3000 Dirham, Biaya Obat Kangen Baginda Kepada Abu Nawas

Selasa, 02 Juni 2020 - 09:12 WIB
Mereka pun berangkat menuju istana untuk memenuhi panggilan Baginda Raja sekaligus mengambil hadiah 3000 dirham. Foto/Ilustrasi/Ist
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). ( )

Baginda Raja memang gampang kesepian. Beberapa hari tak jumpa Abu Nawas, penyakit kangen pun mengusik Sultan. "Oalah, ke mana Abu Nawas," keluh Baginda suatu ketika. Baginda rindu ngerjain si cerdik itu. Sudah beberapa hari Abu Nawas tak menunjukkan batang hidungnya.

Sudah beberapa kali, lewat utusannya, Baginda memanggil Abu Nawas. Namun Abu Nawas belum juga menampakkan diri.

Pada hari itu, rindu Baginda Raja tak tertahankan. Ia ingin Abu Nawas menghibur hati sang raja. Setelah lama berpikir mencari cara agar Abu Nawas mau datang ke istana, Baginda Raja akhirnya menemukan ide.

Raja kemudian memanggil tiga orang prajurit dan menyuruh mereka pergi ke rumah Abu Nawas. "Pengawal, pergilah ke rumah Abu Nawas. Beraklah di tempat tidurnya. Kalau kalian berhasil, maka masing-masing akan aku beri uang1000 dirham," titah Baginda Raja serius.



Kendati terasa aneh, tanpa pikir panjang, ketiga utusan baginda raja tersebut langsung menerima pemerintah Baginda. "Daulat paduka," jawab ketiga prajurit tersebut secara bersamaan. Mereka pun langsung berangkat menuju rumah Abu Nawas sesuai titah Baginda Raja.

Sementara itu, ada seorang pejabat tinggi kerajaan yang memperhatikan perintah sang raja kepada ketiga prajurit tersebut. Pejabat itu memberanikan diri untuk bertanya kepada Raja.

"Maaf Paduka, bukankah tugas yang diberikan itu tampak aneh dan menghina?" ujar pejabat setingkat Patih itu.



Baca juga
: Kisah Bijak Para Sufi: Tuan Rumah dan Tamu

"Memang benar, tapi itulah siasatku agar Abu Nawas segera hadir ke istana," jawab Baginda enteng.

"Apakah gerangan rencana Baginda?" tanya pejabat itu lagi menunjukkan bahwa dirinya belum paham.

"Nanti kamu akan segera mengetahuinya, dan sekarang kamu ikutilah ketiga anak buahmu itu dan intailah mereka. Sampaikan kepada Abu Nawas, bila dia berhasil menggagalkan tugas prajurit itu, maka ia akan aku beri uang 3000 dirham dan sekaligus ia boleh memukul utusanku itu," kata Baginda Raja.



Dengan perasaan yang masih bingung, pejabat itu segera melaksanakan perintah raja. Dia segera berkemas dan menuju ke rumah Abu Nawas.

Para prajurit Baginda Raja Harun Al-Rasyid yang sudah berangkat lebih dulu sudah tiba di rumah Abu Nawas. Ketiganya langsung mengetuk pintu rumah.Tak lama setelah itu, Abu Nawas pun membukakan pintu dan bertemu ketiga utusan Baginda Raja.

"Kami diutus oleh Baginda Raja untuk buang air besar di tempat tidurmu. Karena ini perintah raja, kamu tidak boleh menolak," kata salah satu prajurit.



Abu Nawas kaget bukan kepalang. Tapi ia segera sadar, permainan sedang dirancang Baginda Raja. "Oh, silakan. Saya sama sekali tidak keberatan. Silahkan saja kalau kalian mampu melaksanakan perintah raja," ucap Abu Nawas kemudian. Ia segera memutar otak.

"Betul?" tanya prajurit raja memastikan.

"Iya, silahkan saja," sahut Abu Nawas enteng.

Abu Nawas mengawasi orang-orang itu beranjak ke tempat tidurnya dengan perasaan geram yang sudah ia tahan. "Betul-betul kelewatan," gumam Abu Nawas dalam hati.



Abu Nawas memutar otak untuk menggagalkan tindakan bodoh dan kurang ajar tiga prajurit itu. Setelah berpikir beberapa saat, Abu Nawas akhirnya menemukan cara untuk menggagalkan tugas para utusan tersebut. Pada saat para utusan itu hendak bersiap-siap buang air besar, mendadak Abu Nawas berkata di balik jendela kamar.

"Hai para utusan raja, ada yang lupa saya sampaikan kepada kalian," kata Abu Nawas.

"Apa itu?" tanya salah satu utusan raja.

"Saya ingatkan supaya kalian jangan melebihi perintah Baginda Raja. Jika kalian melanggar, saya akan pukul kalian dengan sebuah pentungan besar dan setelah itu saya akan laporkan kepada Baginda bahwa kalian melanggar perintahnya," ancam Abu Nawas.

Dengan cekatan Abu Nawas segera mengambil sebatang kayu besar yang ada di dapur rumahnya. Ia kemudian berlari kembali ke kamarnya dengan membawa pentungan kayu besar itu.

"Hai, apa maksudmu tadi Abu Nawas?" tanya salah satu utusan.

"Ingat, perintah raja hanya buang air besar saja dan tidak boleh lebih dari itu," jawab Abu Nawas.

"Iya, benar," jawab utusan raja.



"Aku ulangi lagi, hanya buang air besar saja. Tidak boleh lebih. Ingat, tidak boleh kencing, tidak boleh buka celana, tidak boleh cebok. Hanya buang air besar saja!" tegas Abu Nawas.

"Mana mungkin? Itu tidak mungkin, kami juga harus bukan celana dan kencing," protes salah satu utusan.

"Aku akan pukul kalian sekeras-kerasnya jika kalian melanggar perintah raja," sahut Abu Nawas kembali mengancam.

Ketiga utusan Baginda Raja tersebut hanya bisa saling pandang kebingungan dengan ucapan Abu Nawas. Di tengah kebingungan tersebut, tiba-tiba ada suara yang memanggil Abu Nawas. Rupanya suara tersebut datang dari pejabat tinggi kerajaan.

Melihat kedatangannya, Abu Nawas dan ketiga utusan raja segera berkumpul untuk menemui suara tersebut.

"Aku sudah mendengar perdebatan kalian. Baginda Raja memang memerintahkan para utusan untuk berak di tempat tidurmu. Jika mereka sanggup, masing-masing akan mendapatkan seribu dirham. Jika mereka gagal, maka mereka boleh engkau pukul sesuka hatimu," kata petinggi kerajaan tersebut..

"Oh, begitu. Lalu hadiah dari baginda untukku berapa Tuanku?" tanya Abu Nawas dengan mata berbinar.

"Sekarang juga engkau boleh menghadap Baginda Raja untuk menerima tiga ribu dirham," jawab pejabat itu.



Mendengar itu, Abu Nawas dibuat kaget serta gembira. Sebelum menghadap Baginda Raja, Abu Nawas kembali mengambil pentungannya lalu mengejar ketiga utusan raja yang hampir buang air besar di ranjangnya. Ketiga utusan itu pun lari terbirit-birit.

"Abu Nawas, Baginda Raja sangat yakin engkau dapat mengatasi masalah ini. Baginda memang menginginkan kehadiranmu di istana untuk menghibur hatinya yang saat ini sedang gundah gulana," jelas pejabat tinggi kerajaan tersebut sambil tertawa.

Abu Nawas setuju. Mereka pun berangkat menuju istana untuk memenuhi panggilan Baginda Raja sekaligus mengambil hadiah 3000 dirham. (
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More