Maulid Nabi: Barzanji, Kitab Paling Populer Setelah Al-Qur'an
Senin, 11 Oktober 2021 - 16:04 WIB
Martin van Bruinessen menyatakan kitab Barzanji adalah karya yang paling populer dari semua kitab tentang maulid, dan di banyak tempat telah menjadi bagian dari ritual baku Tarekat Qadiriyah.
Meskipun tradisi peringatan Maulid Nabi tidak benar-benar diterima sepenuhnya oleh seluruh kalangan Islam, namun di Indonesia peringatan maulid beserta pembacaan Kitab Barzanji adalah kegiatan yang benar-benar populer dan dikenal secara luas.
Ada beberapa pendapat mengenai apa alasan Kitab Barzanji itu digubah.
Pertama, bahwa kitab tersebut disusun untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, kitab tersebut dibuat untuk mengikuti sayembara yang diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (1138-1193) pendiri Dinasti Ayyubiyah (1171-1260) di Mesir. Latar belakangnya adalah berkenaan dengan tradisi maulid yang rutin diselenggarakan oleh dinasti sebelumnya, yaitu Fatimiyah.
Dinasti Fatimiyah (909-1171) adalah dinasti Islam yang bercorak Syiah di Mesir. Setelah dinasti ini runtuh dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, Sultan Salahuddin tidak menghilangkan tradisi tersebut meskipun dia seorang Sunni. Sebaliknya, dia berpendapat bahwa tradisi maulid dapat memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada rasul-Nya sekaligus juga menambah semangat juang.
Waktu itu, Dinasti Ayyubiyah sedang menghadapi Perang Salib III (1189-1192). Menurut Sultan Salahuddin, tradisi maulid dapat membangkitkan semangat jihad (perjuangan) dan ittihad (persatuan). Selain itu, dia juga menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Seluruh ulama dan sastrawan lalu diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Menurut Wasisto Raharjo, pemenang sekaligus juara pertama dari sayembara tersebut adalah Jafar Barzanji dengan gubahannya yang berjudul al-Iqd al-Jawahir, atau yang di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Kitab Barzanji.
Meskipun tradisi peringatan Maulid Nabi tidak benar-benar diterima sepenuhnya oleh seluruh kalangan Islam, namun di Indonesia peringatan maulid beserta pembacaan Kitab Barzanji adalah kegiatan yang benar-benar populer dan dikenal secara luas.
Ada beberapa pendapat mengenai apa alasan Kitab Barzanji itu digubah.
Pertama, bahwa kitab tersebut disusun untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, kitab tersebut dibuat untuk mengikuti sayembara yang diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (1138-1193) pendiri Dinasti Ayyubiyah (1171-1260) di Mesir. Latar belakangnya adalah berkenaan dengan tradisi maulid yang rutin diselenggarakan oleh dinasti sebelumnya, yaitu Fatimiyah.
Dinasti Fatimiyah (909-1171) adalah dinasti Islam yang bercorak Syiah di Mesir. Setelah dinasti ini runtuh dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, Sultan Salahuddin tidak menghilangkan tradisi tersebut meskipun dia seorang Sunni. Sebaliknya, dia berpendapat bahwa tradisi maulid dapat memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada rasul-Nya sekaligus juga menambah semangat juang.
Waktu itu, Dinasti Ayyubiyah sedang menghadapi Perang Salib III (1189-1192). Menurut Sultan Salahuddin, tradisi maulid dapat membangkitkan semangat jihad (perjuangan) dan ittihad (persatuan). Selain itu, dia juga menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Seluruh ulama dan sastrawan lalu diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Menurut Wasisto Raharjo, pemenang sekaligus juara pertama dari sayembara tersebut adalah Jafar Barzanji dengan gubahannya yang berjudul al-Iqd al-Jawahir, atau yang di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Kitab Barzanji.
(mhy)