Abu Nawas Menciumi Ayam Panggang, Jebakan Baginda Gagal Lagi
loading...
A
A
A
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).
Penyakit Raja Harun Ar-Rasyid kepada Abu Nawas kambuh lagi. Ini bukan penyakit flu atau sejenisnya, apalagi covid-19 . Bukan. Penyakit itu adalah penyakit geram, kesal, campur aduk yang ingin selalu membuat Abu Nawas susah. Memang sih, sudah beberapa kali Abu Nawas membuat diri Sultan malu di depan para pejabat kerajaan. Nah, itu sebabnya niat balas dendam Sultan terus membara. Masalahnya, sejauh ini Sultan selalu saja kalah telak melawan Abu Nawas.
Ini kali Sultan hendak membuat jebakan untuk Abu Nawas. Seperti biasa, jika Abu Nawas gagal maka akan mendapatkan hukuman. "Panggil Abu Nawas," titah Paduka Sultan kepada pelayannya.
Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Cara Mendapat Pengetahuan
Begitu lelaki cerdik ini berada di depannya, Raja Harun Ar-Rasyid langsung mengajak Abu Nawas duduk di meja makan. Mereka duduk menghadapi hidangan yang menggugah selera. Sementara para pejabat istana hanya komat-kamit menahan selera. "Wahai Abu Nawas, di depan mejaku itu ada sepanggang daging ayam yang lezat dan enak dilahap, tolong segera ambilkan," perintah sang raja.
Abu Nawas agak terkaget-kaget juga mendapat perintah itu. Tak biasanya ia disuruh melayani makan baginda raja. Ada apa lagi ini, pikir Abu Nawas. "Mungkin raja ingin menjebakku, aku harus waspada," kata Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas menuruti perintah baginda raja. Ia pun mengambil ayam panggang sang raja, kemudian memberikannya kepada paduka. Namun, Baginda Sultan tak langsung menerimanya. Ia bertanya lagi. "Abu Nawas, di tangan kamu ada sepotong ayam panggang lezat, silahkan dinikmati."
Raja memberikan perintah lagi. Abu Nawas tambah bingung. Tapi kalau disuruh makan ayam sudah pasti enak banget. Namun belum lagi Abu Nawas menyantap ayam panggang tersebut, tiba-tiba raja berkata lagi, "Tapi ingat Abu Nawas," ujar Sultan membuat Abu Nawas urung menggigit ayam yang sudah mendekat di mulutnya itu.
"Dengarkan dulu petunjuknya," ujar Sultan. "Jika kamu memotong paha ayam itu, maka aku akan memotong pahamu dan jika kamu memotong dada ayam itu, maka aku akan memotong dadamu. Tidak hanya itu saja, jika kamu memotong dan memakan kepala ayam itu, maka aku akan memotong kepalamu. Akan tetapi kalau kamu hanya mendiamkan saja ayam panggang itu, akibatnya kamu akan aku gantung," titah sang Raja kepada Abu Nawas.
Abu Nawas pun jadi gelagapan. Ia menjadi bingung dengan petunjuk yang dititahkan rajanya itu. Ia pandangi ayam itu. Jakunnya naik turun karena nafsu makannya yang terganggu. Dalam kebingungannya itu, Abu Nawas semakin yakin jika dirinya dalam perangkap baginda. Ini hanya akal-akalan sang Raja. Tak cuma Abu Nawas saja yang tegang, melainkan semua pejabat kerajaan yang hadir di istana tampak tegang pula.
Sepuluh menit lamanya, Abu Nawas hanya membolak-balikkan ayam panggang itu. Kemudian Abu Nawas mulai mendekatkan ayam panggang itu tepat di indera penciumannya.
Para hadirin yang datang atas undangan raja mulai bingung dan tidak mengerti apa yang dilakukan Abu Nawas. Kemudian terlihat Abu Nawas mencium bagian pantat ayam bakar yang kelihatan sangat lezat itu.
"Jika saya harus memotong paha ayam ini, maka Baginda akan memotong pahaku. Jika saya harus memotong dada ayam ini, maka Baginda akan memotong dadaku. Jika saya harus memakan dan memotong kepala ayam ini, Baginda akan memotong kepalaku. Tetapi coba lihat, yang saya lakukan adalah mencium pantat ayam ini," ujar Abu Nawas seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Baca juga: Abu Nawas Memang Debitur yang Cerdik, Tuan Tanah Kena Tipu
"Apa maksudmu, wahai Abu Nawas," tanya Baginda Raja.
"Maksud saya adalah kalau saya melakukan demikian maka Baginda juga akan membalasnya demikian, layaknya ayam ini. Nah, saya hanya mencium pantat ayam panggang ini saja, maka Baginda juga harus mencium ..," jelas Abu Nawas.
Sontak saja penjelasan Abu Nawas itu membuat para pejabat yang hadir menahan tawa, tetapi ragu-ragu karena takut dihukum raja. Sementara itu, raja yang mendengar ucapan Abu Nawas mulai memerah mukanya karena malu untuk kesekian kalinya. Untuk menutupi rasa malunya itu, Raja mengusir Abu Nawas dari Istana. "Wahai Abu Nawas, cepat pulanglah, jangan sampai aku berubah pikiran," kata raja sembari menyuruh Abu Nawas membawa pergi ayam panggang yang lezat itu. (
Penyakit Raja Harun Ar-Rasyid kepada Abu Nawas kambuh lagi. Ini bukan penyakit flu atau sejenisnya, apalagi covid-19 . Bukan. Penyakit itu adalah penyakit geram, kesal, campur aduk yang ingin selalu membuat Abu Nawas susah. Memang sih, sudah beberapa kali Abu Nawas membuat diri Sultan malu di depan para pejabat kerajaan. Nah, itu sebabnya niat balas dendam Sultan terus membara. Masalahnya, sejauh ini Sultan selalu saja kalah telak melawan Abu Nawas.
Ini kali Sultan hendak membuat jebakan untuk Abu Nawas. Seperti biasa, jika Abu Nawas gagal maka akan mendapatkan hukuman. "Panggil Abu Nawas," titah Paduka Sultan kepada pelayannya.
Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Cara Mendapat Pengetahuan
Begitu lelaki cerdik ini berada di depannya, Raja Harun Ar-Rasyid langsung mengajak Abu Nawas duduk di meja makan. Mereka duduk menghadapi hidangan yang menggugah selera. Sementara para pejabat istana hanya komat-kamit menahan selera. "Wahai Abu Nawas, di depan mejaku itu ada sepanggang daging ayam yang lezat dan enak dilahap, tolong segera ambilkan," perintah sang raja.
Abu Nawas agak terkaget-kaget juga mendapat perintah itu. Tak biasanya ia disuruh melayani makan baginda raja. Ada apa lagi ini, pikir Abu Nawas. "Mungkin raja ingin menjebakku, aku harus waspada," kata Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas menuruti perintah baginda raja. Ia pun mengambil ayam panggang sang raja, kemudian memberikannya kepada paduka. Namun, Baginda Sultan tak langsung menerimanya. Ia bertanya lagi. "Abu Nawas, di tangan kamu ada sepotong ayam panggang lezat, silahkan dinikmati."
Raja memberikan perintah lagi. Abu Nawas tambah bingung. Tapi kalau disuruh makan ayam sudah pasti enak banget. Namun belum lagi Abu Nawas menyantap ayam panggang tersebut, tiba-tiba raja berkata lagi, "Tapi ingat Abu Nawas," ujar Sultan membuat Abu Nawas urung menggigit ayam yang sudah mendekat di mulutnya itu.
"Dengarkan dulu petunjuknya," ujar Sultan. "Jika kamu memotong paha ayam itu, maka aku akan memotong pahamu dan jika kamu memotong dada ayam itu, maka aku akan memotong dadamu. Tidak hanya itu saja, jika kamu memotong dan memakan kepala ayam itu, maka aku akan memotong kepalamu. Akan tetapi kalau kamu hanya mendiamkan saja ayam panggang itu, akibatnya kamu akan aku gantung," titah sang Raja kepada Abu Nawas.
Abu Nawas pun jadi gelagapan. Ia menjadi bingung dengan petunjuk yang dititahkan rajanya itu. Ia pandangi ayam itu. Jakunnya naik turun karena nafsu makannya yang terganggu. Dalam kebingungannya itu, Abu Nawas semakin yakin jika dirinya dalam perangkap baginda. Ini hanya akal-akalan sang Raja. Tak cuma Abu Nawas saja yang tegang, melainkan semua pejabat kerajaan yang hadir di istana tampak tegang pula.
Sepuluh menit lamanya, Abu Nawas hanya membolak-balikkan ayam panggang itu. Kemudian Abu Nawas mulai mendekatkan ayam panggang itu tepat di indera penciumannya.
Para hadirin yang datang atas undangan raja mulai bingung dan tidak mengerti apa yang dilakukan Abu Nawas. Kemudian terlihat Abu Nawas mencium bagian pantat ayam bakar yang kelihatan sangat lezat itu.
"Jika saya harus memotong paha ayam ini, maka Baginda akan memotong pahaku. Jika saya harus memotong dada ayam ini, maka Baginda akan memotong dadaku. Jika saya harus memakan dan memotong kepala ayam ini, Baginda akan memotong kepalaku. Tetapi coba lihat, yang saya lakukan adalah mencium pantat ayam ini," ujar Abu Nawas seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Baca juga: Abu Nawas Memang Debitur yang Cerdik, Tuan Tanah Kena Tipu
"Apa maksudmu, wahai Abu Nawas," tanya Baginda Raja.
"Maksud saya adalah kalau saya melakukan demikian maka Baginda juga akan membalasnya demikian, layaknya ayam ini. Nah, saya hanya mencium pantat ayam panggang ini saja, maka Baginda juga harus mencium ..," jelas Abu Nawas.
Sontak saja penjelasan Abu Nawas itu membuat para pejabat yang hadir menahan tawa, tetapi ragu-ragu karena takut dihukum raja. Sementara itu, raja yang mendengar ucapan Abu Nawas mulai memerah mukanya karena malu untuk kesekian kalinya. Untuk menutupi rasa malunya itu, Raja mengusir Abu Nawas dari Istana. "Wahai Abu Nawas, cepat pulanglah, jangan sampai aku berubah pikiran," kata raja sembari menyuruh Abu Nawas membawa pergi ayam panggang yang lezat itu. (
(mhy)