Iman Kepada Allah: Ibadah Hati yang Paling Dicintai Allah
Selasa, 09 Juni 2020 - 08:42 WIB
Jika hatinya salim (bersih, selamat) tidak ada padanya selain mencintai Allah SWT, mencintai yang dicintai Allah SWT, takut kepada Allah SWT dan takut terjerumus pada sesuatu yang dibenci-Nya- niscaya baik semua gerakan tubuh, muncul darinya menjauhi semua yang diharamkan, dan menjauhi yang syubhat karena khawatir terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Di sini nampak pertanyaan: kenapa iman merupakan ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
Menurut Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid, karena dalam merealisasikannya merupakan merasa cukup dengan SWT tanpa membutuhkan dari semua makhluk, arahan hati hanya kepada-Nya saja, dan mengosongkan diri dari selain-Nya.
Inilah hakikat ibadah yang karenanyalah Allah SWT menciptakan jin dan manusia, menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul, dan menjadikan pahala dan siksa.
Ibnu Taimiyah berkata –dalam Majmu’ Fatawa’: Hati akan selalu membutuhkan makhluk kecuali bahwa Allah SWT menjadi Tuhannya yang ia tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali dengan-Nya, tidak bertawakkal kecuali atas-Nya, tidak senang kecuali dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, tidak membenci kecuali yang dimurkai dan dibenci-Nya, tidak loyal kecuali orang yang Allah SWT kepadanya. Tidak memusuhi kecuali orang yang dimusuhi oleh Allah SWT. Tidak melarang kecuali karena Allah SWT.
Maka setiap kali kuat kemurniaan agamanya kepada Allah SWT niscaya sempurna penghambaan dan merasa kayanya dari semua makhluk, dan dengan kesempurnaan ubudiyahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala membebaskannya dari kufur dan syirik.
Inilah amal yang utama dan selainnya berada di bawahnya dalam keutamaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. ( ).
Di sini nampak pertanyaan: kenapa iman merupakan ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
Menurut Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid, karena dalam merealisasikannya merupakan merasa cukup dengan SWT tanpa membutuhkan dari semua makhluk, arahan hati hanya kepada-Nya saja, dan mengosongkan diri dari selain-Nya.
Inilah hakikat ibadah yang karenanyalah Allah SWT menciptakan jin dan manusia, menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul, dan menjadikan pahala dan siksa.
Ibnu Taimiyah berkata –dalam Majmu’ Fatawa’: Hati akan selalu membutuhkan makhluk kecuali bahwa Allah SWT menjadi Tuhannya yang ia tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali dengan-Nya, tidak bertawakkal kecuali atas-Nya, tidak senang kecuali dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, tidak membenci kecuali yang dimurkai dan dibenci-Nya, tidak loyal kecuali orang yang Allah SWT kepadanya. Tidak memusuhi kecuali orang yang dimusuhi oleh Allah SWT. Tidak melarang kecuali karena Allah SWT.
Maka setiap kali kuat kemurniaan agamanya kepada Allah SWT niscaya sempurna penghambaan dan merasa kayanya dari semua makhluk, dan dengan kesempurnaan ubudiyahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala membebaskannya dari kufur dan syirik.
Inilah amal yang utama dan selainnya berada di bawahnya dalam keutamaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. ( ).
(mhy)