Kisah Sufi Dzun Nun: Ketika Air Berubah
Sabtu, 04 Desember 2021 - 08:39 WIB
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" menukil kisah sufi karangan Dzun Nun, seorang Mesir (wafat tahun 860). Dzun Nun sering dikaitkan dengan semacam Perserikatan Rahasia ( Freemasonry ).
Ia adalah tokoh paling awal dalam sejarah Thoriqoh Darwis Malamati, yang oleh para peneliti Barat sering dianggap mempunyai persamaan yang dekat dengan keahlian anggota Persekutuan Rahasia.
Dzun Nun, konon, berhasil menemukan kembali makna tulisan Mesir kuno milik Firaun.
Versi ini berasal dari Sayed Sabir Ali-Shah, tokoh Thoriqoh Chishti, yang wafat tahun 1818. Berikut kisahnya:
Pada suatu ketika Khidhi r, Guru Musa , memberi peringatan kepada manusia. Pada hari tertentu nanti, katanya, semua air di bumi yang tidak disimpan secara khusus, akan lenyap. Sebagai gantinya, akan ada air baru yang membuat manusia yang meminumnya menjadi gila.
Hanya ada satu orang yang memperhatikan nubuat tersebut. Ia menimba air dan menyimpannya di tempat aman, dan menunggu air berubah sesuai ucapan Guru Musa.
Pada hari yang ditentukan itu, sungai-sungai berhenti mengalir, sumur-sumur mengering. Orang yang mengindahkan peringatan itu, melihat penggenapannya, pergi ke tempat di mana ia menyimpan air dan minum dari sana.
Ketika dilihatnya dari tempatnya berada bahwa air terjun kembali mencurahkan air, orang ini pun kembali bergabung dengan orang-orang lain.
Ia mendapati semua orang kini berpikir dan berbicara dengan cara yang sama sekali lain dari sebelumnya; dan mereka tidak ingat sesuatu hal pun, termasuk bahwa mereka telah diperingatkan sebelumnya.
Ketika orang itu mencoba berbincang dengan mereka, ia sadar bahwa mereka pikir ia gila, dan mereka menunjukkan rasa benci dan kasihan, bukannya pengertian.
Semula orang itu tidak mau minum air yang baru. Setiap kali merasa haus, ia, kembali ke tempat penyimpanannya dan minum airnya.
Namun akhirnya, ia memutuskan untuk minum air yang baru karena tidak tahan menanggung kesepian hidup, berperilaku dan berpikir secara berbeda dari semua orang. Ia minum air yang baru itu, dan ia pun jadi sama dengan yang lain. Kemudian, ia lupa pernah mempunyai simpanan air khusus, dan sesamanya mulai menganggapnya secara ajaib telah waras dari sakit gila.
Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku berjudul Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
Ia adalah tokoh paling awal dalam sejarah Thoriqoh Darwis Malamati, yang oleh para peneliti Barat sering dianggap mempunyai persamaan yang dekat dengan keahlian anggota Persekutuan Rahasia.
Dzun Nun, konon, berhasil menemukan kembali makna tulisan Mesir kuno milik Firaun.
Versi ini berasal dari Sayed Sabir Ali-Shah, tokoh Thoriqoh Chishti, yang wafat tahun 1818. Berikut kisahnya:
Pada suatu ketika Khidhi r, Guru Musa , memberi peringatan kepada manusia. Pada hari tertentu nanti, katanya, semua air di bumi yang tidak disimpan secara khusus, akan lenyap. Sebagai gantinya, akan ada air baru yang membuat manusia yang meminumnya menjadi gila.
Hanya ada satu orang yang memperhatikan nubuat tersebut. Ia menimba air dan menyimpannya di tempat aman, dan menunggu air berubah sesuai ucapan Guru Musa.
Pada hari yang ditentukan itu, sungai-sungai berhenti mengalir, sumur-sumur mengering. Orang yang mengindahkan peringatan itu, melihat penggenapannya, pergi ke tempat di mana ia menyimpan air dan minum dari sana.
Ketika dilihatnya dari tempatnya berada bahwa air terjun kembali mencurahkan air, orang ini pun kembali bergabung dengan orang-orang lain.
Ia mendapati semua orang kini berpikir dan berbicara dengan cara yang sama sekali lain dari sebelumnya; dan mereka tidak ingat sesuatu hal pun, termasuk bahwa mereka telah diperingatkan sebelumnya.
Ketika orang itu mencoba berbincang dengan mereka, ia sadar bahwa mereka pikir ia gila, dan mereka menunjukkan rasa benci dan kasihan, bukannya pengertian.
Semula orang itu tidak mau minum air yang baru. Setiap kali merasa haus, ia, kembali ke tempat penyimpanannya dan minum airnya.
Namun akhirnya, ia memutuskan untuk minum air yang baru karena tidak tahan menanggung kesepian hidup, berperilaku dan berpikir secara berbeda dari semua orang. Ia minum air yang baru itu, dan ia pun jadi sama dengan yang lain. Kemudian, ia lupa pernah mempunyai simpanan air khusus, dan sesamanya mulai menganggapnya secara ajaib telah waras dari sakit gila.
Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku berjudul Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
(mhy)