Hudzaifah bin al-Yaman (2): Pilih Belajar tentang Kejahatan Ketimbang Kebaikan
Senin, 25 Oktober 2021 - 08:18 WIB
Berbekal petunjuk dari Rasulullah, Hudzaifah lalu terus menjalani kehidupannya dengan mata terbuka dan hati yang waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan seluk beluknya, demi menjaga dirinya sendiri dan memberi peringatan kepada yang lainnya tentang bahaya fitnah.
Hasil dari penelitiannya kemudian dia tuangkan dalam sebuah pemikirannya sendiri, Hudzaifah bertutur:
“Sesungguhnya Allah Taala telah membangkitkan Muhammad SAW. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannya, sehingga dengan kebenaran itu, yang mati menjadi hidup, dan dengan kebatilan, yang hidup menjadi mati.
Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan mengikuti jejak beliau, dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana.
Di antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq.
Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq.
Dan ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikutsertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang dari yang haq.
Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat bernyawa!”
Hudzaifah juga berbicara tentang jenis-jenis hati manusia:
Hati itu ada empat macam: (1) Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir; (2) Hati bermuka dua, itulah hati orang munafik; (3) Hati yang suci bersih, di sana ada pelita yang menyala, itulah hati orang yang beriman; Dan (4) Hati yang berisi keimanan dan kemunafikan.
Tamsil keimanan itu laksana sebatang kayu yang dihidupi air bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang dialiri darah dan nanah. Maka mana di antaranya yang lebih kuat, itulah yang menang.”
Tajam dan Pedas
Karena pengetahuannya yang luas tentang berbagai jenis kejahatan dan ketekunannya dalam melawannya, kata-kata Hudzaifah menjadi tajam dan pedas, bahkan terhadap keluarganya sendiri, sebagaimana diakuinya sendiri kepada Rasulullah SAW:
Aku datang menemui Rasulullah SAW, kataku kepadanya, "Wahai Rasulullah, lidahku agak tajam kepada keluargaku, dan aku khawatir kalau-kalau hal itu akan menyebabkanku masuk neraka."
Maka ujar Rasulullah SAW, "Mengapa engkau tidak beristighfar?"
"Sungguh, aku beristighfar kepada Allah setiap hari seratus kali."
Hasil dari penelitiannya kemudian dia tuangkan dalam sebuah pemikirannya sendiri, Hudzaifah bertutur:
“Sesungguhnya Allah Taala telah membangkitkan Muhammad SAW. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannya, sehingga dengan kebenaran itu, yang mati menjadi hidup, dan dengan kebatilan, yang hidup menjadi mati.
Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan mengikuti jejak beliau, dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana.
Di antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq.
Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq.
Dan ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikutsertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang dari yang haq.
Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat bernyawa!”
Hudzaifah juga berbicara tentang jenis-jenis hati manusia:
Hati itu ada empat macam: (1) Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir; (2) Hati bermuka dua, itulah hati orang munafik; (3) Hati yang suci bersih, di sana ada pelita yang menyala, itulah hati orang yang beriman; Dan (4) Hati yang berisi keimanan dan kemunafikan.
Tamsil keimanan itu laksana sebatang kayu yang dihidupi air bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang dialiri darah dan nanah. Maka mana di antaranya yang lebih kuat, itulah yang menang.”
Tajam dan Pedas
Karena pengetahuannya yang luas tentang berbagai jenis kejahatan dan ketekunannya dalam melawannya, kata-kata Hudzaifah menjadi tajam dan pedas, bahkan terhadap keluarganya sendiri, sebagaimana diakuinya sendiri kepada Rasulullah SAW:
Aku datang menemui Rasulullah SAW, kataku kepadanya, "Wahai Rasulullah, lidahku agak tajam kepada keluargaku, dan aku khawatir kalau-kalau hal itu akan menyebabkanku masuk neraka."
Maka ujar Rasulullah SAW, "Mengapa engkau tidak beristighfar?"
"Sungguh, aku beristighfar kepada Allah setiap hari seratus kali."
(mhy)