25 Wanita Cerdas di Zaman Rasulullah Layak Diteladani (2)
Kamis, 04 November 2021 - 05:08 WIB
Fatimah bint Asad ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushai merupakan istri sekaligus saudara sepupu Abu Talib, paman Rasulullah sehingga ia termasuk perempuan terpandang dari Bani Hasyim. Perempuan ini memiliki keutamaan di mata Rasulullah karena berperan dalam mendidik, memelihara, dan mengasuh beliau sepeninggal kakek beliau.
Keluarga Abu Talib dan Fathimah bint Asad sebenarnya adalah keluarga miskin dan banyak anak. Ketika Rasulullah hidup bersama mereka, keberkahan dalam rumah pun mereka peroleh. Fatimah bint Asad melihat sendiri seluruh keberkahan yang memasuki rumahnya sejak awal sehingga bertambahlah kecintaannya kepada Nabi Muhammad. Selain itu, Fatimah bint Asad juga mendengar berita keberkahan Nabi Muhammad ketika beliau ikut berdagang bersama suaminya Abu Talib ke Syam.
Ketika Khadijah, istri tercinta Rasulullah wafat pada tahun 9 H, maka Fathimah bint Asadlah yang mengatur segala kebutuhan rumah tangga Rasulullah sampai beliau kemudian menikahi Saudah. Keteladanan Fatimah bint Asad sebagai ibu yang baik juga ditunjukkan kepada Fatimah binti Rasulullah, menantunya. Ia sangat mencintai putri Rasulullah sekaligus menantunya itu. Ia bekerja sama dan saling membantu dengan Fatimah dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Kecintaan Rasulullah kepada Fatimah bint Asad yang telah merawatnya ketika kecil, ditunjukkan dengan doa yang beliau panjatkan untuk Fatimah. Beliau juga sering tidur siang di rumahnya dan menyantuninya. Ibn Sa’ad memberikan keterangan bahwa Fatimah bint Asad adalah seorang perempuan salihah. Rasulullah biasa mengunjungi rumahnya dan tidur siang di sana.
Fatimah bint Asad telah tiada. Ia meninggalkan keteladanan kepada kita untuk berbuat baik dan mengasuh anak yatim, sabar menghadapi musibah, dan menunjukkan hubungan yang baik antara mertua dan menantu, yakni antara Fatimah bint Asad dan Fatimah bint Rasulullah.
19. Ummu Sulaim Binti Milhan (Da'i Perempuan dan Ibunda Pelayan Rasulullah)
Nama lengkapnya adalah Ummu Sulaim bint Milhan ibn Khalid ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub al-Anshariyyah. Ia adalah ibu dari Anas ibn Malik, pelayan Baginda Rasulullah. Ummu Sulaim termasuk orang yang pertama kali masuk Islam.
Ummu Sulaim menjadi da'i di rumahnya. Ia mengajarkan anaknya, Anas ibn Malik, yang masih berusia 4 tahun untuk mengucapkan syahadat. Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Ummu Sulaim yang merupakan da'i yang sadar akan tugasnya dan berhasil membuat Abu Talhah bersyahadat dan menikah dengannya.
Ummu Sulaim menikah dengan Abu Talhah. Rumah mereka adalah rumah penuh berkah berkat kehadiran Nabi di rumah mereka. Keluarga Ummu Sulaim sudah sedemikian dekat dan menyatu dengan cinta kepada Rasulullah. Imam Muslim menceritakan bahwa Ummu Sulaim memasukkan keringat Nabi Muhammad ke dalam minyak wanginya, karena mengharapkan keberkahan beliau.
Keteladan Ummu Sulaim beserta keluarganya berkat kecintaannya kepada Rasulullah. Cinta sejati yang berbuah manis. Rasulullah pun memberinya berita gembira berupa jaminan surga lewat sabdanya: "Diperlihatkan kepadaku surga. Aku melihat istri Abu Talhah di sana. Kemudian aku mendengar suara gemerincing di depanku, ternyata itu adalah Bilal."
Ummu Sulaim juga turut berperan meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 14 hadis. Empat di antaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, 1 hadis diriwayatkan al-Bukhari sendiri, dan 1 hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim.
20. Ummu Haram Bint Milhan (Pejuang Perempuan Pertama di Lautan)
Nama lengkapnya Ummu Haram bint Milhan ibn Khalid ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn Adi ibn Najjar. Ia adalah perempuan Anshar dari Bani Najjar, saudara perempuan Ummu Sulaim, sekaligus bibi dari pelayan Rasulullah Anas ibn Malik.
Keteladanan Ummu Haram yaitu perempuan yang hafal Al-Qur'an dan banyak meriwayatkan hadis. Hadisnya banyak diriwayatkan oleh suaminya sendiri, Ubadah ibn Samit, keponakannya Ata' ibn Yasar dan Anas ibn Malik. Rasulullah sangat memuliakan Ummu Haram. Beliau mengunjungi rumahnya dan Quba', bahkan terkadang tidur di sana, seperti halnya beliau terkadang juga tidur di rumah saudaranya, yakni Ummu Sulaim.
Sosok Ummu Haram bint Milhan adalah sosok perempuan yang pernah didoakan Nabi ikut dalam golongan orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Dalam riwayat Imam Muslim dengan redaksi yang sangat panjang, disebutkan Ummu Haram ikut serta dalam pasukan perang Islam yang naik kapal dan mengarungi samudera pada zaman kekhalifahan Mu‘awiyah ibn Abi Sufyan, kemudian ia terjatuh dari untanya ketika keluar dari kapalnya yang sudah menepi ke daratan, lalu ia wafat seketika.
"Pada waktu itu peperangan yang terjadi adalah perang Qibris. Lalu Ummu Haram dikubur di sana. Adapun panglima perangnya pada saat itu adalah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Perang itu terjadi pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan. Ketika itu Mu'awiyah ibn Abi Sufyan ditemani Abu Zar, Abu Darda’ dan sahabat-sahabat yang lain. Peristiwa itu terjadi pada tahun 27 H. Ummu Haram benar-benar menunjukkan dirinya sebagai mujahidah pertama yang turut berjuang di lautan.
(bersambung)!
Keluarga Abu Talib dan Fathimah bint Asad sebenarnya adalah keluarga miskin dan banyak anak. Ketika Rasulullah hidup bersama mereka, keberkahan dalam rumah pun mereka peroleh. Fatimah bint Asad melihat sendiri seluruh keberkahan yang memasuki rumahnya sejak awal sehingga bertambahlah kecintaannya kepada Nabi Muhammad. Selain itu, Fatimah bint Asad juga mendengar berita keberkahan Nabi Muhammad ketika beliau ikut berdagang bersama suaminya Abu Talib ke Syam.
Ketika Khadijah, istri tercinta Rasulullah wafat pada tahun 9 H, maka Fathimah bint Asadlah yang mengatur segala kebutuhan rumah tangga Rasulullah sampai beliau kemudian menikahi Saudah. Keteladanan Fatimah bint Asad sebagai ibu yang baik juga ditunjukkan kepada Fatimah binti Rasulullah, menantunya. Ia sangat mencintai putri Rasulullah sekaligus menantunya itu. Ia bekerja sama dan saling membantu dengan Fatimah dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Kecintaan Rasulullah kepada Fatimah bint Asad yang telah merawatnya ketika kecil, ditunjukkan dengan doa yang beliau panjatkan untuk Fatimah. Beliau juga sering tidur siang di rumahnya dan menyantuninya. Ibn Sa’ad memberikan keterangan bahwa Fatimah bint Asad adalah seorang perempuan salihah. Rasulullah biasa mengunjungi rumahnya dan tidur siang di sana.
Fatimah bint Asad telah tiada. Ia meninggalkan keteladanan kepada kita untuk berbuat baik dan mengasuh anak yatim, sabar menghadapi musibah, dan menunjukkan hubungan yang baik antara mertua dan menantu, yakni antara Fatimah bint Asad dan Fatimah bint Rasulullah.
19. Ummu Sulaim Binti Milhan (Da'i Perempuan dan Ibunda Pelayan Rasulullah)
Nama lengkapnya adalah Ummu Sulaim bint Milhan ibn Khalid ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub al-Anshariyyah. Ia adalah ibu dari Anas ibn Malik, pelayan Baginda Rasulullah. Ummu Sulaim termasuk orang yang pertama kali masuk Islam.
Ummu Sulaim menjadi da'i di rumahnya. Ia mengajarkan anaknya, Anas ibn Malik, yang masih berusia 4 tahun untuk mengucapkan syahadat. Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Ummu Sulaim yang merupakan da'i yang sadar akan tugasnya dan berhasil membuat Abu Talhah bersyahadat dan menikah dengannya.
Ummu Sulaim menikah dengan Abu Talhah. Rumah mereka adalah rumah penuh berkah berkat kehadiran Nabi di rumah mereka. Keluarga Ummu Sulaim sudah sedemikian dekat dan menyatu dengan cinta kepada Rasulullah. Imam Muslim menceritakan bahwa Ummu Sulaim memasukkan keringat Nabi Muhammad ke dalam minyak wanginya, karena mengharapkan keberkahan beliau.
Keteladan Ummu Sulaim beserta keluarganya berkat kecintaannya kepada Rasulullah. Cinta sejati yang berbuah manis. Rasulullah pun memberinya berita gembira berupa jaminan surga lewat sabdanya: "Diperlihatkan kepadaku surga. Aku melihat istri Abu Talhah di sana. Kemudian aku mendengar suara gemerincing di depanku, ternyata itu adalah Bilal."
Ummu Sulaim juga turut berperan meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 14 hadis. Empat di antaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, 1 hadis diriwayatkan al-Bukhari sendiri, dan 1 hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim.
20. Ummu Haram Bint Milhan (Pejuang Perempuan Pertama di Lautan)
Nama lengkapnya Ummu Haram bint Milhan ibn Khalid ibn Zaid ibn Haram ibn Jundub ibn Amir ibn Ganam ibn Adi ibn Najjar. Ia adalah perempuan Anshar dari Bani Najjar, saudara perempuan Ummu Sulaim, sekaligus bibi dari pelayan Rasulullah Anas ibn Malik.
Keteladanan Ummu Haram yaitu perempuan yang hafal Al-Qur'an dan banyak meriwayatkan hadis. Hadisnya banyak diriwayatkan oleh suaminya sendiri, Ubadah ibn Samit, keponakannya Ata' ibn Yasar dan Anas ibn Malik. Rasulullah sangat memuliakan Ummu Haram. Beliau mengunjungi rumahnya dan Quba', bahkan terkadang tidur di sana, seperti halnya beliau terkadang juga tidur di rumah saudaranya, yakni Ummu Sulaim.
Sosok Ummu Haram bint Milhan adalah sosok perempuan yang pernah didoakan Nabi ikut dalam golongan orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Dalam riwayat Imam Muslim dengan redaksi yang sangat panjang, disebutkan Ummu Haram ikut serta dalam pasukan perang Islam yang naik kapal dan mengarungi samudera pada zaman kekhalifahan Mu‘awiyah ibn Abi Sufyan, kemudian ia terjatuh dari untanya ketika keluar dari kapalnya yang sudah menepi ke daratan, lalu ia wafat seketika.
"Pada waktu itu peperangan yang terjadi adalah perang Qibris. Lalu Ummu Haram dikubur di sana. Adapun panglima perangnya pada saat itu adalah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Perang itu terjadi pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan. Ketika itu Mu'awiyah ibn Abi Sufyan ditemani Abu Zar, Abu Darda’ dan sahabat-sahabat yang lain. Peristiwa itu terjadi pada tahun 27 H. Ummu Haram benar-benar menunjukkan dirinya sebagai mujahidah pertama yang turut berjuang di lautan.
(bersambung)!
(rhs)