Kisah Sufi Ibrahim bin Adham: Perjalanan ke Makkah, Bertemu Daud dan Khidir

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 06:34 WIB
Di padang gurun, Ibrahim bin Adham bertemu dengan salah satu tokoh besar dalam keimanan, yang mengajarinya Nama-nama Yang Maha Besar dan kemudian berangkat. (Ilustrasi: Ist)
Farid al-Din Atta r dalam bukunya berjudul Tadhkirat al-Auliya’ bercerita, ketika nama Ibrahim bin Adham sudah terkenal ia berangkat ke Makkah. Ia memutuskan meninggalkan gua yang selama ini ditinggalinya (di Nishapur).



Di padang gurun dia bertemu dengan salah satu tokoh besar dalam keimanan, yang mengajarinya Nama-nama Yang Maha Besar dan kemudian berangkat. Ibrahim menyebut Allah dengan Nama itu, dan segera dia melihat Khidr alaihi salam.

“Ibrahim,” kata Khidr , “tadi itu adalah saudaraku Daud yang mengajarimu Nama-nama Yang Maha Besar.”

Kemudian Khidr dan Ibrahim berbicara banyak hal. Khidr adalah orang pertama yang menarik Ibrahim keluar (untuk mendapat pencerahan spiritual), dengan izin Allah.



Ibrahim menceritakan sebagai berikut tentang tahapan perjalanan haji selanjutnya:



Saat mencapai Dhat al-’Erq, aku melihat tujuh puluh orang yang mengenakan jubah yang terbuat dari kain gombal. Mereka terbaring mati di sana, darah mengucur dari hidung dan telinga mereka. Mengitari mereka, aku menemukan seseorang yang masih memiliki percikan kehidupan dalam dirinya.

“Anak muda!” seruku, “Apa yang terjadi di sini?”

“Putra Adham,” jawabnya, “Tetaplah di dekat air dan tempat sholat. Jangan pergi jauh-jauh, jika tidak engkau akan terusir; dan datanglah jangan terlalu dekat, jika tidak engkau akan menderita. Janganlah ada orang yang bersikap berlebihan di hadapan Sultan.

Milikilah ketakutan yang nyata terhadap Sang Sahabat yang telah membunuh para peziarah seolah-olah mereka adalah orang kafir Yunani dan menabuh perang kepada para peziarah.

Kami adalah kelompok sufi yang berangkat ke padang gurun dengan beriman kepada Allah, bertekad untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun, untuk tidak memikirkan apa pun selain Allah, untuk berbuat dan teguh hanya berpandangan kepada Allah dan tidak mengindahkan apa pun selain Dia.

Ketika kami telah menyeberangi gurun dan tiba di tempat para peziarah mengganti pakaian ihram, Khidr alaihi salam mendatangi kami.

Kami mengucapkan salam kepadanya, dan dia membalas salam kami, dan kami sangat bahagia, berkata, ‘Alhamdulillah, perjalanan ini diberkahi, para pencari Allah telah mencapai pencariannya, karena manusia suci telah datang untuk menemui kami.’

Tiba-tiba sebuah suara berseru dalam diri kami, ‘Kalian pembohong dan pemain sandiwara, begitukah kata-kata dan perjanjianmu?! Kalian melupakan Aku, dan menyibukkan diri kalian dengan yang lainnya. Pergilah! Aku tidak akan berdamai dengan kalian sampai Aku merebut jiwa kalian sebagai pembalasan dan menumpahkan darah kalian dengan pedang kemarahan.’

Orang-orang pemberani yang engkau lihat terbaring di sini adalah kurban dari pembalasan ini. Waspadalah, Ibrahim! Engkau pun memiliki ambisi yang sama (dengan kami). Berhentilah, atau pergi jauh!”

“Lalu mengapa mereka mengampunimu?” tanyaku, yang sangat kebingungan dengan kata-katanya.

Mereka mengatakan kepadaku, "Mereka sudah matang, sedangkan engkau masih mentah. Hiduplah sebentar lagi, dan engkau juga akan matang. Ketika engkau matang, engkau juga akan tiba setelah mereka.’ Setelah berkata demikian, dia meninggal.

Menurut Farid al-Din Attar, selama empat belas tahun Ibrahim melintasi gurun, berdoa dan merendahkan diri di sepanjang perjalanan. Ketika dia mendekati Makkah, para sesepuh Haram yang mendengar tentang kedatangannya keluar untuk menemuinya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More