Kisah Sufi Suhrawardi: Burung dan Telur

Selasa, 04 Januari 2022 - 13:18 WIB
Kisah ini mengandung ajaran moral, beberapa di antaranya menekankan nilai-nilai paling mendasar dari peradaban modern. (Foto/Ilustrasi : Ist)
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" menukil kisah sufi berjudul "Burung dan Telur". Kisah ini terdapat dalam beragam bentuk pada versi-versi yang berbeda dari karya Suhrawardi, Awarif al-Ma'arif pada abad kedua belas, dan mengandung berbagai pesan.



Menurut Idries Shah, kisah ini bisa ditafsirkan secara intuitif sesuai dengan tahap kesadaran yang dicapai oleh si murid. "Yang jelas, kisah ini mengandung ajaran moral, beberapa di antaranya menekankan nilai-nilai paling mendasar dari peradaban modern," tuturnya.

Hal itu termasuk: "Adalah menggelikan anggapan bahwa suatu hal mengikuti sesuatu yang lain; anggapan itu menghambat kemajuan selanjutnya," dan "Hanya karena seorang bisa melakukan fungsi tertentu tidak berarti bahwa ia bisa melakukan fungsi lainnya." Berikut kisah tersebut:

Konon, ada seekor burung yang tidak mempunyai tenaga untuk terbang. Seperti ayam, ia berjalan saja di tanah, meskipun ia tahu bahwa ada burung yang bisa terbang.

Pada suatu ketika, terjadilah, lewat berbagai keadaan, ada telur seekor burung yang bisa terbang yang dierami oleh burung yang tak bisa terbang itu.

Setelah sampai waktunya, telur itu pun menetas. Burung kecil itu masih mempunyai kemampuan untuk terbang yang selalu dimilikinya, bahkan ketika ia masih berada dalam telur.

Ia pun berkata kepada orang tua angkatnya, "Kapan aku akan terbang?" Dan burung yang hanya bisa berjalan di tanah itu menjawab, "Tetaplah terus belajar terbang, seperti yang lain."



Sebab burung itu tidak tahu bagaimana mengajarkan anak angkatnya itu terbang, ia bahkan tidak tahu bagaimana menjatuhkannya dari sarang agar ia bisa belajar terbang.

Dan aneh bahwa burung kecil itu tidak mengetahui hal tersebut. Pengenalannya terhadap keadaan terkacaukan oleh kenyataan bahwa ia merasa berterima kasih kepada burung yang telah menetaskannya.

"Tanpa jasanya," katanya pada diri sendiri, "tentu aku masih berada dalam telur."

Dan lagi, kadang-kadang ia bergumam pada diri sendiri, "Siapa pun yang bisa mengeramiku, tentu bisa juga mengajariku terbang. Pasti ini hanya soal waktu saja, atau karena usahaku yang tanpa bantuan, atau karena suatu kebijaksanaan agung: ya, pasti karena itu. Akan tiba waktunya, suatu hari nanti aku akan dibawa ke tahap berikutnya oleh ia yang telah membawaku sejauh ini."

Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More