Nabi Joshua, Pengganti Nabi Musa yang Merebut Baitul Maqdis
Rabu, 05 Januari 2022 - 15:14 WIB
Ibnu Jarir mengutip Muhammad bin Ishaq, dalam Tarikhnya, menjelaskan kenabian itu diserahkan oleh Musa kepada Yusya’ pada akhir hayatnya. Kala itu, Musa menemui Yusya’ dan menanyakan kepadanya berbagai perintah dan larangan yang disampaikan Allah kepadanya (Musa).
Hingga akhirnya Yusya’ menjawab, ”Wahai Kalimullah (orang yang diajak berbicara langsung oleh Allah-ed), sesunguhnya aku tidak bertanya tentang apa yang diwahyukan Allah kepadamu sehingga engkau sendiri yang yang memberitahukannya kepadaku.”
Nabi Musa meninggal dunia sebelum berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Oleh karena itu, beliau menunjuk Yusya’ bin Nun sebagai pemimpin Bani Israil untuk melanjutkan visinya menaklukkan Baitul Maqdis.
Begitu Nabi Yusya’ bin Nun menjadi pemimpin, ia segera mengatur rencana untuk menembus Benteng Yerikho.
Ia kemudian mengirim dua orang pengintai untuk mengamati wilayah kota itu. Hampir saja kedua pengintai itu tertangkap oleh pasukan Yerikho jika tidak diselamatkan oleh seorang wanita tuna susila bernama Rahab.
Dari wanita ini pulalah diketahui bahwa penduduk Kota Yerikho sebenarnya lebih takut kepada kaum Bani Israil yang mereka anggap memiliki kesaktian atau kekuatan gaib lantaran dukungan dari Yang Maha Kuasa. Rahab, sang wanita itu, mengatakan, "Kengerian menghinggapi kami karena Tuhan telah mengeringkan Laut Merah bagi kalian. Ketika kami mendengarnya, ciutlah hati kami dan jatuhlah semangat tiap-tiap orang dari kami, sebab Tuhan kalian adalah Penguasa langit dan bumi."
Kemudian saat yang lama dinantikan itu pun tiba, Nabi Yusya' a.s. mempersiapkan kaumnya untuk berangkat menjelang takdir penaklukan Yerusalem. Rasulullah SAW pernah menjelaskan ihwal persiapan perang suci ini di dalam sebuah hadits:
Salah satu dari nabi telah melakukan perang suci. Ia berkata kepada kaumnya: 'Barangsiapa yang telah menikahi seorang perempuan dan berkehendak untuk bercampur dengannya namun belum terlaksana; lalu mereka yang sedang membangun rumah namun belum menegakkan atap rumahnya; juga mereka yang telah membeli kambing-kambing dan unta-unta yang hamil dan menunggu kelahirannya, mereka itu tidak akan ikut (untuk berperang) bersamaku.' — HR. Muslim 19/4327
Nabi Yusya' mempersyaratkan bahwa mereka yang ikut berperang bersamanya adalah mereka yang tidak tertawan hatinya kepada pernak-pernik dunia. Karena bukanlah jumlah prajurit yang dicari, melainkan keikhlasan dalam melaksanakan perang suci ini.
Ia berkata kepada kaumnya, "Sucikan dan teguhkanlah niatmu, sebab besok Tuhanmu akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu."
Nabi Yusya' berkata kepada para imam, "Bawa dan usung Tabut Perjanjian, berjalanlah kalian di depan."
Mengusung Tabut adalah simbol bahwasanya perjuangan ini adalah perintah-Nya dan hanya dapat dilakukan dengan kekuatan-Nya semata, bukan oleh kekuatan sendiri.
Sementara itu, Allah SWT telah mempersiapkan sebuah mukjizat yang tak disangka-sangka. Sesampai di tepi Sungai Yordan, tatkala para imam mulai mencelupkan kakinya ke dalam air untuk menyeberang, tiba-tiba aliran sungai terhenti dan terbukalah jalan kering melintasi sungai di depan mereka, persis seperti tatkala Allah SWT menyiapkan jalan kering bagi Musa dan pengikutnya membelah Laut Merah.
Pasukan Bani Israil pun menyeberangi sungai yang lebar dan dalam itu, tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Berita tentang kedatangan pasukan Bani Israil kian santer menyebar ke seluruh negeri. Mereka ketakutan.
Gerbang Yerikho yang besar dan kokoh itu pun ditutup rapat-rapat, tak seorang pun dapat keluar atau masuk.
Dalam Kitab Yosua dikisahkan bagaimana Nabi Yusya' dijanjikan kemenangan dan menerima petunjuk agar memerintahkan semua orang berjalan mengelilingi benteng kota itu selama enam hari, sementara para imam ditugaskan meniup trompet sangkakala yang terbuat dari tanduk domba. Di hari ketujuh, dinding benteng raksasa itu runtuh dan para prajurit Nabi Yusya' merangsek masuk ke dalam kota.
Syaikh Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania) dalam kitabnya "Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul" menyampaikan hadits Rasulullah SAW, tatkala Nabi Yusya' menembus Benteng Yerikho, matahari sempat dibuat berhenti beredar oleh Allah SWT. Hari itu, yakni Hari Jumat, berlangsung lebih lama dari yang semestinya.
Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Nabi Yusya' beserta kaumnya menyelesaikan amanahnya, karena keesokan harinya sudah masuk Hari Sabat (Sabtu) di mana di hari itu, sesuai syariat yang diturunkan melalui Nabi Musa, Bani Israil diperintahkan untuk berhenti beraktivitas.
Hingga akhirnya Yusya’ menjawab, ”Wahai Kalimullah (orang yang diajak berbicara langsung oleh Allah-ed), sesunguhnya aku tidak bertanya tentang apa yang diwahyukan Allah kepadamu sehingga engkau sendiri yang yang memberitahukannya kepadaku.”
Nabi Musa meninggal dunia sebelum berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Oleh karena itu, beliau menunjuk Yusya’ bin Nun sebagai pemimpin Bani Israil untuk melanjutkan visinya menaklukkan Baitul Maqdis.
Begitu Nabi Yusya’ bin Nun menjadi pemimpin, ia segera mengatur rencana untuk menembus Benteng Yerikho.
Ia kemudian mengirim dua orang pengintai untuk mengamati wilayah kota itu. Hampir saja kedua pengintai itu tertangkap oleh pasukan Yerikho jika tidak diselamatkan oleh seorang wanita tuna susila bernama Rahab.
Dari wanita ini pulalah diketahui bahwa penduduk Kota Yerikho sebenarnya lebih takut kepada kaum Bani Israil yang mereka anggap memiliki kesaktian atau kekuatan gaib lantaran dukungan dari Yang Maha Kuasa. Rahab, sang wanita itu, mengatakan, "Kengerian menghinggapi kami karena Tuhan telah mengeringkan Laut Merah bagi kalian. Ketika kami mendengarnya, ciutlah hati kami dan jatuhlah semangat tiap-tiap orang dari kami, sebab Tuhan kalian adalah Penguasa langit dan bumi."
Kemudian saat yang lama dinantikan itu pun tiba, Nabi Yusya' a.s. mempersiapkan kaumnya untuk berangkat menjelang takdir penaklukan Yerusalem. Rasulullah SAW pernah menjelaskan ihwal persiapan perang suci ini di dalam sebuah hadits:
Salah satu dari nabi telah melakukan perang suci. Ia berkata kepada kaumnya: 'Barangsiapa yang telah menikahi seorang perempuan dan berkehendak untuk bercampur dengannya namun belum terlaksana; lalu mereka yang sedang membangun rumah namun belum menegakkan atap rumahnya; juga mereka yang telah membeli kambing-kambing dan unta-unta yang hamil dan menunggu kelahirannya, mereka itu tidak akan ikut (untuk berperang) bersamaku.' — HR. Muslim 19/4327
Nabi Yusya' mempersyaratkan bahwa mereka yang ikut berperang bersamanya adalah mereka yang tidak tertawan hatinya kepada pernak-pernik dunia. Karena bukanlah jumlah prajurit yang dicari, melainkan keikhlasan dalam melaksanakan perang suci ini.
Ia berkata kepada kaumnya, "Sucikan dan teguhkanlah niatmu, sebab besok Tuhanmu akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu."
Nabi Yusya' berkata kepada para imam, "Bawa dan usung Tabut Perjanjian, berjalanlah kalian di depan."
Mengusung Tabut adalah simbol bahwasanya perjuangan ini adalah perintah-Nya dan hanya dapat dilakukan dengan kekuatan-Nya semata, bukan oleh kekuatan sendiri.
Sementara itu, Allah SWT telah mempersiapkan sebuah mukjizat yang tak disangka-sangka. Sesampai di tepi Sungai Yordan, tatkala para imam mulai mencelupkan kakinya ke dalam air untuk menyeberang, tiba-tiba aliran sungai terhenti dan terbukalah jalan kering melintasi sungai di depan mereka, persis seperti tatkala Allah SWT menyiapkan jalan kering bagi Musa dan pengikutnya membelah Laut Merah.
Pasukan Bani Israil pun menyeberangi sungai yang lebar dan dalam itu, tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Berita tentang kedatangan pasukan Bani Israil kian santer menyebar ke seluruh negeri. Mereka ketakutan.
Gerbang Yerikho yang besar dan kokoh itu pun ditutup rapat-rapat, tak seorang pun dapat keluar atau masuk.
Dalam Kitab Yosua dikisahkan bagaimana Nabi Yusya' dijanjikan kemenangan dan menerima petunjuk agar memerintahkan semua orang berjalan mengelilingi benteng kota itu selama enam hari, sementara para imam ditugaskan meniup trompet sangkakala yang terbuat dari tanduk domba. Di hari ketujuh, dinding benteng raksasa itu runtuh dan para prajurit Nabi Yusya' merangsek masuk ke dalam kota.
Syaikh Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania) dalam kitabnya "Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul" menyampaikan hadits Rasulullah SAW, tatkala Nabi Yusya' menembus Benteng Yerikho, matahari sempat dibuat berhenti beredar oleh Allah SWT. Hari itu, yakni Hari Jumat, berlangsung lebih lama dari yang semestinya.
Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Nabi Yusya' beserta kaumnya menyelesaikan amanahnya, karena keesokan harinya sudah masuk Hari Sabat (Sabtu) di mana di hari itu, sesuai syariat yang diturunkan melalui Nabi Musa, Bani Israil diperintahkan untuk berhenti beraktivitas.