakan perlawanan. Tapi bergitu melihat kekuatan tentara Abrahah, mereka membatalkan niatnya.
Sementara itu Abrahah sudah mengirimkan salah seorang pengikutnya sebagai utusan bernama Hunata dan Himyar untuk menemui pemimpin Makkah. Ia diantar menghadap Abd'l-Muttalib bin Hasyim, dan kepadanya ia menyampaikan pesan Abrahah, bahwa kedatangannya bukan akan berperang melainkan akan menghancurkan Baitullah. Kalau Makkah tidak mengadakan perlawanan tidak perlu ada pertumpahan darah.
Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya
Begitu Abd'l-Muttalib mendengar, bahwa mereka tidak bermaksud berperang, ia pergi ke markas pasukan Abrahah bersama Hunata, bersama anak-anaknya dan beberapa pemuka Makkah lainnya.
Kedatangan delegasi Abd'l-Muttalib ini disambut baik oleh Abrahah, dengan menjanjikan akan mengembalikan unta Abd'l-Muttalib. Akan tetapi ia menolak pembicaraan terkait Ka'bah.
Abd'l-Muttalib dan rombongan kembali ke Makkah. Ia mengajak warga Makkah meninggalkan tempat itu dan pergi ke lereng-lereng bukit, menghindari Abrahah dan pasukannya yang akan memasuki kota suci dan menghancurkan Ka'bah.
Sebelum kita lebih banyak membahas sekitar tafsir Surat Al-Fil kita ungkit dulu ingatan kita tentang kisah penyerbuan tentara Abrahah yang gagal itu. ( )
Pada suatu hari di sekitar tahun 570 Masehi, Abrahah al-Asyram mengambil keputusan yang mengejutkan. Ka'bah harus dihancurkan agar orang-orang Arab lebih banyak datang ke gereja di Yaman.
Keputusan tersebut diambil penguasa Yaman itu setelah ia gagal menarik orang-orang datang ke gereja yang ia bangun. Padahal gereja itu jauh lebih megah dan mewah.
Kala itu, kedudukan Makkah dengan Ka'bah , mendorong daerah lain juga ingin memiliki hal serupa. Mereka pun berlomba-lomba membangun rumah-rumah ibadat sendiri-sendiri. Rumah ibadat itu dibuat lebih mentereng dan megah, dengan maksud mengalihkan perhatian orang dari Makkah dan Rumah Sucinya ke daerah mereka.
Di Hira pihak Ghassan mendirikan rumah suci, Abrahah al-Asyram juga membangun rumah suci di Yaman. Bahkan sampai demikian rupa Abrahah menghiasi rumah sucinya itu dengan membawa perlengkapan paling mewah yang kira-kira akan menarik orang-orang Arab - bahkan orang-orang Makkah sendiri – ke tempat itu.
Akan tetapi Abrahah hanyalah mimpi. Upayanya itu gagal. Jangankan orang Arab, orang-orang Yaman sendiripun meninggalkan rumah yang dibangunnya itu serta menganggap ziarah mereka tidak sah kalau tidak ke Makkah.
Bagi orang Arab, bangunan tempat ibadah nan megah itu tidak bisa menggantikan Ka'bah. Mereka enggan berpaling dari Makkah.
Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" memaparkan tak ada jalan lain bagi penguasa Negus itu kecuali ia harus menghancurkan rumah Ibrahim dan Ismail itu. "Dengan pasukan yang besar didatangkan dari Abisinia dia sudah mempersiapkan perang dan dia sendiri di depan sekali di atas seekor gajah besar," tulisnya.
Ada sedikit upaya melawan dari pihak pembela Ka'bah namun semua sia-sia. Seorang laki-laki bernama Dhu-Nafar - salah seorang bangsawan dan terpandang di Yaman - tampil ke depan mengerahkan masyarakatnya dan orang Arab lainnya yang bersedia berjuang melawan Abrahah serta maksudnya yang hendak menghancurkan Baitullah. Tetapi dia tak dapat menghalangi Abrahah. Malah dia sendiri terpukul dan menjadi tawanan.
Nasib yang demikian itu juga yang menimpa Nufail bin Habib al-Khath'ami. Ketika ia mengerahkan masyarakatnya dari kabilah Syahran dan Nahis, malah dia sendiri yang tertawan, yang kemudian menjadi anggota pasukannya dan menjadi penunjuk jalan.
Pada saat Abrahah sudah mendekati Makkah, ia kirim pasukan berkuda sebagai kurir. Tidak hanya itu mereka juga mengambil harta benda Quraisy, termauk seratus ekor unta milik Abd'l-Muttalib bin Hasyim.
Pada mulanya orang-orang Quraisy bermaksud mengadakan perlawanan. Tapi bergitu melihat kekuatan tentara Abrahah, mereka membatalkan niatnya.
Sementara itu Abrahah sudah mengirimkan salah seorang pengikutnya sebagai utusan bernama Hunata dan Himyar untuk menemui pemimpin Makkah. Ia diantar menghadap Abd'l-Muttalib bin Hasyim, dan kepadanya ia menyampaikan pesan Abrahah, bahwa kedatangannya bukan akan berperang melainkan akan menghancurkan Baitullah. Kalau Makkah tidak mengadakan perlawanan tidak perlu ada pertumpahan darah.
Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya
Begitu Abd'l-Muttalib mendengar, bahwa mereka tidak bermaksud berperang, ia pergi ke markas pasukan Abrahah bersama Hunata, bersama anak-anaknya dan beberapa pemuka Makkah lainnya.
Kedatangan delegasi Abd'l-Muttalib ini disambut baik oleh Abrahah, dengan menjanjikan akan mengembalikan unta Abd'l-Muttalib. Akan tetapi ia menolak pembicaraan terkait Ka'bah.
Abd'l-Muttalib dan rombongan kembali ke Makkah. Ia mengajak warga Makkah meninggalkan tempat itu dan pergi ke lereng-lereng bukit, menghindari Abrahah dan pasukannya yang akan memasuki kota suci dan menghancurkan Ka'bah.